backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Cerebral Palsy

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 21/11/2022

Cerebral Palsy

Anak yang kesulitan mengatur pergerakan otot dan saraf bisa dicurigai mengalami cerebral palsy. Kondisi ini bahkan paling sering menjadi penyebab cacat motorik pada anak-anak jika tidak mendapat penanganan yang tepat. Maka dari itu, ketahui gejala dan cara tepat menangani cerebral palsy di bawah ini.

Apa itu cerebral palsy?

cerebral palsy

Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah nama sekelompok kondisi yang memengaruhi otot dan saraf. Penyakit ini bisa dimulai dari tahap awal kehidupan yaitu sejak lahir.

Ada tiga jenis cerebral palsy (CP), yaitu spastic (paling umum), dyskinetik, dan ataksik.

Kondisi ini terjadi seumur hidup meski tidak akan memburuk. Kebanyakan pengidap serebral palsi dapat memiliki aktivitas sehari-hari yang normal.

Beberapa orang hanya mengalami gejala ringan dan dapat hidup cukup normal, sedangkan yang lainnya mengalami gejala lebih parah.

Banyak juga penderita yang memiliki tingkat kecerdasan yang normal meskipun mengalami cacat fisik yang parah.

Cerebral palsy pada orang dewasa

Celebral palsy ini hanya bisa muncul pada anak-anak, terutama pada bayi dan balita.

Namun, kondisi ini akan terjadi seumur hidup, sehingga gejalanya juga bisa terlihat saat anak sudah tumbuh dewasa.

Melansir dari Cerebral Palsy Guide, kemajuan terbaru dalam dunia medis telah meningkatkan harapan hidup untuk orang dewasa yang memiliki CP.

Dengan begitu, cerebral palsy pada orang dewasa juga bisa mencapai tingkat yang sama dengan orang yang tidak menderita CP.

Hanya saja, kemajuan tersebut belum menjawab bagaimana cara terbaik mengatasi efek penuaan yang terjadi akibat CP.

Saat memasuki usia dewasa, cerebral palsy sering kali mengalami penuaan dini. Kondisi ini ditandai dengan munculnya tanda penuaan sebelum mencapai usia tua, yaitu mulai usia sekitar 20—40 tahun.

Hal ini dipicu oleh tekanan dan ketegangan yang harus dialami tubuh untuk bisa melakukan aktivitas sehar-hari.

Misalnya, untuk menaiki tangga, penderita CP mungkin harus menggunakan seluruh tenaga yang dimilikinya.

Bagaimana ciri-ciri anak cerebral palsy?

Cerebral palsy adalah kondisi yang bisa terjadi dengan tingkat ringan, sedang, atau parah. Pada dasarnya, serebral palsi terjadi ketika perkembangan motorik anak tidak berkembang dengan baik.

Berikut beberapa tanda cerebral palsy pada anak sesuai dengan usianya.

1. Bayi usia di bawah 6 bulan

Secara umum, berikut tanda atau gejala cerebral palsy yang muncul pada bayi di bawah 6 bulan.

  • Tidak mengangkat kepala ketika Anda menarik tangannya.
  • Tubuhnya terkulai lemas.
  • Saat dipeluk, tubuhnya menjauhi Anda.
  • Saat tubuhnya diangkat, kaki menjadi kaku dan bentuk kakinya bersilang.

2. Bayi di atas 6 bulan

Untuk bayi di atas 6 bulan, berikut gejala serebral palsi.

  • Mengulurkan hanya dengan satu tangan sambil mengepal.
  • Sulit mengunyah makanan.

3. Bayi usia di atas 10 bulan

Sementara itu, pada bayi usia 10 bulan, gejala CP yang mungkin terlihat yaitu berikut.

  • Merangkak dengan posisi miring, mendorong pakai satu tangan dan kaki menyeret.
  • Menggerakkan bokong dengan kondisi terduduk tanpa merangkak.

Berbagai hal yang telah disebutkan merupakan bagian dari perkembangan motorik bayi yang menjadi tanda si kecil mengalami cerebral palsy.

Jenis cerebral palsy

Pada dasarnya, gejala cerebral palsy termasuk pergerakan lengan dan kaki yang abnormal, bayi sulit makan, hingga bentuk otot yang buruk pada awal kehidupan.

Namun selain itu, perkembangan berjalan dan berbicara yang lambat, postur tubuh abnormal, kejang otot, tubuh kaku, koordinasi yang buruk, dan mata yang terlihat marah juga bisa menjadi ciri lainnya.

Dilansir dari Cerebral Palsy Guidance, terdapat 4 jenis cerebral palsy yang perlu Anda pahami untuk membedakan setiap gejalanya.

1. Spastic cerebral palsy

Sekitar 75% cerebral palsy adalah jenis spastic. Pada anak dengan serebral palsi spastic, ia biasanya memiliki otot yang menyempit dengan pergerakan yang kaku, terutama pada kaki, lengan, dan punggung.

Gerakan motorik yang tidak bisa dikendalikan juga menyebabkan kesulitan dalam beberapa hal berikut.

  • Mengendalikan otot.
  • Sulit bergerak dari posisi satu ke posisi lain.
  • Otot kaku dan kejang.
  • Gerakan yang dibuat tidak normal.
  • Menghambat gerakan.

Spastic juga memiliki turunan lain yang dibagi sesuai dengan kondisi anak. Seperti quadriplegia spastik yang berdampak pada tubuh bagian atas dan bawah anak yang sangat membatasi gerakan dan mobilitas. 

Ada juga diplegia spastic yang memengaruhi bagian bawah tubuh. Biasanya, anak yang mengalami kondisi ini masih bisa berjalan tapi memerlukan alat bantu berjalan. 

Terakhir, ada hemiplegia spastic yang hanya mengenai satu sisi tubuh dan biasanya menyerang lengan daripada kaki. Anak yang mengalami ini sebagian besar bisa berjalan.

2. Dyskinetik cerebral palsy

Jenis ini adalah serebral palsi yang paling umum kedua. Gejalanya meliputi berikut ini.

  • Dystonia, yakni anak melakukan gerakan berulang dan memutar.
  • Athetosis, yaitu gerakan menggeliat.
  • Chorea, yakni gerakan anak yang tidak terduga dan sulit dikendalikan.
  • Sulit menelan dan bicara.
  • Postur tubuh yang buruk.

3. Ataxic cerebral palsy

Cerebral palsy ataksik adalah kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh sehingga anak memiliki masalah keseimbangan dan koordinasi.

Anak tampak memiliki pergerakan yang lambat dan tidak terkendali serta bentuk otot yang buruk yang membuat mereka sulit duduk tegap dan berjalan.

4. Cerebral palsy campuran

Gejala campuran cerebral palsy adalah kombinasi dari dua atau tiga jenis serebral palsi yang sudah dijelaskan di atas. Namun, campuran yang paling umum terjadi yaitu campuran spastic dan dyskinetik.

Mengingat serebral palsi adalah kondisi yang melibatkan kinerja otak dan otot, terkadang anak dengan CP bisa memiliki kesulitan belajar, mendengar, atau melihat, atau keterbelakangan mental.

Kapan anak harus diperiksa ke dokter?

Cerebral palsy adalah penyakit yang perlu penanganan khusus. Diagnosis awal dapat membantu mencegah banyak gejala dan mengontrol penyakit dengan lebih baik. Bila Anda melihat adanya tanda dan gejala di atas atau masalah koordinasi dan fungsi otot pada anak Anda, konsultasikanlah kepada dokter.

Apa yang menyebabkan cerebral palsy?

Cerebral palsy umumnya merupakan kondisi gangguan tumbuh kembang anak yang bisa terjadi pada bayi baru lahir dan anak kecil.

Cerebral berarti berhubungan dengan otak, sedangkan palsy berarti kelemahan atau kesulitan menggunakan otot.

Melansir dari Healthy Children, anak-anak dengan CP memiliki gangguan otak untuk mengontrol gerakan motorik.

Gangguan tersebut dapat terjadi akibat adanya kelainan perkembangan otak atau kerusakan pada otak yang sedang berkembang.

Kerusakan atau kelainan tersebut bisa terjadi sebelum kelahiran, selama persalinan, pada bulan pertama setelah kelahiran, atau sebelum anak berusia 1 tahun.

Akibat dari kerusakan otak yakni berdampak pada kemampuan anak dalam mengendalikan ototnya.

CP yang terjadi sebelum kelahiran atau selama persalinan bisa disebut sebagai CP bawaan lahir. Sebagian besar kasus CP, yaitu sekitar 85—90%, merupakan penyakit bawaan lahir.

Meski begitu, pada umumnya, penyebab pasti cerebral palsy sulit diketahui.

Hanya sebagian kecil kasus CP setelah kelahiran bayi, atau tepatnya dalam 28 hari setelah kelahiran, yang diketahui penyebabnya.

Adapun beberapa penyebab lain yang bisa menyebabkan anak mengalami cerebral palsy adalah sebagai berikut.

  • Mutasi genetik yang menjadi faktor utama perkembangan yang tidak normal.
  • Infeksi pada ibu hamil yang berpengaruh pada perkembangan janin.
  • Janin mengalami stroke yang membuat pasokan darah ke otak mengalami gangguan.
  • Infeksi pada bayi yang menyebabkan peradangan di dalam atau sekitar otak.
  • Cedera kepala pada bayi karena kecelakaan atau jatuh ketika masih di dalam kandungan.
  • Kurangnya pasokan oksigen ke otak yang berhubungan dengan persalinan.

Faktor risiko cerebral palsy

cerebral palsy

Selain yang sudah disebutkan di atas, ada sejumlah faktor yang dikaitkan dengan peningkatan risiko cerebral palsy dari aspek kesehatan ibu, janin, dan kandungan.

1. Kesehatan ibu hamil

Tanpa disadari, paparan zat kimia berbahaya bisa menjadi racun ketika sedang hamil dan secara signifikan meningkatkan risiko cerebral palsy pada bayi.

Infeksi yang perlu menjadi perhatian di antaranya sebagai berikut.

  • Herpes saat hamil yang ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan.
  • Infeksi parasit toksoplasmosis
  • Infeksi virus zika.
  • Ibu mengalami cedera atau infeksi selama kehamilan.
  • Gangguan kehamilan yang membuat janin tidak mendapatkan cukup oksigen di dalam kandungan.

Ibu yang mengalami infeksi zika bisa menyebabkan ukuran kepala anak lebih kecil dari normal (mikrosefali/mikrosefalus) dan bisa menyebabkan cerebral palsy.

Sementara untuk infeksi parasit toksoplasmosis umum ditemukan dalam makanan yang tidak matang, atau terpapar sesuatu yang terkontaminasi tanah, juga kotoran kucing.

2. Penyakit bayi baru lahir

Selain faktor kesehatan dan kondisi ibu, penyakit yang diderita bayi ketika baru lahir juga bisa meningkatkan risiko cerebral palsy adalah berikut ini.

  • Bakteri meningitis.
  • Pendarahan pada otak.

Kondisi perdarahan otak disebabkan karena bayi mengalami stroke di dalam rahim.

Sementara itu, infeksi bakteri meningitis menyebabkan peradangan pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.

3. Faktor kelahiran

Risiko serebral palsi meningkat karena faktor kelahiran, beberapa di antaranya sebagai berikut. 

Jika bayi lahir prematur di usia kandungan kurang dari 28 minggu, risikonya untuk mengalai cerebral palsy lebih besar. Semakin awal lahir, semakin besar risikonya terkena serebral palsi.

Sementara itu, bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2,5 kiogram (kg) berisiko tinggi terkena CP. Bahkan, kemungkinan semakin besar ketika berat badan lahir ikut turun.

Komplikasi cerebral palsy

Berikut beberapa dampak atau komplikasi pada bayi yang bisa terjadi akibat serebral palsi.

1. Cacat kognitif atau cacat intelektual

Sekitar sepertiga hingga setengah anak yang mengalami cerebral palsy memiliki perkembangan kognitif yang kurang baik atau cacat kognitif dan intelektual.

Kecacatan ini paling sering terjadi pada mereka yang mengalami quadriplegia spastik, di mana beberapa anggota tubuhnya terpengaruh.

Mereka yang memiliki kondisi gabungan serebral palsi dan epilepsi berisiko tinggi memiliki kecacatan intelektual. Ketidakmampuan belajar juga menjadi komplikasi pada orang dengan serebral palsi.

2. Masalah  penglihatan

Menurut Cerebral Palsy Foundation, sekitar 1 dari 10 orang dengan cerebral palsy memiliki gangguan penglihatan. Lalu, 1 dari 25 orang CP memiliki masalah pendengaran yang parah.

Masalah penglihatan mungkin akan berisiko menimbulkan mata juling pada anak. Di mana mata juling dapat memengaruhi kemampuan mata untuk mengetahui seberapa jauh atau dekat sesuatu yang dilihat. 

Apabila masalah penglihatannya sekadar mata kabur, mata minus, dan silinder, pakai kacamata atau kontak lens kemungkinan dapat memperbaiki kondisi ini.

3. Sulit mengendalikan beberapa otot tertentu

Komplikasi yang dapat terjadi pada cerebral palsy adalah bisa mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan beberapa otot tertentu. Umumnya, otot seperti seperti otot bibir, rahang, tenggorokan, dan lidah.

Hal ini sering kali menyebabkan orang dengan serebral palsi tidak bisa menahan air liur mereka, sulit mengunyah, dan sulit menelan.

Masalah-masalah ini seringkali mengganggu kemampuan mereka untuk makan makanan sehat dan berisiko kekurangan gizi.

4. Skoliosis dan tungkai yang pendek

Anak-anak dengan cerebral palsy dapat mengalami setengah tubuhnya mengalami pemendekan. Hal ini bisa terjadi pada kaki dan lengan.

Perbedaan antara kaki kiri dan kanan sekitar 5 cm dan perlu konsultasi dengan ahli ortopedi bila terjadi pemendekan.

Tergantung pada tingkat perbedaan tinggi kedua kaki, kalau parah, akan dilakukan pengangkatan untuk menyamakan tinggi badan.

Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kemiringan panggul yang bisa menyebabkan melengkungnya tulang belakang atau skoliosis. Terkadang bedah operasi perlu dilakukan untuk memperbaiki skoliosis si Kecil.

5. Masalah pada gigi

Banyak anak-anak dengan CP memiliki risiko terkena penyakit mulut karena kebersihannya yang kurang baik.

Kesulitan mengunyah dan perkembangan bahasan anak yang buruk juga menjadi penyebab hadirnya radang gusi dan gigi berlubang untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Tidak hanya itu, anak-anak juga mengalami cacat pada enamel gigi yang membuat gigi lebih rentan rusak.

Obat-obatan yang dikonsumsi, seperti obat kejang dan asma, bisa berpengaruh pada pembentukkan lubang di gigi.

6. Gangguan pendengaran

Beberapa anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan pendengaran sebagian atau bahkan secara total. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit kuning yang parah atau kekurangan oksigen (anoxia) saat lahir.

Tanda pendengaran anak tidak berfungsi dengan baik adalah ketika dia tidak berkedip saat mendengar suara keras ketika usia 1 bulan. 

Anak juga tidak menoleh pada sumber suara ketika usia 3—4 bulan atau tidak mengucapkan sepatah katapun ketika bayi usia 12 bulan.

Jangan lupa diskusikan dengan dokter untuk konsultasi lebih lanjut.

7. Masalah sendi

Anak yang mengalami cerebral palsy spastik sering memiliki masalah dengan sendi, seperti pengerasan sendi karena tarikan otot yang tidak merata dari otot satu ke otot lain.

Silakan berkonsultasi dengan fisioterapis untuk meregangkan otot pada anak agar mencegah pengerasan sendi kembali terjadi. 

8. Masalah dengan refleks tubuh

Setengah dari anak-anak CP mengalami masalah dengan refleks tubuh. Sebagai contoh, anak CP mungkin tidak bisa merasakan ketika tangan, kaki, atau lengan disentuh atau terkena sesuatu. 

Ketika tangan anak sedang rileks, ia tidak bisa menggerakkan jari tangan tanpa melihat jarinya.

Diagnosis cerebral palsy

Cerebral palsy adalah penyakit yang membutuhkan penanganan khusus. Dokter akan memeriksa fisik dan pergerakan anak dengan hati-hati.

Dokter mungkin menjalankn beberapa tes untuk memastikan CP, yang dapat meliputi berikut ini.

  • Pemindaian otak, seperti CT scan atau MRI otak, untuk menghasilkan gambarotak agar bisa mendeteksi adanya kelainan atau kerusakan pada otak.
  • Elektroensefalogram (EEG), untuk mengetahui penyebab kejang yang mungkin dialami. 
  • Tes laboratorium, yang dapat meliputi tes darah, urine, atau kulit. 
  • Tes konduksi saraf, untuk mendeteksi adanya gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, kecerdasan, perkembangan, pergerakan, dan gangguan lainnya.  

