dok apakah apa yg selama ini saya lakukan salah, trauma itu selalu menghantui pikiran dan hati saya,selama ini saya berusaha menjadi seorang istri n seorang ibu bahkan saya rela mengorbankan waktu saya untuk bekerja menggantikan tulang punggung klrga kami,semua itu tidak luput dari kewajiban saya seorang istri n ibu,tapi ttp salah.hujatan,makian,ancaman,bahkan pukulan itu kerap sy terima.sy ttp bertahan tapi bukan berarti sabar,karena sudah berulangkali sy mencoba untuk mengakhiri hidup,putus asa karena JK kami berpisah sy takut kehilangan anak dari tangan saya, karena saya tau betul sifat n karakter suami saya seperti apa, sedang kan bertahan rasanya pun hambar,diantara kami SDH tidak ada kepercayaan lagi, kepedulian dia pun terhadap kami ank n istrinya pun tak ada,dia rela mengorbankan istrinya demi kesenangan dia sepihak tanpa berfikir panjang n terlebih lagi kepada anak" jls sekali keberatannya dlm berbagi waktu untuk ank,maka dari itu sy rela mengalah membagi waktu anta