Sebagian orang tua mungkin masih belum menyadari betapa pentingnya mendukung pertumbuhan tinggi dan berat badan ideal anak sejak usia dini. Perlu diketahui, menilai pertumbuhan dari fisik dengan mengukur tinggi dan berat badan bisa menjadi indikator untuk mengetahui apakah si kecil melalui tumbuh kembang yang optimal atau belum.
Oleh sebab itu, pelajari bagaimana cara agar anak bisa memiliki tumbuh kembang optimal tetapi dengan cara yang sudah pasti sehat.
Bagaimana cara mengetahui pertumbuhan anak yang normal?
Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat cara mudah untuk mengetahui pertumbuhan bayi usia satu tahun. Caranya adalah dengan mengukur:
- Berat badan mencapai tiga kali berat lahir
- Panjang badan naik 50 persen dari panjang lahir
- Lingkar kepala naik sekitar 10 cm
Namun, dikatakan juga pertumbuhan setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda sehingga diperlukan pengukuran secara berkala untuk memastikan tidak ada kelainan dalam berat dan tinggi anak.
Frekuensi pengukuran yang disarankan adalah setiap bulan sampai usia satu tahun, setiap 3 bulan sampai usia 3 tahun, setiap 6 bulan sampai usia 6 tahun, dan 1 tahun sekali pada tahun-tahun berikutnya.
Standar pertumbuhan anak
IDAI menyatakan bahwa standar tumbuh kembang anak Indonesia mengacu pada kurva pertumbuhan milik World Health Organization (WHO, 2006) dan Center for Disease Control Prevention (CDC, 2000) yang mengukur berat dan tinggi anak serta lingkar kepala.
Secara garis besar, indikator yang digunakan untuk anak di Indonesia adalah:
- Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
- Tinggi badan menurut usia (TB/U)
- Berat badan menurut usia (BB/U)
Indikator BB/TB menentukan status gizi anak dengan membandingkan berat dengan berat ideal menurut tinggi badan anak kemudian diinterpretasikan sebagai obesitas, gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, hingga gizi buruk.
Indikator TB/U membandingkan tinggi badan seorang anak dengan anak yang sama jenis kelamin seusianya. Interpretasinya adalah tinggi, normal, perawakan pendek, dan perawakan sangat pendek.
Adapun indikator BB/U membagi anak menjadi berat badan normal, berat badan kurang, dan berat badan berlebih. Indikator ini membandingkan berat badan seorang anak dengan anak seusianya.
Mendukung tinggi dan berat badan ideal anak agar optimal
Dengan menggunakan berat dan tinggi badan sebagai indikator pertumbuhan anak, tentu Anda perlu mengetahui apa saja tanda ketika anak kurang atau lebih berat badan.
Salah satu cara untuk mengetahui anak yang mengalami kurang (underweight) atau kelebihan berat badan (overweight) dapat dilihat dengan memeriksa indeks massa tubuh atau BMI (Body Mass Index).
Berdasarkan penelitian dari Cleveland Clinic, seorang anak kekurangan berat badan jika ia berada di persentil (peringkat) ke-5 terbawah untuk berat badan dibandingkan dengan tinggi badan mereka (mengacu pada indikator pertumbuhan WHO dan CDC). Berat badan kurang juga tidak hanya diklasifikasikan dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya, tetapi juga tinggi badannya.
Untuk mengatasi anak yang kurang ataupun kelebihan berat badan, orangtua perlu melakukan beberapa langkah perbaikan gizi, di antaranya seperti yang dilansir dari CDC berikut:
Mengadopsi pola makan sehat
Untuk membantu agar anak memiliki berat dan tinggi sesuai tahapan usianya, Anda perlu:
- Menyediakan berbagai jenis sayur, buah, dan produk atau olahan gandum
- Memberikan susu dengan kandungan lengkap seperti protein whey, lemak sehat (nabati), omega 3 dan 6, DHA, hingga prebiotik atau probiotik yang baik untuk mendukung pertumbuhan, saluran cerna, dan daya tahan tubuh
- Pilih daging merah tanpa lemak, daging putih (unggas), ikan, biji dan kacang kacangan sebagai sumber protein
- Membiasakan untuk minum banyak air putih
- Membatasi minuman tinggi gula, seperti soda
- Membatasi penggunaan gula tambahan dan lemak tak jenuh
Untuk anak yang mengalami kurang berat badan, orangtua mungkin bisa menambah asupan kalori (energi) dari tetapi tetap memilih sumber makanan yang sehat. Pemberian makanan tinggi gula seperti coklat, permen, atau minuman bersoda bukanlah solusi yang baik.
Ada baiknya Anda menambahkan sumber kalori seperti kentang dan susu dalam menu makan anak disertai nutrisi penting lain secara bertahap. Susu formula juga bisa menjadi alternatif sehat untuk membantu mengatasi anak yang kurang berat dan tinggi badan agar bisa mengejar tumbuh kembang optimal.
Mendorong anak untuk tetap aktif
Pada dasarnya si kecil akan senang untuk bergerak. Hanya saja, kebiasaan seperti terlalu lama bermain gawai, ponsel atau komputer bisa membuat anak memilih gaya hidup pasif.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk mengatur jadwal penggunaan gadget agar anak tidak menghabiskan waktunya dengan terdiam dalam waktu lama. Aktivitas fisik akan membuat si kecil mendapat manfaat yang berdampak pada tinggi dan berat badan seperti:
- Memperkuat tulang
- Menurunkan tekanan darah
- Mengurangi stres dan kecemasan
- Meningkatkan rasa percaya diri
- Membantu mengontrol berat badan
Memastikan anak mendapat cukup tidur
Waktu tidur yang sedikit atau kurang dapat berkembang menjadi obesitas. Mengapa begitu? Hal ini dikarenakan ketika kurang tidur, anak cenderung lebih banyak makan dan kurang aktif secara fisik sehingga berdampak pada berat dan tinggi badan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sleep Foundation menunjukkan bahwa kurang tidur juga berdampak pada kewaspadaan dan perhatian; kinerja kognitif; suasana hati; ketahanan; penguasaan kosakata; serta pembelajaran dan memori.
Pada balita, tidur memiliki efek penting pada pertumbuhan. Tidur siang ternyata penting bagi konsolidasi memori, konsentrasi, dan perkembangan kemampuan motorik yang berguna untuk membuat anak tetap bisa aktif.
Selain itu, kualitas tidur juga tak kalah penting. Salah satu tanda kualitas tidur yang buruk adalah anak yang merasa lelah meski sudah tidur cukup. Anda bisa menjadwalkan waktu tidur yang teratur dan membuat suasana nyaman, seperti mematikan lampu untuk meningkatkan kualitas tidur anak.
Waktu tidur yang dibutuhkan si Kecil cenderung lebih lama dari orang dewasa, dengan durasi yang berbeda-beda di setiap tahapan usia. Menurut CDC, berikut kebutuhan tidur anak usia 1 sampai 10 tahun:
- Usia 1-2 tahun = 11 sampai 14 jam per hari (termasuk tidur siang)
- Usia 3-5 tahun = 10 sampai 13 jam per hari (termasuk tidur siang)
- Usia 6-12 tahun = 9 sampai 12 jam per hari
Salah satu cara mendukung tinggi dan berat anak yang ideal yaitu orangtua perlu memainkan peran sebagai contoh sekaligus pembimbing agar ia lebih mudah menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Dengan berat dan tinggi ideal, tumbuh kembang anak akan lebih optimal.
[embed-health-tool-vaccination-tool]