Penyebab lainnya
Selain penyakit-penyakit di atas, kondisi-kondisi lain yang bisa menyebabkan paralisis antara lain:
- tumor pada otak,
- distrofi otot dan Friedreich’s ataxia,
- penyakit saraf motorik, atrofi otot tulang belakang, dan Lambert-Eaton mysathenic syndrome,
- penyakit autoimun seperti Guillain-Barré syndrome,
- penyakit saraf bawaan lahir seperti spina bifida dan cerebral palsy,
- penyakit Lyme yaitu infeksi bakteri pada saraf akibat gigitan kutu,
- penyakit akibat infeksi virus polio, serta
- tumor pada saraf, kanker kulit melanoma, atau kanker kepala dan leher.
Apa saja tanda dan gejala paralisis?
Gejala utama paralisis adalah ketidakmampuan menggerakkan sebagian atau keseluruhan tubuh sesuai keinginan.
Kelumpuhan dapat disertai dengan hilangnya indra peraba tergantung pada bagian tubuh yang terdampak.
Kelumpuhan dapat berlangsung secara mendadak, biasanya yang disebabkan oleh stroke atau cedera saraf tulang belakang.
Namun bisa pula terjadi secara bertahap. Mulai dari hilangnya kontrol otot secara berangsur-angsur, diikuti kram otot, kesemutan dan mati rasa pada anggota tubuh tertentu.
Bagaimana mendiagnosa kondisi ini?

Untuk mendiagnosa paralisis, dokter akan memeriksa Anda dan menanyakan cedera atau kecelakaan yang pernah Anda alami.
Untuk kelumpuhan yang berlangsung bertahap, dokter akan menanyakan sejak kapan dan bagaimana Anda mulai mengalami gejala tersebut.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan berikut.
- Foto sinar-X untuk mencari tahu adanya kerusakan tulang yang menyebabkan saraf rusak.
- CT scan atau MRI untuk mencari tahu tanda-tanda stroke atau cedera pada otot dan tulang belakang.
- Myelogram, yaitu tes menggunakan sinar-X dan pewarna khusus untuk melihat gambaran saraf tulang belakang.
- Electromyogram untuk mengetahui aktivitas kelistrikan saraf dan otot.
- Tes pungsi lumbal yaitu tes cairan tulang belakang untuk mendeteksi adanya infeksi, peradangan, dan gangguan seperti multiple sclerosis.
Apa saja komplikasi paralisis?
Bukan hanya menyebabkan Anda sulit bergerak, kelumpuhan juga dapat menyebabkan masalah pada fungsi tubuh Anda lainnya.
Di antaranya muncul masalah pada pernapasan, detak jantung, peredaran darah, dan pencernaan. Ini juga berpengaruh pada psikologis Anda.
Komplikasi yang dapat terjadi tergantung pada tipe dan kondisi paralisis yang dialami.
Beberapa komplikasi yang bisa ditimbulkan antara lain sebagai berikut.
- Kesulitan bernapas, batuk, dan berisiko pneumonia.
- Penggumpalan darah dan trombosis vena dalam.
- Kesulitan menelan dan berbicara.
- Depresi dan kecemasan.
- Disfungsi ereksi dan masalah seksual lainnya.
- Tekanan darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, serta masalah jantung.
- Inkontinensia urin (beser) dan kehilangan kontrol usus.
- Lecet atau luka pada permukaan kulit karena terlalu lama duduk atau berbaring.
Bagaimana mengobati paralisis?

Pada umumnya kelumpuhan yang bersifat sementara, seperti Bell’s palsy dan sleep paralysis, dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus.
Namun, untuk kelumpuhan yang bersifat permanen, belum ada pengobatan yang mampu mengembalikan fungsi otot seperti semula.
Meski begitu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini antara lain sebagai berikut.
1. Terapi rehabilitasi medik
Meskipun fungsi otot mungkin tidak bisa dikembalikan 100 persen, tetapi terapi rehabilitasi medik bisa dilakukan untuk melatih otot agar bisa digerakkan semaksimal mungkin.
Terapi ini termasuk fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, terapi sensori, dan terapi sinar inframerah.
2. Pemberian obat-obatan
Selain terapi, dokter mungkin memberikan obat-obatan bila Anda mengalami nyeri, kekakuan, dan kejang otot.
Obat-obatan juga perlu disesuaikan dengan penyakit komplikasi yang ditimbulkan akibat paralisis yang Anda alami.
3. Penggunaan alat bantu
Selain upaya-upaya di atas, pertimbangkan pula penggunaan alat bantu.
Tujuannya untuk membantu Anda agar lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, seperti:
- tongkat, kruk, atau kursi roda yang bisa dijalankan sendiri,
- peralatan khusus yang membantu Anda makan sendiri atau mengemudi, atau
- teknologi yang bisa diaktifkan melalui sensor suara.
Peralatan-peralatan ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.

Bagaimana mencegah kondisi ini?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, paralisis pada umumnya disebabkan oleh stroke dan cedera pada kepala atau tulang belakang.
Oleh sebab itu, untuk mencegah kelumpuhan, Anda perlu menghindari faktor-faktor risiko stroke seperti:
- tekanan darah tinggi,
- diabetes,
- kolesterol tinggi,
- berat badan berlebih,
- konsumsi minuman beralkohol, dan
- penggunaan narkoba.
Di samping itu, untuk menghindari cedera pada kepala atau tulang belakang, pastikan Anda menjaga keamanan saat melakukan aktivitas yang berisiko.
Lakukan hal-hal seperti:
- mengenakan sabuk pengaman saat berkendara,
- memakai helm saat mengendarai motor, berada di lokasi konstruksi, dan beraktivitas yang berbahaya,
- tidak berkendara saat mabuk, mengantuk, atau di bawah pengaruh obat-obatan, serta
- upaya-upaya keselamatan lainnya.
Jika ada pertanyaan seputar kondisi ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar