Sistem saraf berperan mengatur semua fungsi tubuh. Jika terjadi kerusakan pada saraf, berbagai gejala bisa timbul, yang kemudian dikenal dengan istilah neuropati. Ketahui penjelasan soal gangguan saraf ini melalui ulasan berikut.
Apa itu neuropati?
Neuropati adalah sebutan umum untuk nyeri atau kerusakan pada saraf. Kondisi ini dapat memengaruhi sebagian atau seluruh bagian saraf-saraf yang ada di tubuh.
Neuropati bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu, saraf terjepit, maupun cedera.
Namun, kondisi ini dapat pula terjadi akibat faktor lainnya, seperti kurang vitamin B kompleks, stres, serta riwayat penyakit penyerta diabetes maupun hipertensi yang sudah lama.
Dalam dunia medis, ada lebih dari 100 jenis kerusakan saraf. Namun secara garis besar, neuropati dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu neuropati perifer, proksimal, kranial, otonom, dan fokal.
Setiap jenis neuropati memiliki gejala dan penyebab yang berbeda-beda.
Seberapa umum neuropati?
Neuropati adalah kondisi kesehatan yang sangat umum terjadi. Penderitanya berasal dari segala golongan usia. Namun biasanya orang berusia lanjut lebih berisiko terkena kondisi ini.
Neuropati juga sering ditemukan pada pengidap diabetes. Melansir Mayo Clinic, sebanyak 50% pasien diabetes mengalami neuropati diabetik, yaitu salah satu komplikasi diabetes.
Kondisi ini juga lebih sering menyerang pasien wanita dibanding pria. Selain itu, orang-orang dengan pekerjaan yang sering melakukan gerakan repetitif (berulang-ulang) lebih mudah terkena kondisi ini.
Jenis-jenis neuropati
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, neuropati dibagi menjadi lima jenis secara umum. Pembagian ini berdasarkan pada saraf bagian mana yang mengalami kerusakan.
Berikut adalah kelima jenis neuropati yang paling umum.
1. Neuropati perifer
Jenis ini adalah yang paling sering terjadi pada pasien. Kondisi ini diakibatkan oleh kerusakan pada sistem saraf di otak dan tulang belakang.
Kerusakan saraf pada bagian tersebut dapat memengaruhi kaki, lengan, tangan, dan jari.
Neuropati perifer dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu mononeuropati dan polineuropati. Mononeuropati menyerang satu saraf perifer, sedangkan polineuropati mengenai seluruh bagian saraf perifer.
2. Neuropati proksimal
Kerusakan saraf jenis proksimal cukup langka dan menyerang saraf di bagian paha, pinggang, dan pantat.
Neuropati proksimal biasanya hanya terjadi pada satu sisi bagian tubuh dan jarang menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Neuropati proksimal lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia di atas 50 tahun serta memiliki kadar gula darah dan kolesterol (trigliserida) yang tinggi.
3. Neuropati kranial
Pada neuropati jenis kranial, kerusakan terjadi pada otak atau batang otak. Kerusakan di area tersebut dapat memengaruhi pergerakan mata dan wajah.
Penyakit Bell’s palsy adalah salah satu dari beberapa penyakit yang termasuk jenis neuropati kranial.
4. Neuropati otonom
Pada jenis ini, kerusakan terjadi pada sistem saraf involunter yang mengatur jantung, sistem ekskresi, sistem pencernaan, suhu tubuh, sirkulasi darah, kelenjar keringat, dan fungsi organ reproduksi.
5. Neuropati fokal
Neuropati jenis fokal termasuk kelainan saraf yang paling jarang terjadi. Biasanya, kerusakan ditemukan pada saraf-saraf yang berada di pergelangan tangan, kepala, atau kaki, walaupun kadang juga terjadi di saraf bagian punggung, dada, dan mata.
Penyakit yang paling sering dikaitkan dengan neuropati fokal adalah carpal tunnel syndrome (CTS).
Tanda-tanda dan gejala neuropati
Gejala kondisi ini bisa bervariasi, tergantung pada jenis dan lokasi saraf yang terdampak. Gejala neuropati dapat muncul secara tiba-tiba atau yang biasa disebut neuropati akut.
Dalam kasus lain, gejala berkembang seiring berjalannya waktu, yang juga sering disebut neuropati kronis.
Secara umum, kondisi kerusakan saraf memiliki gejala-gejala, seperti:
- kesemutan,
- mati rasa, dan
- sakit pada bagian tubuh tertentu.
Apabila dibagi berdasarkan jenis saraf yang terdampak, maka neuropati akan menunjukkan gejala-gejala yang bervariasi seperti di bawah ini.
1. Saraf otonomik
Saraf otonomik bertugas untuk mengontrol aktivitas tubuh secara tidak sadar atau setengah sadar. Apabila mengalami kerusakan, maka gejala yang mungkin terasa adalah:
- ketidakmampuan untuk merasakan nyeri dada, seperti angina atau serangan jantung,
- terlalu banyak berkeringat (hiperhidrosis) atau terlalu sedikit berkeringat (anhidrosis),
- pusing,
- mata dan mulut kering,
- sembelit,
- disfungsi kantong kemih, dan
- disfungsi seksual.
2. Saraf motorik
Saraf motorik berperan dalam mengontrol pergerakan dan tindakan manusia. Jika mengalami neuropati, maka gejala-gejalanya adalah:
- lemas,
- atrofi otot,
- kejang atau kedutan otot, dan
- kelumpuhan.
3. Saraf sensorik
Saraf yang berfungsi untuk menghantarkan rasa sakit dan sensasi lainnya pun dapat mengalami kerusakan, yang ditunjukkan dengan gejala-gejala, seperti:
- nyeri,
- sensitivitas,
- mati rasa,
- kesemutan atau merasa tertusuk,
- merasa terbakar, dan
- gangguan kesadaran akan posisi.
Beberapa gejala atau tanda lainnya mungkin tidak tercantum di atas. Jika Anda merasakan gejala-gejala yang disebutkan di atas, segera konsultasikan kepada dokter Anda.
Kapan harus ke dokter?
Penyebab neuropati
Neuropati adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Kerusakan saraf bisa saja disebabkan oleh penuaan, seperti yang sering terjadi pada kasus neuropati perifer.
Di kasus lainnya, kerusakan juga dapat terjadi akibat adanya cedera yang mengakibatkan saraf meregang, terputus, atau terjepit.
Berikut ini adalah beberapa penyebab neuropati yang dapat terjadi.
1. Penyakit autoimun
Beberapa penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf dapat menyebabkan neuropati.
Misalnya sindrom Guillain-Barre (kondisi langka di mana sistem imun menyerang saraf perifer), penyakit radang pencernaan, myasthenia gravis, lupus, dan multiple sclerosis.
2. Kanker dan tumor
Sel tumor terkadang dapat masuk dan menekan serat-serat saraf, sehingga bisa memicu kerusakan.
Selain itu, respons sistem imun pasien pengidap kanker juga dapat memengaruhi kerusakan saraf.
3. Masalah ginjal dan hati
Apabila ginjal dan hati bermasalah, darah akan mengandung kadar racun yang lebih banyak dari biasanya. Hal ini dapat berujung pada kerusakan jaringan saraf.
4. Obat kemoterapi
Sebanyak 30 hingga 40% penderita kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi dapat mengalami polineuropati.
Terapi radiasi pun juga menunjukkan gejala kerusakan saraf, walaupun dampaknya baru terlihat beberapa bulan atau tahun setelahnya.
5. Diabetes
Angka pengidap diabetes yang mengalami kerusakan saraf cukup tinggi, mulai dari tingkat kerusakan yang sedang hingga parah pada sistem saraf sensorik, motorik, maupun otonomik.
6. Trauma
Cedera serius akibat kecelakaan dapat menyebabkan trauma yang serius dan berujung pada kerusakan sistem saraf.
7. Efek samping obat dan zat beracun
Mengonsumsi obat-obatan tertentu dan tidak sengaja menelan zat beracun, seperti timbal, arsenik, dan merkuri, juga bisa menyebabkan kerusakan saraf.
Selain itu, merokok dan minum alkohol membiarkan tubuh menerima zat beracun, yang mengakibatkan gejala neuropatik yang parah.
8. Penyakit saraf motorik
Penyakit yang memengaruhi sistem saraf motorik, termasuk amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig, dapat mengakibatkan kerusakan saraf yang memburuk seiring berjalannya waktu.
9. Kekurangan gizi
Kekurangan nutrisi tertentu, termasuk vitamin B6 dan B12, kemungkinan dapat menimbulkan gejala nyeri dan kerusakan saraf.
10. Penyakit menular
Penyakit yang ditularkan melalui virus seperti penyakit Lyme, herpes, HIV, dan hepatitis C dapat merusak sistem saraf pusat dan perifer.