backup og meta

Ketahui 8 Cara Penularan HIV/AIDS beserta Mitosnya

Ketahui 8 Cara Penularan HIV/AIDS beserta Mitosnya

Kasus  HIV dan angka kematian akibat AIDS secara global masih cukup tinggi. Memahami bagaimana cara penularan virus ini penting untuk mencegah penyakit beserta komplikasi HIV.

Terlebih, masih banyak mitos tentang penyebaran HIV/AIDS yang harus diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Bagaimana cara penularan HIV?

hubungan seks tanpa kondom merupakan salah satu cara penularan HIV

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan HIV hanya bisa terjadi lewat perantara cairan tubuh tertentu. Cairan tubuh tersebut antara lain darah, air mani, cairan pra-ejakulasi, cairan anus, cairan vagina, dan ASI.

Namun, agar virus penyebab HIV dapat berpindah dari orang yang terinfeksi, cairan tersebut haruslah masuk ke dalam tubuh orang yang sehat melalui jalur berikut.

1. Hubungan seks tanpa kondom

Virus di dalam darah, air mani, cairan vagina, atau cairan praejakulasi dari pengidap HIV dapat menginfeksi tubuh orang lain ketika ada luka terbuka atau lecet pada alat kelamin.

Penularan dari seks vaginal biasa dialami pasangan heteroseksual, sedangkan seks anal lebih berisiko pada pasangan homoseksual.

Maka dari itu, penting untuk selalu melindungi diri Anda dengan menggunakan kondom. Kondom dapat mencegah penularan HIV karena menghalangi masuknya virus pada cairan sperma atau vagina.

2. Jarum suntik bekas atau bergantian

Penularan hepatitis C melalui jarum suntik

Penggunaan jarum suntik bekas secara bergantian juga termasuk cara penularan HIV/AIDS yang umum. Risiko ini tinggi khususnya di kalangan pengguna narkoba suntik.

Jarum yang telah digunakan oleh orang lain akan meninggalkan sisa-sisa darah. Jika orang tersebut terinfeksi HIV, darah mengandung virus yang tertinggal pada jarum dapat berpindah ke tubuh pemakai jarum selanjutnya.

Maka dari itu, selalu gunakan jarum atau alat kesehatan yang masih dalam kemasan baru. Jangan pernah memakainya jika segel dalam keadaan terbuka.

3. Penularan HIV dari ibu ke bayi

Ibu hamil yang terjangkit HIV sebelum dan selama kehamilan dapat menularkan HIV kepada bayinya lewat tali plasenta.

Penularan virus HIV juga dapat terjadi selama proses persalinan, baik melahirkan normal maupun operasi caesar.

Sebagai tambahan, ibu yang terjangkit HIV juga bisa menularkan virus pada bayi melalui ASI. Namun, ibu tetap boleh menyusui dengan syarat telah rutin meminum obat antiretroviral hingga virus tidak lagi terdeteksi.

Ini tentu merupakan tantangan bagi ibu menyusui yang mengidap HIV. Kendati demikian, pengobatan HIV dapat membantu ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada buah hatinya.

4. Seks oral

Penularan HIV dapat terjadi saat Anda merangsang atau mengulum kelamin pasangan yang terinfeksi dengan lidah dalam keadaan mulut yang sedang sariawan atau terluka.

Risiko penularan yang awalnya rendah bisa semakin besar jika cairan ejakulasi dikeluarkan di dalam mulut. Lalu, apakah berciuman bisa menularkan HIV?

Jika hanya terjadi pertukaran liur, virus HIV tidak akan menyebar. Berbeda jika saat berciuman terdapat luka, sariawan, atau kontak darah dengan pasangan yang memiliki virus HIV, penularan dapat terjadi.

Hal yang sama juga berlaku bila bibir atau lidah Anda tak sengaja tergigit oleh pasangan selama berciuman. Luka baru itu dapat menjadi gerbang masuk bagi HIV melalui air liur pasangan.

5. Transfusi darah dan cangkok organ

Transfusi darah langsung dari darah yang terinfeksi berisiko tinggi untuk menularkan virus HIV. Namun, penularan virus HIV melalui keduanya ini termasuk kurang umum. 

