3. Aktivitas seksual

Sepeti yang dijelaskan di atas, HIV rentan menular lewat hubungan seks tidak aman.
Perilaku seksual yang berisiko dianggap lebih “wajar’ terjadi pada orang dewasa, tapi anak-anak dan remaja juga mungkin saja terlibat. Melansir Liputan 6 yang merujuk hasil survei dari Reckitt Benckiser Indonesia, setidaknya 33% anak muda Indonesia pernah berhubungan seks tanpa pakai kondom.
Selain itu, penularan HIV juga berisiko terjadi pada anak yang mengalami kekerasan seksual dari pelaku yang menderita HIV (baik disadari maupun tidak).
Penularan HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air mani, cairan vagina, atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi HIV dengan luka terbuka atau lecet pada alat kelamin orang sehat, misalnya dinding dalam vagina, bibir vagina, bagian penis mana pun (termasuk lubang bukaan penis), ataupun jaringan dubur dan cincin otot anus.
Perkawinan anak di bawah umur dengan orang yang berisiko memiliki HIV juga membuat mereka lebih rentan terkena infeksi.
4. Tranfusi darah

Praktik donor darah dengan jarum yang tidak steril juga dapat meningkatkan risiko HIV pada anak, terutama di negara-negara yang tingkat kemiskinannya masih tinggi. Anak yang menerima donor dari orang yang positif HIV juga berisiko terinfeksi.
Namun, penularan HIV lewat donor saat ini tergolong langka dan sangat bisa dihindari karena prosedur pengambilan darah sudah diperketat sejak beberapa dekade terakhir. Tenaga medis yang bertanggung jawab dalam pendonoran aka menyaring calon pendonor dengan ketat untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi.
Maka itu, risiko penularan HIV dari donor darah pada anak jauh lebih kecil dibandingkan penularan karena jarum narkoba dan penularan melalui ibu.
Gejala HIV pada anak
Tidak semua anak yang terkena HIV menunjukkan gejala spesifik. Gejala HIV pada anak bisa bersifat ringan atau parah tergantung dari tahapan infeksi atau stadium HIV. Melansir laman Stanford Children’s Health, gejala yang muncul pada anak juga dapat berbeda-beda, tergantung pada usia berapa mereka terkena infeksi pertama kali.
Gejala HIV yang samar-samar dapat membuat orangtua terkecoh dengan tanda penyakit lain yang mirip.
Akan tetapi, ini dia beberapa gejala HIV pada anak secara umum berdasarkan usianya.
1. Bayi

Gejala HIV pada anak balita mungkin sulit dikenali. Maka jika Anda atau pasangan laki-laki Anda termasuk orang yang berisiko, Anda dianjurkan untuk rutin memeriksakan si kecil. Ya! Ayah pun dapat menularkan HIV pada bayi mereka.
Beberapa gejala HIV pada anak usia balita yang akan muncul, antara lain:
- Tumbuh kembang anak terhambat. Misalnya, berat badan tidak kunjung naik.
- Perut membesar karena adanya pembengkakan pada hati dan limpa mereka.
- Mengalami diare dengan frekuensi yang tidak menentu.
- Sariawan akibat infeksi jamur pada mulut anak yang ditandai dengan bercak-bercak putih di rongga pipi dan lidah.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar