Sensasi terbakar atau panas yang terasa pada vagina merupakan masalah sistem reproduksi wanita yang umum terjadi. Penyebab daerah miss V terasa panas pun beragam. Kendati begitu, ada beberapa cara untuk mengatasi masalah vagina terasa panas dan terbakar yang bisa Anda coba.
Apa itu vagina terasa panas?
Vagina terasa panas memang kerap dikeluhkan oleh sebagian besar wanita. Biasanya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait kondisi ini.
Namun, terkadang, kondisi ini bisa menjadi tanda adanya infeksi menular seksual atau sariawan pada vagina.
Jika gejalanya berlanjut, ada beberapa perawatan di rumah yang mungkin bisa Anda coba sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Apa penyebab daerah miss V terasa panas?
Vagina terasa panas sering kali muncul tiba-tiba. Bahkan, gejalanya dapat meningkat secara bertahap dari waktu ke waktu.
Berikut adalah beberapa penyebab vagina terasa panas yang perlu Anda ketahui sebelum mendapatkan penanganan yang tepat.
1. Vaginosis bakterial
Vaginosis bakterial (BV) adalah hasil dari pertumbuhan berlebih dari bakteri tertentu di vagina. Mengutip CDC, ini adalah kondisi vagina yang paling umum terjadi pada wanita usia 15 – 44 tahun.
Gejalanya meliputi sensasi terbakar saat buang air kecil, gatal, keputihan berwarna abu-abu, dan bau vagina yang tidak sedap. Risiko infeksi diyakini dapat meningkat dengan melakukan hubungan seks tanpa kondom.
2. Infeksi vagina
Infeksi vagina biasanya disebabkan oleh jamur yang disebut Candida atau Monilia, yang secara alami berada di dalam tubuh. Kondisi ini dapat terjadi ketika jamur ini tumbuh subur.
Berdasarkan data yang diperoleh, 75% wanita mengalami infeksi jamur pada tahap tertentu dalam hidup mereka.
Selain terasa panas pada vagina, gejala lainnya meliputi gatal dan bengkak pada vagina dan vulva, nyeri saat berhubungan, keputihan kental berwarna putih seperti keju cottage, dan ruam merah pada vulva.
3. Perubahan hormon
Sebagian besar wanita mengalami perubahan hormonal selama menstruasi, kehamilan, perimenopause, dan menopause. Perubahan hormonal ini terkadang dapat menyebabkan vagina gatal atau panas.
Penurunan estrogen selama perimenopause dan menopause diketahui menyebabkan kekeringan pada vagina, yang dapat digambarkan sebagai sensasi panas pada vagina.
4. Infeksi saluran kemih
Menurut penelitian, infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu infeksi paling umum pada wanita dan pria. ISK disebabkan oleh bakteri kecil yang dikenal sebagai mikroba yang masuk ke saluran kemih.
Gejala yang biasanya terkait dengan ISK termasuk sering ingin buang air kecil, sensasi terbakar saat buang air kecil, dan nyeri di perut bagian bawah atau daerah panggul.
5. Infeksi dan penyakit menular seksual
Trikomoniasis, klamidia, dan gonore adalah beberapa penyakit menular seksual (PMS) yang paling sering dialami.
Bagi wanita, gejala PMS dapat mencakup sensasi panas dan gatal pada vagina, keputihan yang tidak normal, ketidaknyamanan saat berhubungan seks atau buang air kecil, dan terkadang nyeri perut akut.
Namun, banyak wanita tidak mengalami gejala sama sekali dan tidak menyadari bahwa mereka adalah pembawa PMS sampai tes dilakukan.
6. Lichen sclerosus
Lichen sclerosus adalah kondisi kulit yang tidak biasa yang menyebabkan kulit putih merata pada alat kelamin dan anus, yang juga bisa menjadi penyebab daerah miss V terasa panas.
Namun, penyakit ini tergolong langka dan sangat jarang terjadi. Pada wanita usia menopause, kondisi ini sering kali disertai dengan gatal parah, luka ulserasi, kemerahan, dan nyeri saat berhubungan.
7. Reaksi kulit terhadap bahan produk tertentu
Produk sehari-hari yang mengandung bahan kimia serta jenis pakaian tertentu dapat menyebabkan reaksi kulit pada area intim. Reaksi ini biasanya berupa rasa gatal, panas, hingga lecet pada vagina.
Deterjen cucian baru yang belum pernah Anda gunakan sebelumnya bisa jadi penyebabnya. Selain itu, membersihkan vagina dengan sabun beraroma atau menggunakan pembalut dan tisu toilet juga dapat mengiritasi.
8. Memakai pakaian terlalu ketat
Memilih celana dalam berbahan sintetis juga diketahui menyebabkan reaksi kulit di sekitar vagina. Pasalnya, kondisi yang terlalu ketat itu bisa membatasi udara ke area intim.
Bagi sebagian wanita, menggunakan celana jeans dan celana dalam yang ketat juga tidak terlalu nyaman karena dapat menyebabkan iritasi hingga menimbulkan sensasi terbakar pada vagina.
Tips mengatasi vagina yang terasa panas dan terbakar
Ada beberapa cara yang mungkin bisa Anda lakukan di rumah untuk meredakan rasa panas pada vagina, di antaranya sebagai berikut.
1. Menggunakan kompres dingin
Salah satu cara untuk mengatasi sensasi panas yang dirasakan pada vagina Anda adalah mengompres area tersebut dengan kompres dingin.
Caranya adalah sebagai berikut.
Saat menggunakan es batu, jangan menempelkannya langsung ke kulit vagina.
Balut es batu dengan handuk bersih.
Tempelkan ke area yang terasa sakit atau panas.
Jika hanya menggunakan air dingin, cukup rendam handuk bersih, peras, lalu tempelkan ke vagina.
Kompres vagina yang terasa panas sebanyak 2 – 3 jam sekali.
Usahakan tidak menempelkannya lebih dari 20 menit dalam sekali kompres.
2. Mengoleskan petroleum jelly
Sensasi panas hingga vagina yang kering akan lebih rentan menimbulkan iritasi dan jamur.
Untuk mengatasinya, Anda bisa mengoleskan petroleum jelly sebagai obat miss V yang terasa panas dan lembap. Ingat, penggunaannya dikhususkan untuk daerah luar vagina saja, bukan di bagian dalam.
Walaupun demikian, sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan dokter sebelum menggunakan petroleum jelly untuk mengobati vagina yang terasa panas.
Setelah BAB, bersihkan daerah anus dengan arah dari depan ke belakang.
Membersihkan daerah luar vagina dengan air dan sabun tanpa pewangi maksimal satu kali sehari.
Jika muncul rasa gatal, usahakan untuk tidak menggaruknya karena akan memperparah rasa panas tersebut.
Menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom, untuk mengurangi risiko infeksi menular seksual ketika berhubungan seks.
4. Obat-obatan
Minum obat antibiotik diperlukan untuk mengatasi miss V terasa panas akibat vaginosis bakterial. Penting untuk menyelesaikan seluruh pengobatan agar menghindari infeksi bakteri yang berulang.
Apabila vagina terasa panas disebabkan oleh infeksi jamur, maka Anda mungkin dapat menggunakan krim atau salep antijamur yang dijual bebas.
Pengobatan rumahan untuk infeksi jamur termasuk mengonsumsi probiotik untuk menyeimbangkan kembali bakteri di vagina.
Jika cara-cara di atas tak mampu meredakan rasa panas di vagina, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
[embed-health-tool-ovulation]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
American Academy of Dermatology. 5 Ways to Use Petroleum Jelly for Skin Care. Retrieved 8 August 2022, from https://www.aad.org/public/everyday-care/skin-care-secrets/routine/petroleum-jelly
Health Direct. Vaginal Irritation and Infection. Retrieved 8 August 2022, from https://www.healthdirect.gov.au/vaginal-irritation-and-infection
Is that burning sensation a urinary tract infection? (2021, August 8). Johns Hopkins Medicine, based in Baltimore, Maryland. Retrieved 8 August 2022, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/urinary-tract-infections/is-that-burning-sensation-a-urinary-tract-infection
STD facts – Bacterial vaginosis. (2022, June 2). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 8 August 2022, from https://www.cdc.gov/std/bv/stdfact-bacterial-vaginosis.htm
Learn more about vaginal candidiasis (vaginal yeast infections). (2022, July 13). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 8 August 2022, from https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html
Lichen sclerosus. (2017, October 18). nhs.uk. Retrieved 8 August 2022, from https://www.nhs.uk/conditions/lichen-sclerosus/
Trichomoniasis. (2021, February 22). Office on Women’s Health. Retrieved 8 August 2022, from https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/trichomoniasis
STD facts – Chlamydia. (2022, July 7). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 8 August 2022, from https://www.cdc.gov/std/chlamydia/stdfact-chlamydia.htm
CDC – Gonorrhea treatment. (2022, April 4). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 8 August 2022, from https://www.cdc.gov/std/gonorrhea/treatment.htm