Pasalnya, ada seleksi yang cukup ketat bagi calon donor sebelum melakukan transfusi darah. Donor darah atau organ biasanya menjalani pemeriksaan terlebih dahulu, termasuk tes darah HIV.

6. Penggunaan mainan seks (sex toys)

risiko sex toy

Penggunaan benda atau mainan seperti boneka seks berisiko menularkan penyakit, termasuk HIV. Risiko penularan pun semakin tinggi jika mainan seks yang Anda pakai tidak dilapisi pelindung.

HIV memang umumnya tidak bisa hidup lama-lama pada permukaan benda mati. Namun, mainan seks yang masih basah oleh sperma, darah, atau cairan vagina bisa saja menjadi perantara virus jika dipakai bergantian.

7. Tindikan, sulam alis, tato alis, dan sulam bibir

Penularan HIV/AIDS bisa terjadi melalui kulit saat seseorang menindik bagian tubuhnya atau membuat tato dengan alat yang digunakan secara bergantian tanpa disterilkan.

Jika kulit yang ditusuk terluka dan mengeluarkan darah, virus dalam darah dapat berpindah ke pengguna selanjutnya.

Sementara itu, sulam alis, tato alis, dan sulam bibir cukup aman untuk kesehatan. Namun, jika proses tersebut dilakukan oleh pegawai minim pengalaman dan tidak menggunakan peralatan steril, penularan HIV melalui kulit terbuka tetap bisa terjadi.

8. Bekerja di rumah sakit

Petugas kesehatan di klinik atau rumah sakit rentan tertular virus HIV. Penularan HIV pada petugas kesehatan dapat terjadi lewat beberapa skenario berikut.

  • Jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien positif HIV tidak sengaja tertancap ke petugas kesehatan (disebut juga needle-stick injury).
  • Darah yang terkontaminasi HIV mengenai membran mukosa, seperti mata, hidung, dan mulut.
  • Penggunaan peralatan kesehatan tanpa disterilkan.

Meski begitu, peluang penyebaran virus HIV di antara petugas medis di fasilitas kesehatan melalui jarum suntik bekas tergolong kecil.

Fasilitas kesehatan umumnyal memiliki protokol keamanan yang sudah terstandar.

Risiko penularan HIV tinggi apabila viral load tinggi

Selain mempertimbangkan risiko penularan dari jenis cairan perantaranya, Anda juga perlu mengetahui jumlah viral load HIV di dalam tubuh. Viral load merupakan jumlah partikel virus dalam 1 ml darah. 

Semakin banyak jumlah virus dalam darah, berarti semakin tinggi risiko Anda untuk menularkan HIV pada orang lain.

Maka ketika viral load dari orang yang positif HIV berhasil diturunkan lewat pengobatan HIV, peluang penularannya ikut berkurang.

Namun, penyebaran HIV dari seseorang yang terinfeksi virus kepada pasangannya masih mungkin terjadi meski hasil tes viral load menunjukkan bahwa virus sudah tidak lagi terdeteksi.

Risiko penularan HIV dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ke pasangan seksnya tetap akan ada karena alasan berikut.

  • Tes HIV untuk mengukur viral load hanya menunjukkan jumlah virus dalam darah. Jadi, HIV masih dapat ditemukan dalam cairan dari alat kelamin.
  • Viral load dapat meningkat di antara jadwal tes rutin. Jika ini terjadi, pengidap HIV berpeluang lebih besar untuk menularkan HIV kepada pasangannya.
  • Memiliki penyakit menular seksual lainnya dapat meningkatkan viral load dalam cairan kelamin.

Mitos seputar cara penularan HIV

cara penularan hiv lewat gigitan serangga hanya mitos

Selama ini, banyak mitos terkait cara penularan HIV yang dipercaya banyak orang, padahal tidak terbukti kebenarannya. Faktanya, HIV tidak dapat menular melalui cara berikut.

