Apa saja gejala saraf kejepit?
Gejala saraf kejepit biasanya timbul pada bagian punggung bawah, tetapi juga bisa terjadi di leher.
Gejala yang terjadi bergantung pada posisi saraf yang terjepit dan sering kali hanya berdampak pada satu sisi tubuh.
Gerakan tertentu, seperti menengokan kepala atau meregangkan leher, juga bisa membuat gejala bertambah parah.
Sayangnya, gejala ini sering kali dianggap remeh, sehingga banyak yang tidak menyadari sedang mengalami saraf kejepit.
Gejala-gejala tersebut dapat meliputi berikut ini.
- Rasa nyeri yang menusuk disertai sensasi terbakar.
- Mati rasa, kebas, atau penurunan sensasi untuk ‘merasa’ di daerah yang banyak sarafnya, misalnya nyeri di leher atau punggung bagian bawah.
- Kesemutan.
- Kelemahan otot pada bagian yang diduga mengalami saraf kejepit.
- Kaki dan tangan sulit digerakkan.
Jika saraf kejepit terjadi untuk waktu yang singkat, kerusakan pada saraf masih bisa dihindari. Namun, jika tekanan terjadi terus menerus, saraf bisa rusak secara permanen.
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika gejala saraf kejepit terus memburuk atau tidak kunjung sembuh setelah beberapa hari meski telah dilakukan penanganan rumahan, seperti banyak istirahat dan minum obat pereda nyeri.
Bagaimana dokter mendiagnosis saraf kejepit?

Untuk mendeteksi saraf kejepit, dokter akan melihat gejala apa saja yang dialami dan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
Dilansir dari Mayo Clinic, jika hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan dugaan adanya saraf kejepit, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti berikut ini.
- Tes darah, untuk mengukur kadar glukosa dan hormon tiroid di dalam darah.
- Lumbal pungsi, dengan mengambil cairan serebrospinal (CSF) dari sumsum tulang belakang untuk mendeteksi gejala peradangan atau infeksi.
- Foto Rontgen (sinar X), untuk melihat posisi tulang dan mendeteksi adanya penipisan atau kerusakan pada tulang.
- Pemeriksaan konduksi saraf, dengan mengukur sinyal listrik pada otot dan saraf menggunakan elektroda berarus listrik kecil yang ditempelkan pada kulit untuk mencari kerusakan pada saraf. Sebagai contoh, alat ini ditempelkan di sekitar pinggang kiri untuk mendeteksi saraf kecetit di bagian tersebut.
- Elektromiografi (EMG), dengan memasukan jarum elektroda ke dalam beberapa otot untuk memeriksa efek aliran listrik pada otot dan mendeteksi kerusakan pada saraf.
- MRI, menggunakan gelombang radio dan magnet untuk melihat gambar bagian dalam tubuh dengan lebih detail. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan jika diduga adanya penekanan pada akar saraf.
- USG, dengan gelombang suara tingkat tinggi untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh dan mendeteksi sindrom saraf kejepit.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar