Apabila sering makan berlebihan, tidak makan teratur, jarang berolahraga, sering ngemil, dan melakukan pola makan tidak seimbang, Anda berisiko mengalami obesitas.
Kondisi ini bisa dialami siapa saja dan usia berapa pun. Cari tahu informasi lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Apa itu obesitas?
Obesitas adalah penumpukan lemak yang tidak normal atau berlebihan dalam tubuh. Jika dibiarkan, ada berbagai risiko penyakit yang mengintai Anda, seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Obesitas termasuk masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia. Selain menyebabkan masalah kesehatan, kondisi ini dapat memicu gangguan psikologis, seperti stres dan depresi.
Meski sama-sama masalah kegemukan, obesitas berbeda dengan overweight.
Overweight alias kelebihan berat badan yaitu kondisi kenaikan berat badan berlebih. Kondisi ini bukan hanya disebabkan lemak berlebih, melainkan juga massa otot atau cairan dalam tubuh.
Obesitas juga perlu diukur dengan perhitungan body mass index (BMI). Rumus dari perhitungan BMI meliputi:
BMI = berat badan (kg) / (tinggi (m) x tinggi (m))
Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention, bila angka BMI lebih besar dari 25, Anda mungkin termasuk kelebihan berat badan. Jika angkanya mencapai 30 atau lebih, artinya Anda termasuk ke dalam kategori obesitas.
Kabar baiknya, masalah obesitas dapat diatasi dengan perubahan pola makan, rutin berolahraga, dan perilaku hidup sehat. Selain pola makan, obat-obatan dan prosedur medis juga bisa menjadi cara mengobati obesitas.
Apakah berat badan 70 kg termasuk obesitas?
Apabila dihitung dari tinggi badan rata-rata orang Indonesia yaitu 160 cm, BMI yang dimiliki orang dengan berat 70 kg yaitu 27, 4. Artinya, berat ini sudah termasuk dalam obesitas tipe 1.
Seberapa umum kondisi ini?
Obesitas termasuk masalah kesehatan yang dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Dikutip dari WHO, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa (di atas 18 tahun) mengalami kelebihan berat badan.
Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 650 juta orang dewasa yang mengalami obesitas. Artinya, sekitar 13% dari populasi orang dewasa di dunia (11% pria dan 15% wanita) yang mengalami obesitas pada 2016 secara keseluruhan.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, terdapat peningkatan prevalensi obesitas pada masyarakat di Indonesia berusia di atas 18 tahun meningkat dari 11,7% menjadi 15,4%.
Tingginya persentase tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Itu sebabnya, sebaiknya Anda diskusikan dengan dokter untuk penjelasan lebih lengkap.
Tanda dan gejala obesitas
Obesitas tidak memiliki gejala khas yang pasti. Namun, dokter akan mendiagnosis kondisi ini ketika indeks massa tubuh (IMT) Anda 30 atau lebih.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menentukan apakah seseorang termasuk obesitas atau tidak, yakni dengan mengukur hal-hal berikut ini.
- Body Mass Index (BMI).
- Lingkar pinggang.
- Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP).
- Tebal lipatan kulit menggunakan alat ukur yang bernama skinfold.
- Kadar lemak tubuh dengan alat bioelectrical impedance analysis (BIA).
Bagi kebanyakan orang, mengukur BMI adalah cara yang paling mudah untuk memperkirakan lemak dalam tubuh. Namun, cara ini tidak langsung mengukur lemak.
Hal ini yang membuat sebagian orang yang berotot mungkin saja memiliki BMI yang termasuk jenis obesitas. Akan tetapi, mereka tidak memiliki lemak tubuh berlebih.
Kapan harus periksa ke dokter?
Bila Anda khawatir terkait masalah kesehatan yang terkait dengan berat badan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Dengan begitu, Anda bisa mengetahui apa saja risiko yang dapat terjadi dan berdiskusi cara menurunkan berat badan sesuai kondisi Anda.
Penyebab obesitas
Penyebab utama dari obesitas yaitu jumlah yang tidak seimbang antara kalori yang masuk dan yang keluar. Penumpukan kadar yang berlebihan ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor.
Faktor-faktor tersebut yang nantinya dapat menyebabkan seseorang mengalami kegemukan.
Umumnya, obesitas merupakan hasil dari kombinasi penyebab dan faktor risiko. Berikut ini sederet faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kegemukan.
1. Genetik
Genetik atau faktor keturunan termasuk faktor terbesar yang dapat memicu obesitas. Anak dari orangtua yang mengalami kondisi ini lebih berisiko dibandingkan anak dengan orangtua yang memiliki berat badan ideal.
Faktor genetik ini berperan dalam cara kerja tubuh ketika mengolah makanan menjadi energi, mengatur nafsu makan, dan membakar kalori selama berolahraga.
2. Gaya hidup tidak sehat
Tidak hanya dari keluarga, obesitas juga disebabkan karena gaya hidup tidak sehat. Hal ini mencakup diet tinggi kalori, kurang konsumsi buah dan sayur, serta sering makan makanan cepat saji.
Orang yang kurang tidur, minum minuman berkalori tinggi, seperti alkohol, dan jarang berolahraga juga berisiko mengalami obesitas.
3. Penggunaan obat-obatan tertentu
Beberapa obat-obatan dengan efek samping kenaikan berat badan meliputi antidepresan, antipsikotik, obat anti kejang, steroid, dan penghambat beta.
Beberapa obat tersebut dapat mengubah fungsi tubuh dan otak, sehingga nafsu makan pun meningkat. Peningkatan nafsu makan ini ternyata disertai dengan menurunnya tingkat metabolisme yang bisa memicu berat badan naik.
4. Usia
Seiring dengan bertambahnya usia, perubahan hormon, dan gaya hidup yang kurang aktif membuat seseorang lebih berisiko mengalami kondisi ini.
Selain itu, jumlah otot pada tubuh yang cenderung menurun bisa menyebabkan penurunan metabolisme. Perubahan ini juga mengurangi kebutuhan kalori dan membuat Anda sulit untuk menurunkan berat badan.
5. Stres
Bagi Anda yang sering mengalami stres mungkin perlu berhati-hati. Pasalnya, Anda cenderung lebih banyak makan ketika stres untuk memperbaiki suasana hati, terutama makanan manis.
Tanpa Anda sadari, konsumsi makanan pada saat seperti itu dapat membuat Anda makan lebih banyak. Akibatnya, penumpukan kalori, gula, dan lemak dalam tubuh pun tidak dapat dihindari.
6. Berhenti merokok
Banyak orang yang berhenti merokok mengeluhkan kenaikan berat badan yang sangat mungkin berisiko terhadap obesitas.
Ketika berhenti merokok, makan menjadi cara mengalihkan keinginan untuk merokok. Meski begitu, menghentikan kebiasaan merokok tentu memberikan manfaat yang lebih besar.
Komplikasi obesitas
Bila obesitas tidak segera ditangani, ada sejumlah penyakit serius yang mengintai para penderitanya. Berikut bahaya obesitas yang perlu Anda waspadai:
- diabetes tipe 2,
- osteoartritis,
- stroke dan penyakit jantung,
- gangguan sistem pencernaan, seperti heartburn dan gangguan fungsi hati,
- kanker, seperti kanker rahim, kanker serviks, dan kanker lainnya,
- infertilitas, dan
- sleep apnea.
Diagnosis obesitas
Selain mengukur indeks massa tubuh (IMT), dokter akan menggunakan cara lainnya untuk mendiagnosis obesitas, seperti:
Pengobatan obesitas
Tujuan dari pengobatan obesitas adalah menurunkan berat badan hingga mencapai kategori ideal dan mempertahankannya.
Berat badan ideal dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan mengurangi risiko komplikasi.
Anda mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli diet atau dokter spesialis gizi untuk memahami bagaimana mengubah kebiasaan makan.
Di bawah ini ada sejumlah cara yang direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi obesitas.
1. Perubahan pola makan
Salah satu cara mengatasi obesitas yang penting yakni mengubah kebiasaan makan.
Anda mungkin perlu bantuan dari dokter atau ahli gizi untuk mengetahui berapa banyak kadar kalori yang dibutuhkan sesuai kondisi.
Meski begitu, perubahan pola makan untuk mengatasi kegemukan umumnya meliputi mengurangi jumlah kalori yang dikonsumsi, makan dalam porsi yang besar tetapi rendah kalori, atau perbanyak sumber protein nabati.
2. Lebih banyak berolahraga
Selain pola makan, Anda perlu lebih banyak bergerak untuk membakar kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Orang dengan obesitas disarankan untuk berolahraga intensitas sedang setidaknya 150 menit. Bila ingin menurunkan berat badan secara signifikan, Anda mungkin bisa beraktivitas fisik selama 300 menit atau lebih dalam seminggu.
Jika sudah terbiasa, Anda bisa meningkatkan durasi waktu ketika daya tahan tubuh ikut meningkat.
3. Obat penurun berat badan
Pada dasarnya, menurunkan berat badan yang paling baik adalah perubahan pola makan dan berolahraga. Namun, dokter mungkin akan meresepkan obat penurun berat badan pada situasi tertentu.
Beberapa obat yang disebut anti obesitas ini antara lain sebagai berikut.
- Orlistat (Alli, Xenical).
- Phentermine and topiramate (Qsymia).
- Bupropion and naltrexone (Contrave).
- Liraglutide (Saxenda, Victoza).
4. Operasi
Jika berat badan 100% di atas berat badan ideal atau BMI melebihi 40 dan gagal menerapkan metode yang disarankan, operasi mungkin akan dilakukan.
Ada sejumlah jenis operasi yang ditujukan untuk mengatasi kegemukan, seperti:
- operasi bariatrik,
- operasi lambung,
- operasi lengan lambung, dan
- prosedur pada wilayah perut.
Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter demi mendapatkan solusi yang tepat untuk Anda.
[embed-health-tool-bmi]