  • Gigitan hewan, seperti gigitan nyamuk, kutu, atau serangga lainnya.
  • Interaksi fisik antarmanusia yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, seperti bersentuhan, berpelukan, berjabat tangan, cipika-cipiki, atau tidur satu ranjang tanpa adanya aktivitas seksual.
  • Berbagi alat makan dan saling pinjam pakaian atau handuk dengan pengidap HIV.
  • Menggunakan kamar mandi/toilet yang sama.
  • Berenang di kolam renang umum bersama pengidap HIV.
  • Air liur, air mata, atau keringat yang tidak bercampur dengan darah dari orang yang positif HIV.
  • Aktivitas seksual yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, misalnya ciuman bibir dan petting (menggesekkan alat kelamin) dengan masih saling berpakaian lengkap.

Air liur, air mata, dan keringat bukanlah perantara penularan HIV yang ideal. Hal ini dikarenakan cairan-cairan tersebut tidak mengandung jumlah virus aktif  yang cukup banyak untuk bisa menularkan infeksi ke orang lain.

Kesimpulan

Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh seperti darah, cairan dari alat kelamin, dan ASI. Sementara itu, kabar yang menyebut bahwa ciuman, gigitan serangga, menggunakan toilet yang sama, hingga bertukar pakaian dapat menularkan HIV hanyalah mitos belaka.

Berapa lama virus HIV dapat bertahan di luar tubuh?

HIV hanya bisa bertahan selama beberapa hari atau minggu di laboratorium dengan kondisi yang sesuai seperti di dalam tubuh manusia. Berikut adalah prinsip-prinsip yang perlu dipahami soal daya tahan hidup HIV.

  • Tidak dapat bertahan pada suhu di atas 60 derajat Celcius.
  • Lebih mampu bertahan hidup di laboratorium pada suhu dingin, yaitu sekitar 4 hingga -70 derajat Celsius.
  • Virus akan mati saat pH di bawah 7 (asam) atau di atas 8 (basa).
  • Dapat bertahan dalam darah kering di laboratorium pada suhu kamar selama 5–6 hari, tetapi harus dengan tingkat pH yang mendukung. 

HIV/AIDS dapat berkembang dengan cepat, tetapi penyebarannya tetap bisa dikendalikan. Oleh karena itu, ada baiknya Anda dan pasangan mengetahui cara mencegah penularan HIV/AIDS.

Banyak juga orang yang tidak mengetahui atau bahkan menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi karena gejala HIV umumnya tidak langsung muncul pada tahap awal penyakit.

Terkait hal ini, Anda dapat menjalani tes penyakit kelamin tahunan secara rutin.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Transmission of HIV/AIDS. (2022). Retrieved 12 August 2022, from https://stanfordhealthcare.org/medical-conditions/sexual-and-reproductive-health/hiv-aids/causes.html

HIV and AIDS – Causes . (2017). Retrieved 12 August 2022, from https://www.nhs.uk/conditions/hiv-and-aids/causes/

HIV and AIDS – Basic facts. (2022). Retrieved 12 August 2022, from https://www.unaids.org/en/frequently-asked-questions-about-hiv-and-aids

How Is HIV Transmitted?. (2022). Retrieved 12 August 2022, from https://www.hiv.gov/hiv-basics/overview/about-hiv-and-aids/how-is-hiv-transmitted

HIV. (2022). Retrieved 12 August 2022, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids

HIV Transmission. (2022). Retrieved 12 August 2022, from https://www.cdc.gov/hiv/basics/transmission.html

How do you get HIV? . (2022). Retrieved 12 August 2022, from https://www.beintheknow.org/hiv-and-stis/hiv-prevention/how-do-you-get-hiv

Maartens, G., Celum, C., & Lewin, S. (2014). HIV infection: epidemiology, pathogenesis, treatment, and prevention. The Lancet, 384(9939), 258-271. doi: 10.1016/s0140-6736(14)60164-1

Versi Terbaru

02/09/2022

Ditulis oleh Bayu Galih Permana

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Perhatikan, Ini Beda Gejala Trikomoniasis Pria dan Wanita

Mungkinkah Kena Penyakit Kelamin Lewat Dudukan Toilet Umum?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 02/09/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan