backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Poliuria (Sering Buang Air Kecil)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 30/11/2020

Poliuria (Sering Buang Air Kecil)

Definisi

Apa itu poliuria?

Poliuria adalah kondisi ketika tubuh menghasilkan urine (air kencing) secara berlebihan. Kondisi yang termasuk penyakit kandung kemih ini membuat Anda lebih sering ingin buang air kecil. Ketika kencing, urine yang dikeluarkan pun jauh lebih banyak dari seharusnya.

Produksi urine setiap orang berbeda-beda. Meski begitu, tubuh orang dewasa rata-rata dapat menghasilkan urine normal sebanyak 0,8-2 liter dalam sehari, dengan perkiraan asupan cairan sebanyak 2 liter dari minum air maupun sumber lainnya.

Volume urine bisa dikatakan berlebihan bila sudah melewati 2,5 liter dalam sehari. Pada penderita poliuria, produksi urine bahkan dapat mencapai 15 liter dalam kurun waktu 24 jam. Akibatnya, Anda jadi sering bolak-balik pergi ke kamar mandi.

Poliuria umumnya muncul akibat penyakit tertentu. Maka dari itu, penanganan terhadap poliuria perlu disesuaikan dengan penyakit pemicunya. Jika penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan, barulah poliuria ditangani dengan obat-obatan.

Poliuria yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak jangka panjang. Keluarnya urine dalam jumlah besar dapat mengakibatkan hiponatremia (rendahnya kadar natrium dalam darah), koma, hingga kematian.

Gejala

Apa saja gejala poliuria?

Gejala sering kencing yang utama tentu saja sering ingin buang air kecil. Orang dewasa yang sehat buang air kecil normal sebanyak 6-7 kali dalam sehari. Buang air kecil hingga 10 kali dalam 24 jam masih tergolong wajar asalkan tidak ada keluhan dan urine tampak normal.

Penderita poliuria dapat buang air kecil hingga belasan kali dalam satu hari. Mereka mungkin juga sering terbangun saat tidur karena ingin buang air kecil pada malam hari (nokturia) atau sebuah kondisi yang dikenal sebagai nokturia.

Jika poliuria disebabkan oleh penyakit tertentu seperti diabetes atau gagal ginjal, Anda kemungkinan juga akan mengalami gejalanya. Gejala poliuria pada penderita diabetes biasanya disertai dengan polidipsia (sering haus) dan polifagia (rasa lapar berlebih).

Kapan Anda perlu ke dokter?

Ada banyak sekali faktor yang dapat memancing rasa ingin buang air kecil, mulai dari makanan, minuman, hingga kecemasan. Apabila pemicunya bukanlah penyakit, Anda tidak perlu cemas karena kondisi ini hanya berlangsung sementara.

Akan tetapi, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami kondisi berikut:

  • Sering ingin buang air kecil walaupun tidak minum banyak air, alkohol, atau minuman berkafein.
  • Rasa ingin buang air kecil mengganggu tidur atau kegiatan sehari-hari.
  • Ada tanda-tanda penyakit infeksi saluran kemih seperti nyeri saat buang air kecil, susah buang air kecil, dan urine berdarah.

Sering buang air kecil juga dapat menandakan penyakit yang lebih serius, seperti infeksi ginjal (pielonefritis), gangguan sumsum tulang belakang, bahkan kanker. Segera kunjungi dokter bila terjadi kondisi:

  • poliuria secara mendadak pada anak-anak,
  • demam,
  • sakit punggung,
  • penurunan berat badan secara drastis.
  • berkeringat pada malam hari, dan
  • kaki atau tangan menjadi lemah.

Penyebab

Apa yang menyebabkan produksi urine berlebihan?

Poliuria biasanya terjadi karena seseorang mengonsumsi cairan secara berlebihan. Semakin banyak cairan yang masuk ke tubuh Anda, semakin banyak pula air kencing yang akan terbentuk dalam ginjal.

Beberapa jenis minuman juga bisa membuat Anda lebih sering kencing karena bersifat diuretik. Minuman seperti kopi, teh, serta alkohol meningkatkan kadar garam dan air dalam urine sehingga volume urine yang diproduksi pun ikut meningkat.

Poliuria akibat banyak minum bukanlah masalah besar karena dapat membaik dengan sendirinya. Di sisi lain, ada pula sejumlah penyakit yang jadi penyebab sering buang air kecil, seperti:

  • Diabetes tipe 1 dan 2. Ginjal tidak bisa menyaring gula dalam darah. Akibatnya, urine yang keluar ikut membawa banyak cairan sehingga Anda sering kencing.
  • Diabetes insipidus. Penyakit ini membuat tubuh kesulitan mengontrol jumlah cairan. Dampaknya, Anda lebih sering haus dan selalu ingin buang air kecil.
  • Penyakit ginjal. Jika fungsinya menurun, ginjal tidak dapat memproduksi urine seperti sebelumnya. Salah satu dampaknya adalah produksi urine berlebih.
  • Kehamilan. Kehamilan dapat memicu diabetes gestasional. Penyakit ini memicu dampak yang sama seperti diabetes melitus terhadap produksi urine.
  • Penyakit hati. Hati berfungsi memecah zat buangan tubuh dan menyalurkannya ke ginjal untuk dibuang. Gangguan pada hati dapat memengaruhi fungsi ginjal.
  • Kecemasan. Kecemasan berlebih bisa mengganggu keseimbangan vasopresin. Zat ini mengontrol kadar air dalam ginjal.
  • Cushing’s syndrome. Ini adalah kondisi ketika hormon kortisol terlalu tinggi. Kortisol memengaruhi hormon yang berperan dalam pembentukan urine.
  • Hiperkalsemia. Terlalu banyak kalsium dalam darah dapat memengaruhi fungsi ginjal dan hormon yang berperan dalam produksi urine.

Obat-obatan tertentu juga dapat memengaruhi pembentukan urine dan membuat Anda lebih sering buang air kecil. Berikut di antaranya:

  • Calcium channel blockers. Obat ini melebarkan pembuluh darah sehingga ada lebih banyak darah yang mengalir menuju ginjal untuk disaring.
  • Lithium. Obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan mood. Jika dikonsumsi secara rutin, lithium dapat memicu poliuria dan polidipsia.
  • Diuretik. Seperti halnya minuman diuretik berupa teh atau kopi, obat ini meningkatkan kadar garam dan air dalam urine.
  • Tetracycline. Antibiotik ini memengaruhi hormon penting dalam produksi urine.
  • SSRI. Obat-obatan untuk depresi bisa menghambat kerja hormon yang diperlukan untuk mengontrol pembentukan urine.

Diagnosis

Bagaimana cara mendiagnosis poliuria?

Pada dasarnya, tidak ada metode khusus untuk mendiagnosis poliuria. Ini disebabkan karena poliuria bukanlah penyakit, melainkan kondisi medis yang menjadi gejala dari penyakit tertentu.

Walau demikian, dokter tetap dapat mendiagnosis penyakit yang memicu poliuria begitu tanda-tandanya muncul. Proses dan lamanya diagnosis mungkin bervariasi pada tiap orang, tergantung dari penyakit apa yang menjadi dalangnya.

Saat Anda memeriksakan diri atas keluhan sering buang air kecil, dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan:

  • Pemeriksaan gejala. Caranya dengan mencari tahu berapa banyak urine yang Anda hasilkan dan apakah Anda sering mengalami haus.
  • Riwayat medis. Dokter perlu mengetahui apakah Anda pernah dioperasi atau mengalami cedera kepala, stroke, penyakit sistem perkemihan, dan sebagainya.
  • Pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa apakah ada tanda-tanda diabetes, hiperkalsemia, kanker, maupun gangguan kesehatan lainnya.
  • Tes darah. Pemeriksaan bertujuan untuk melihat kondisi elektrolit, kalsium, dan natrium.
  • Tes glukosa darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah Anda menderita diabetes.
  • Tes fungsi pituitari. Kelenjar pituitari memproduksi hormon ADH yang penting dalam produksi urine. Gangguan pada pituitari dapat memengaruhi urine.

Dokter biasanya juga melakukan tes urine yang disebut tes volume 24 jam. Anda akan diminta mengambil sampel air kencing dan membawanya kembali ke rumah sakit. Setelah 24 jam, Anda akan diminta untuk mengulanginya sekali lagi.

Anda tidak diperbolehkan mengonsumsi cairan apa pun selama 8 jam setelahnya. Lalu, sampel urine Anda akan diperiksa sekali lagi. Pemeriksaan ginjal ini dapat mengukur kerusakan ginjal dan hormon yang berperan dalam produksi urine.

Obat dan Pengobatan

Bagaimana cara mengobati poliuria?

Pengobatan poliuria tergantung pada penyebabnya. Apabila poliuria disebabkan oleh penyakit diabetes, pengobatan tentu bertujuan untuk mengontrol gula darah sehingga ginjal dapat berfungsi sebaik mungkin.

Jika poliuria disebabkan karena obat-obatan tertentu, Anda bisa mengatasinya dengan berhenti meminum obat tersebut dan mencari alternatifnya. Hal serupa juga berlaku bila poliuria dipicu oleh kebiasaan minum minuman yang bersifat diuretik.

Akibat sering buang air kecil yang tidak diobati, Anda mungkin akan mengalami beberapa masalah komplikasi.

Perawatan di Rumah

Bagaimana cara mengendalikan gejala poliuria di rumah?

Poliuria yang bukan disebabkan oleh penyakit bisa diatasi dengan beberapa perubahan gaya hidup di rumah. Berikut beberapa cara mengatasi sering buang air kecil yang sekiranya dapat membantu Anda.

  • Membatasi konsumsi minuman berkafein dan alkohol.
  • Minum cukup air, tapi tidak berlebihan. Poliuria dapat memicu dehidrasi. Minum setidaknya delapan gelas air setiap hari bisa membantu mencegah hal ini.
  • Mengingat seberapa sering Anda buang air kecil dan banyaknya air kencing yang keluar. 
  • Tidak minum banyak air sebelum tidur.
  • Memahami efek samping obat-obatan yang Anda minum.

Poliuria adalah gangguan sistem perkemihan yang ditandai dengan sering buang air kecil. Poliuria yang disebabkan karena sering minum biasanya tidak mengkhawatirkan, tapi tetap awasi tanda-tanda yang Anda alami.

Poliuria sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan kondisi gangguan kesehatan. Oleh sebab itu, penanganan terhadap poliuria perlu disesuaikan dengan gejalanya. Jika Anda merasa mengalami gejala poliuria, konsultasikan dengan dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 30/11/2020

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan