Beberapa tahun belakangan, obat remdesivir sering menjadi perbincangan. Obat ini disebut dapat membantu pasien COVID-19 untuk melawan penyakitnya. Ketahui fakta, keamanan, dan informasi lainnya mengenai obat ini melalui ulasan berikut.
Golongan obat: antivirus
Merek dagang: Remdac, Remidia, Remeva, Cipremi, Desrem, Jubi-R, Cofivor.
Apa itu obat remdesivir?
Remdesivir adalah obat antivirus yang termasuk dalam kelas nukleotida analog.
Sebagai obat antivirus, fungsi remdesivir adalah untuk menghentikan virus berkembang biak serta menyebar di dalam tubuh.
Hal ini dapat membantu tubuh melawan infeksi virus, sehingga Anda bisa pulih dengan lebih cepat.
Saat ini, remdesivir telah mendapat persetujuan izin edar dari Badan POM untuk mengobati infeksi virus COVID-19.
Penyakit COVID-19 sendiri disebabkan oleh jenis terbaru virus corona, yakni SARS-COV-2 atau SARS tipe 2.
Badan POM telah menerbitkan izin penggunaan obat ini dalam kondisi darurat (Emergency Use Authorization/EUA) pada pasien COVID-19 di Indonesia.
Namun, ini hanya boleh digunakan untuk pasien berusia di atas 12 tahun dan berat badan minimal 40 Kg yang memiliki derajat berat dan dirawat di rumah sakit.
Sebagai informasi, remdesivir merupakan obat yang dikembangkan oleh Gilead Sciences, yaitu perusahaan biofarmasi yang berbasis di Amerika Serikat.
Awalnya, obat ini digunakan sebagai pilihan pengobatan penyakit Ebola, yaitu wabah yang sempat merebak di Afrika beberapa waktu lalu.
Berdasarkan sebuah penelitian dalam jurnal Nature, remdesivir memiliki efek antiviral terhadap berbagai varian virus Ebola serta beberapa jenis virus RNA lain, seperti filovirus dan arenavirus.
Remdesivir juga diberikan sebagai obat untuk melawan penyakit akibat infeksi coronavirus lain, termasuk penyakit SARS dan MERS.
Sebuah penelitian dalam jurnal Science Translational Medicine menunjukkan bahwa obat ini dapat menghambat perkembangan virus SARS-CoV dan MERS-CoV di dalam tubuh.
Dosis obat remdesivir
Remdesivir tersedia dalam bentuk serbuk injeksi liofilisasi dan larutan konsentrat 100 mg yang diberikan melalui injeksi dengan infus ke dalam pembuluh darah (injeksi intravena).
Obat berbentuk serbuk perlu dicampurkan terlebih dahulu dengan cairan sebelum digunakan.
Obat ini hanya boleh didistribusikan ke rumah sakit dan tidak tersedia di apotek. Pemberian obat juga hanya boleh dilakukan oleh dokter atau perawat di rumah sakit.
Sementara dosisnya, yaitu sebanyak 200 mg sebagai dosis tunggal pada hari pertama.
Selanjutnya, dosis pada hari ke-2 dan hari-hari berikutnya sebesar 100 mg per hari.
Pemberian dosis melalui injeksi intravena selama 30-120 menit dengan frekuensi sekali per hari.
Adapun pemberian obat dilakukan selama 5-10 hari tergantung seberapa baik tubuh Anda merespons obat.
Untuk informasi lebih lanjut, tanyakan pada dokter atau perawat di rumah sakit Anda.
Aturan pakai obat remdesivir
Remdesivir adalah obat yang hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter. Obat ini tidak boleh dibeli sembarang dan tidak tersedia secara bebas di pasaran.
Pemberian obat pun hanya boleh dilakukan oleh dokter atau perawat di rumah sakit.
Oleh karena itu, sangat kecil kemungkinannya Anda mendapat dosis obat yang terlalu sedikit atau banyak.
Meski begitu, bila Anda merasa ada dosis obat yang terlewat atau melebihi dosis yang dianjurkan, segera beri tahu dokter atau perawat Anda langsung.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai aturan pakai remdesivir, konsultasikanlah pada dokter, apoteker, atau perawat Anda.
Efek samping obat remdesivir
Sama seperti obat-obatan pada umumnya, remdesivir mungkin saja menimbulkan efek samping pada beberapa orang.
Tingkat keparahan dan gejala efek samping yang muncul mungkin akan bervariasi.
Berikut beberapa efek samping yang umum dari obat remdesivir.
- Sakit kepala.
- Mual.
- Ruam.
- Nyeri, memar, perdarahan, atau bengkak di area kulit tempat obat disuntikkan.
Efek samping obat ini bisa membaik dengan sendirinya. Namun, beri tahu dokter jika efek samping tidak kunjung mereda atau semakin parah.
Selain yang umum, beberapa efek samping yang lebih serius juga bisa terjadi.
Bila efek samping berikut terjadi, segera beri tahu dokter atau perawat Anda untuk mendapatkan penanganan darurat.
- Mata atau kulit menguning.
- Urine gelap.
- Rasa sakit atau tidak nyaman di area perut kanan atas.
Beri tahu pula pada dokter atau perawat bila Anda mengalami reaksi alergi saat atau setelah pemberian obat.
Gejala reaksi alergi yang dimaksud berupa:
- perubahan tekanan darah atau detak jantung,
- tingkat oksigen dalam darah rendah,
- demam tinggi,
- sesak napas atau mengi,
- pembengkakan pada wajah, bibi, lidah, atau tenggorokan,
- ruam,
- mual,
- muntah,
- berkeringat,
- dan menggigil.
Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas.
Bila Anda memiliki kekhawatiran akan efek samping tertentu, beri tahu dokter atau perawat Anda.
Peringatan dan perhatian saat pakai obat remdesivir
Sebelum mendapat obat remdesivir, sebaiknya Anda memberi tahu pada dokter bila memiliki salah satu dari kondisi di bawah ini.
- Riwayat alergi terhadap obat remdesivir, obat lain, atau bahan lain yang terkandung dalam remdesivir.
- Masalah liver atau hati.
- Penyakit ginjal.
- Masalah sistem imun.
- Sedang hamil atau berencana untuk hamil.
- Sedang menyusui.
Pada kondisi tersebut, Anda mungkin tidak dianjurkan untuk mendapat obat ini atau perlu menjalani pemeriksaan tertentu guna mengetahui apakah obat ini aman untuk Anda.
Jika Anda memiliki masalah dengan sistem imun, dokter mungkin akan memantau Anda lebih dekat untuk mengetahui apakah sistem imun Anda bekerja dengan baik.
Hal ini untuk memastikan apakah pengobatan dapat bekerja secara efektif.
Sementara itu terkait penyimpanan obat, jauhkan obat ini dari paparan sinar matahari dan jangkauan anak-anak.
Sebelum digunakan, tidak ada aturan khusus mengenai penyimpanan obat.
Sementara, obat berbentuk serbuk yang sudah dilarutkan harus segera diencerkan.
Bila sudah diencerkan, obat ini harus segera digunakan. Namun, bila perlu, larutan encer bisa disimpan hingga 24 jam di bawah suhu 25°Celsius atau hingga 48 jam di lemari es.
Buang obat yang sudah habis masa berlakunya atau yang sudah tidak digunakan.
Namun, jangan buang obat dalam toilet atau ke saluran pembuangan. Tanyakan kepada apoteker atau mengenai cara aman membuang obat Anda.
Apakah obat remdesivir aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Hingga saat ini, informasi mengenai penggunaan obat remdesivir pada ibu hamil dan menyusui masih terbatas.
Belum ada penelitian atau uji klinis yang dapat memastikan keamanan obat ini untuk ibu hamil serta janin yang berada di dalam kandungan.
Selain itu, belum diketahui pula apakah obat ini dapat terserap ke dalam air susu ibu (ASI) dan bisa memberi efek pada bayi Anda.
Pemberian obat ini untuk ibu hamil dan menyusui perlu mempertimbangkan manfaat dan risikonya.
Potensi manfaat untuk ibu hamil dan menyusui harus lebih besar dibandingkan dengan risikonya.
Oleh karena itu, selalu diskusikan dengan dokter mengenai kondisi yang Anda miliki sebelum mendapatkan obat ini.
Interaksi obat remdesivir dengan obat lain
Beri tahu pula pada dokter mengenai obat-obatan yang sedang Anda gunakan, baik obat resep, nonresep, suplemen, atau obat herbal.
Pasalnya, beberapa jenis obat mungkin dapat berinteraksi dengan remdesivir.
Interaksi obat bisa membuat risiko efek samping meningkat atau kinerja obat jadi tidak ampuh atau menurun.
Berikut beberapa obat yang telah diketahui dapat berinteraksi dengan remdesivir.
Mungkin ada obat lainnya yang bisa berinteraksi dengan obat ini. Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.
[embed-health-tool-bmi]