Sebelum COVID-19 merebak pada 2019 silam, SARS menjadi salah satu penyakit infeksi pernapasan yang menyebar dengan cepat ke beberapa negara di seluruh dunia. Kenali gejala, penyebab, dan cara mengobatinya dalam pembahasan di bawah ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Sebelum COVID-19 merebak pada 2019 silam, SARS menjadi salah satu penyakit infeksi pernapasan yang menyebar dengan cepat ke beberapa negara di seluruh dunia. Kenali gejala, penyebab, dan cara mengobatinya dalam pembahasan di bawah ini.
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah salah satu infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus SARS-CoV.
Infeksi SARS-CoV yang menyerang saluran pernapasan bisa menyebabkan kematian, terutama bila tidak segera ditangani dengan tepat.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat kematian akibat penyakit SARS mencapai 3% di seluruh dunia.
SARS pertama kali ditemukan di Tiongkok pada tahun 2002. Selanjutnya, penyakit infeksi virus ini menyebar dengan cepat dan mewabah di 29 negara dalam beberapa bulan saja.
Kebanyakan pengidap SARS adalah orang dewasa berumur 25–70 tahun. Beberapa kasus lain ditemukan pada remaja berusia 15 tahun ke bawah.
Orang berusia di atas 50 tahun atau orang dengan komorbiditas atau kondisi penyerta, meliputi diabetes dan penyakit jantung, berisiko mengalami komplikasi fatal dari penyakit ini.
Hal ini bisa terlihat dari angka kematian akibat SARS pada kelompok berisiko yang lebih tinggi.
Saat Anda tertular, virus tidak langsung menginfeksi dan memicu gangguan. Gejala infeksi virus ini mulai muncul pada hari ke-2 hingga ke-7 setelah tertular.
SARS umumnya dimulai dengan gejala mirip flu. Ciri-ciri umum dari penyakit ini meliputi:
Setelahnya, virus akan masuk lebih dalam dan menyerang sel-sel sehat pada saluran pernapasan. Kondisi tersebut akan menimbulkan gejala yang lebih berbahaya, seperti:
Keluhan yang lebih serius bisa berupa pneumonia parah dan berkurangnya kadar oksigen dalam darah. Kondisi ini dapat berakibat fatal pada kasus dengan gejala berat.
Penyakit SARS disebabkan oleh salah satu jenis virus corona yang disebut sebagai SARS-CoV.
Selain SARS, kelompok virus ini juga menyebabkan penyakit lain yang turut menyerang sistem pernapasan, seperti MERS dan COVID-19.
Penularan virus pertama kali terjadi dari hewan ke manusia. Para peneliti menyebutkan bahwa kelelawar dan musang merupakan hewan yang menjadi “sumber virus” SARS.
Dalam tubuh manusia, virus corona bermutasi sehingga dapat berpindah di antara manusia. SARS-CoV masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata.
Virus penyebab SARS bisa ditularkan melalui udara dan percikan air liur (droplet). Berikut merupakan cara penularan virus yang perlu diwaspadai dalam aktivitas sehari-hari.
Beberapa faktor di bawah ini dapat meningkatkan kerentanan Anda untuk terjangkit penyakit SARS.
Dokter akan menanyakan Anda beberapa hal, seperti riwayat perjalanan dan dengan siapa Anda melakukan kontak sebelumnya.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dengan cara mengukur suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan laju pernapasan.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit ini, dokter membutuhkan pemeriksaan lanjutan, seperti:
Pemeriksaan pada sampel darah, dahak, atau feses dapat mendeteksi antibodi yang muncul sebagai respons tubuh saat terinfeksi virus penyebab SARS.
Sementara itu, tes pencitraan bisa dilakukan untuk melihat kondisi paru-paru untuk mengetahui tingkat keparahan dan penyebaran infeksi.
Meski penelitian terhadap penyakit infeksi ini terus dilakukan, para ilmuwan belum menemukan pengobatan yang efektif untuk SARS.
Karena disebabkan oleh virus, obat antibiotik tentu tidak akan bekerja. Di sisi lain, obat antivirus belum menunjukkan banyak manfaat untuk menangani penyakit ini.
Pengobatan SARS umumnya berupa perawatan suportif yang bertujuan mengendalikan gejala dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Beberapa upaya yang dapat dokter lakukan untuk mengobati SARS adalah sebagai berikut.
Pada pasien yang mengalami gejala pneumonia, dokter juga akan memberikan resep tambahan berupa obat steroid anti-inflamasi.
Perawatan pasien juga harus dilakukan di ruangan dengan sistem ventilasi yang optimal untuk melancarkan sirkulasi udara.
Para peneliti masih menguji beberapa vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi SARS-CoV.
Meski begitu, Anda tetap bisa melakukan beberapa kebiasaan hidup sehat di bawah ini untuk mencegah penularan penyakit SARS.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai penyakit ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi terbaik.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)