Stroke dan demensia alias pikun adalah dua kondisi umum yang memengaruhi otak. Kedua penyakit otak ini memiliki kaitan dan hubungan yang erat. Lantas, apa hubungan di antara keduanya? Berikut ulasan lengkapnya untuk Anda.
Apa itu stroke dan demensia?
Stroke adalah penyakit yang terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat sehingga otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Kondisi ini menyebabkan sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit, yang kemudian menimbulkan berbagai gejala stroke.
Gejala stroke ini termasuk lumpuh, lemah, atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki, sakit kepala, sulit berjalan, bicara, dan memahami kata-kata, hingga gangguan pada penglihatan.
Berbeda dengan stroke, demensia (dementia) bukanlah penyakit. Namun, ini merupakan sekumpulan gejala yang memengaruhi memori, bahasa, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir lainnya.
Gejala demensia yang timbul umumnya hilang ingatan, kebingungan atau linglung, kesulitan dalam berkomunikasi, memecahkan masalah, merencanakan, dan kemampuan visual dan spasial.
Selain itu, koordinasi tubuh serta muncul berbagai masalah psikologis, seperti depresi hingga kecemasan, turut menjadi tanda seseorang mengalami demensia.
Adapun penyebab demensia, yaitu kerusakan atau hilangnya sel saraf di otak atau yang memengaruhi otak.
Kerusakan ini bisa terjadi karena berbagai akibat, seperti penyakit Alzheimer, demensia vaskuler, atau jenis demensia lainnya.
Apa hubungan antara demensia dan stroke?
Stroke dan dementia memiliki hubungan yang erat, terutama pada jenis demensia vaskular.
Demensia vaskular adalah jenis demensia yang terjadi ketika otak mengalami kerusakan akibat suplai darah ke otak yang terhambat.
Mayo Clinic menyebut, seseorang bisa mengembangkan demensia vaskular setelah mengalami stroke. Namun, tidak semua kasus stroke akan menyebabkan demensia vaskular.
Melansir Alzheimer’s Society, sekitar 20% penderita stroke akan mengalami demensia pascastroke dalam waktu enam bulan berikutnya. Risiko ini lebih tinggi jika penderita stroke mengalami stroke yang berulang.
Selain itu, risiko ini juga tergantung pada tingkat keparahan stroke serta bagian otak yang terpengaruh oleh stroke tersebut.
Fakta serupa juga dikuatkan oleh penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Stroke.
Berdasarkan penelitian tersebut, stroke merupakan faktor risiko dementia. Seseorang yang memiliki dementia pun cenderung mengembangkan stroke.
Meski demikian, ada beberapa faktor lainnya yang juga bisa meningkatkan risiko demensia pascastroke, yaitu usia lanjut, berjenis kelamin perempuan, serta riwayat keluarga dengan demensia.
Selain itu, demensia pascastroke dikaitkan dengan kemampuan kognitif yang sudah menurun sebelum stroke terjadi.
Artinya, seseorang dengan kemampuan kognitif yang menurun lebih berisiko mengalami demensia pascastroke dibandingkan yang tidak.
Lalu, jenis stroke mana yang bisa menyebabkan penyakit pikun ini?
Stroke yang menyumbat pembuluh darah arteri di otak bisa meningkatkan risiko demensia, baik itu stroke iskemik maupun stroke ringan (transcient ischaemic attack/TIA).
Tak hanya itu, stroke yang terjadi tanpa Anda sadari atau silent stroke pun bisa meningkatkan risiko demensia.
Bahkan disebutkan, sepertiga dari kasus dementia pernah mengalami jenis stroke tanpa gejala ini.
Meski demikian, perlu Anda pahami, tidak semua kasus demensia vaskuler terjadi akibat stroke.
Jenis demensia ini juga bisa terjadi karena perdarahan otak atau pembuluh darah otak yang menyempit maupun rusak kronis.
Mengapa stroke bisa menyebabkan demensia?
Stroke tejadi ketika aliran darah ke pembuluh darah di otak terhambat secara tiba-tiba.
Umumnya, ini terjadi karena ada pembuluh darah yang tersumbat atau menyempit akibat timbunan lemak atau gumpalan darah yang ikut mengalir ke pembuluh darah di otak.
Gangguan ini membuat suplai darah berisi oksigen dan nutrisi terganggu, hingga kemudian menyebabkan kematian pada jaringan kecil di otak, atau yang disebut infark.
Pada kondisi ini, gejala stroke mulai timbul. Adapun jika infark terjadi di bagian otak yang berperan dalam fungsi kognitif, gejala demensia bisa muncul.
Ini termasuk gangguan memori, sulit berkonsentrasi, berkurangnya kemampuan berpikir, dan masalah kognitif lainnya.
Alzheimer’s Society menyebut, terkadang hanya ada satu bentuk infark yang memengaruhi fungsi kognitif otak. Kondisi ini dikenal dengan single-infarct dementia.
Pada kondisi yang lebih parah, serangkaian stroke bisa terjadi selama beberapa minggu atau bulan yang menyebabkan banyak infark terbentuk hingga menyebar ke hampir seluruh bagian otak.
Kondisi ini disebut juga dengan multi-infarct dementia. Meski demikian, perlu Anda pahami, demensia tidak langsung muncul setelah stroke terjadi. Demensia umumnya muncul secara bertahap.
Oleh karena itu, bagi Anda yang memiliki riwayat stroke, baik itu iskemik, TIA, atau silent stroke, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mengurangi risiko komplikasi dari penyakit ini.
Konsultasikan pula dengan dokter mengenai cara-cara untuk mencegah stroke dan demensia.
Meski demikian, secara umum, menerapkan pola hidup sehat adalah kunci dari pencegahan terhadap keduanya.
Hal ini bertujuan untuk menjaga tekanan darah, kolesterol, serta kadar gula darah, yang merupakan faktor risiko dari kedua penyakit ini.
[embed-health-tool-bmi]