Pengobatan cerebral palsy

nutrisi anak cerebral palsy

Cerebral palsy adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tapi gejala dan cacat dapat dibantu dengan terapi fisik, terapi okupasi, konseling psikologi, dan operasi. Berikut penjelasannya. 

1. Terapi untuk anak cerebral palsy

Meski cerebral palsy adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, ada beberapa terapi yang bisa dilakukan agar kemampuan anak lebih baik, dilansir dari Mayo Clinic.

Latihan fisik

Bentuk terapi latihan fisik, seperti terapi okupasi, bisa membantu kekuatan otot, fleksibilitas, keseimbangan, perkembangan motorik, dan mobilitas anak.

Dengan begitu, anak bisa mengembangkan keahlian seperti berjalan, duduk, dan keseimbangan.

Bentuk latihannya seperti menggenggam sesuatu benda, menggulung, mengontrol gerak kepala, dan badan. Setelah itu, terapis akan melatih anak untuk pemakaian kursi roda.

Alat tertentu seperti penyangga logam untuk kaki, atau pembebat, juga dapat digunakan oleh anak.

Dalam latihan bersama terapis yang sudah ahli, Anda bisa belajar cara merawat dengan aman dan nyaman untuk kebutuhan sehari-hari anak di rumah, seperti mandi, memberi makan, dan lainnya. 

Terapi wicara dan bahasa

Anak dengan serebral palsi mengalami kesulitan dan cenderung terlambat bicara.

Untuk melatih kemampuan bicara anak, Anda membutuhkan ahli bahasa yang bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi, setidaknya dengan bahasa isyarat. 

Bila kesulitan dalam berkomunikasi, mereka juga akan mengajarkan anak menggunakan alat komunikasi lain, seperti komputer dan ponsel.

Terapi wicara juga bisa mengatasi kesulitan mengunyah dan menelan. 

Terapi rekreasi

Maksud dari terapi ini yaitu aktivitas di luar ruangan yang membuat anak lebih banyak bergerak agar motoriknya terlatih.

Ambil contohnya menunggang kuda, berjalan di rerumputan. Jenis terapi ini bisa membantu anak dalam meningkatkan keterampilan motorik, bicara, dan perkembangan emosional anak.

2. Pengobatan di rumah

Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin membantu mengatasi cerebral palsy.

  • Hindari risiko seperti campak jerman selama kehamilan.
  • Hubungi dokter tentang pengobatan yang membantu mengurangi gejala.
  • Cari tahu sekolah dengan pendidikan khusus dan layanan yang terkait untuk anak.
  • Bersikap positif tentang orang dengan CP.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Selain itu, melansir Irish Nutrition & Dietetic Institute, anak dengan cerebral palsy lebih berisiko mengalami kurang gizi.

Penyebabnya bisa berasal dari ketidakmampuan untuk makan sendiri, gangguan saat mengunyah dan menelan, hingga bentuk makanan yang harus dimodifikasi.

Beberapa cara untuk memenuhi nutrisi anak cerebral palsy adalah sebagai berikut. 

Memodifikasi bentuk makanan dan porsi makan anak

Modifikasi bentuk, porsi, dan menu makanan anak terkadang diperlukan agar anak bisa makan lebih banyak.

Anda mungkin perlu mencincang dan menghaluskan makanan, atau menambahkan kaldu, susu, dan kuah agar anak dapat makan dengan lebih mudah.

Jika si Kecil tergolong susah makan, coba bagi porsi makan utama yang tadinya tiga kali sehari menjadi 5—6 kali dengan porsi yang lebih kecil.

Memberikan asupan suplemen

Oleh sebab itu, dokter dan ahli gizi akan memberikan suplemen berisi vitamin, mineral, protein, atau kalori karena anak dengan serebral palsi cenderung  sulit memperoleh gizi yang dibutuhkan.

Meski efektif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan serebral palsi, pemberian suplemen harus dilakukan sesuai anjuran dokter dan ahli gizi.

Hal ini disebabkan karena dosis dan bentuk suplemen yang diperlukan berbeda-beda pada tiap anak.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 21/11/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan