Keguguran tentu merupakan hal yang paling tidak diinginkan terjadi saat kehamilan. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab keguguran, mulai dari kondisi janin saat pertama kali ada di rahim ibu, kelainan rahim ibu, sampai pada kondisi kesehatan dan gaya hidup ibu.
Keguguran bisa saja terjadi secara tiba-tiba, padahal ibu sudah sangat menjaga kehamilannya. Bahkan, keguguran bisa terjadi saat wanita belum menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Sekitar 10-20% dari kehamilan bisa berakhir pada keguguran. Umumnya, keguguran terjadi pada trimester pertama kehamilan, yaitu 7-12 minggu setelah terjadinya pembuahan.
Apa saja yang bisa menyebabkan keguguran?
Banyak hal yang dapat menyebabkan keguguran. Jika keguguran terjadi selama trimester pertama (3 bulan pertama kehamilan), biasanya disebabkan oleh masalah pada janin. Sedangkan, jika keguguran terjadi pada trimester kedua, biasanya terjadi karena kondisi kesehatan ibu.
Keguguran pada trimester pertama
Keguguran pada trimester pertama, biasanya disebabkan oleh:
1. Masalah kromosom pada bayi
Sebesar 50-70% keguguran yang terjadi pada trimester pertama disebabkan oleh hal ini. Seringnya, sel telur yang telah dibuahi sperma memiliki jumlah kromosom yang tidak tepat, bisa kekurangan maupun kelebihan, sehingga janin tidak dapat berkembang dengan normal dan terjadilah keguguran.
2. Masalah pada plasenta
Plasenta merupakan organ yang menghubungkan aliran darah ibu ke bayi, sehingga bayi mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Oleh karena itu, jika terjadi masalah pada plasenta, maka dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi, bahkan bisa menyebabkan keguguran.
Keguguran pada trimester kedua
Keguguran pada trimester kedua, biasanya disebabkan oleh:
1. Kondisi kesehatan ibu
Ibu yang menderita penyakit saat hamil, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, lupus, penyakit ginjal, dan masalah pada kelenjar tiroid, mempunyai kemungkinan mengalami risiko keguguran lebih tinggi. Ibu yang mempunyai penyakit sindrom ovarium polikistik (PCOS) juga dikaitkan dengan risiko keguguran yang lebih tinggi, namun masih belum jelas bagaimana hal ini bisa terjadi.
2. Penyakit infeksi
Seperti rubella, cytomegalovirus, bacterial vaginosis, HIV, chlamydia, gonorea, sifilis, dan malaria, juga dapat meningkatkan risiko keguguran pada ibu hamil. Infeksi ini dapat menyebabkan kantung ketuban pecah sebelum waktunya atau juga dapat menyebabkan pembukaan leher rahim yang terlalu cepat.
3. Keracunan makanan
Disebabkan karena mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau mikroba lainnya. Misalnya, bakteri listeria yang dapat ditemukan pada produk susu yang tidak dipasteurisasi, parasit toxoplasma yang dapat diperoleh dari konsumsi daging mentah atau setengah matang (biasanya domba dan babi), dan bakteri salmonella yang dapat ditemukan pada telur mentah atau setengah matang.
4. Struktur rahim
Masalah dan kelainan pada bentuk rahim dapat menyebabkan keguguran. Selain itu, adanya pertumbuhan fibroid (non-kanker) dalam rahim juga dapat membahayakan perkembangan janin.
5. Melemahnya leher rahim
Otot leher rahim yang terlalu lemah dapat mengakibatkan leher rahim membuka terlalu cepat, sehingga dapat mengakibatkan keguguran. Hal ini juga biasa dikenal dengan nama inkompetensi serviks.
Apa saja faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko keguguran?
Peluang wanita untuk mengalami keguguran bertambah, bila:
1. Usia wanita sudah tua saat kehamilan
Kehamilan di usia tua menempatkan wanita lebih tinggi untuk mengalami risiko keguguran. Wanita yang berusia 40 tahun saat hami memiliki risiko 2 kali lipat untuk mengalami keguguran dibandingkan dengan wanita yang hamil di usia 20 tahun. Semakin tua usia saat hamil, semakin tinggi juga risiko mengalami keguguran.
2. Obesitas atau kekurangan berat badan
Kelebihan maupun kekurangan berat badan, keduanya sama-sama dapat meningkatkan risiko keguguran. Penelitian yang diterbitkan oleh International Journal of Obstetrics and Gynaecology menunjukkan bahwa wanita yang kekurangan berat badan (underweight) mempunyai kemungkinan 72% untuk mengalami keguguran selama trimester pertama kehamilan dibandingkan dengan wanita yang mempunyai berat badan normal.
3. Merokok dan minum alkohol
Wanita yang merokok (atau mantan perokok) dan minum alkohol selama kehamilan dapat meningkatkan risiko mengalami keguguran dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok dan minum alkohol. Penelitian juga menunjukkan bahwa ibu dan ayah yang mengonsumsi tinggi alkohol di sekitar waktu pembuahan dapat meningkatkan risiko keguguran saat hamil.
4. Obat-obatan
Hati-hati bila mengonsumsi obat saat hamil. Bertujuan untuk mengobati, tetapi salah obat justru dapat membuat Anda keguguran. Beberapa obat yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami keguguran adalah misoprostol dan methotrexate (untuk mengobati rheumatoid arthritis), retinoids (untuk mengobati eksim dan jerawat), dan obat jenis non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), seperti ibuprofen (untuk mengobati nyeri dan peradangan).
5. Riwayat keguguran
Wanita yang pernah mengalami keguguran sebanyak 2 kali atau lebih secara berturut-turut lebih mungkin untuk mengalami keguguran lagi dibandingkan dengan wanita yang belum pernah mengalami keguguran.
6. Kadar vitamin
Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan kadar vitamin D dan vitamin B dalam tubuh juga dapat meningkatkan risiko keguguran saat hamil. Oleh karena itu, sebaiknya penuhi kebutuhan zat gizi Anda saat hamil, konsumsi vitamin prenatal jika perlu.
BACA JUGA
- Apa Itu Keguguran Diam-diam?
- Mengetahui Penyebab dan Tanda-Tanda Keguguran
- Berdamai Dengan Vonis Keguguran
[embed-health-tool-ovulation]