Umumnya, orang mengetahui adanya cairan di paru-paru sebagai penyakit paru-paru basah. Padahal, ada juga kondisi lain yang ditandai dengan penumpukan cairan di sekitar paru-paru, yang disebut dengan efusi pleura. Ketahui selengkapnya terkait kondisi ini pada ulasan berikut.
Apa itu efusi pleura?
Efusi pleura adalah kondisi terjadinya penumpukan cairan di pleura, yaitu rongga yang terletak di antara paru-paru dan dinding dada.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penyakit lain yang diderita pasien, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, dan emboli paru.
Pada keadaan normal, terdapat sedikit cairan pada pleura yang berfungsi sebagai pelumas agar paru-paru dapat bergerak dengan mulus dan pernapasan menjadi lancar.
Apabila terdapat cairan berlebih pada pleura, hal tersebut dapat menyebabkan tekanan pada paru-paru dan mengakibatkan kesulitan bernapas.
Secara garis besar, efusi pleura terbagi menjadi dua, yaitu transudat (disebabkan oleh bocornya pembuluh darah) dan eksudat (cairan berasal dari peradangan pleura dan paru-paru).
Kondisi ini pun bisa terjadi pada salah satu paru-paru (unilateral) dan kedua sisi paru-paru (bilateral).
Seberapa umum kondisi ini?
- Efusi pleura adalah kondisi kesehatan yang sangat umum terjadi, dengan perkiraan sekitar 1 juta kasus yang terdiagnosis setiap tahunnya. Penderitanya juga berasal dari golongan usia berapa pun. Kondisi ini umumnya lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
- Efusi pleura termasuk kasus yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Journal of Pulmonary & Respiratory Medicine menyebutkan bahwa sebanyak 15% pasien yang didiagnosis dengan efusi pleura meninggal dalam waktu 30 hari.
Tanda dan gejala efusi pleura
Gejala efusi pleura biasanya bervariasi tergantung pada apa yang menjadi penyebab utamanya. Ada kalanya penumpukan cairan pada pleura tidak selalu berhubungan dengan paru-paru yang bermasalah.
Gejala umum dari kondisi ini adalah sebagai berikut.
- Nyeri dada
- Batuk kering
- Demam
- Sering cegukan
- Kesulitan bernapas saat berbaring
- Sesak napas
Kapan harus periksa ke dokter?
Gejala-gejala efusi pleura yang perlu mendapatkan penanganan sesegera mungkin adalah nyeri di bagian dada dan kesulitan bernapas.
Namun, jika Anda merasa khawatir akan gejala-gejala lain yang Anda rasakan, segera konsultasikan kepada dokter atau tenaga medis terdekat.
Penting untuk mengetahui bahwa tubuh masing-masing orang berbeda dan tentunya akan menunjukkan gejala-gejala yang bervariasi pula.
Selalu konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.
Penyebab efusi pleura
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, efusi pleura terbagi ke dalam dua jenis, yaitu transudat dan eksudat. Keduanya dibagi berdasarkan organ tubuh mana yang menyebabkannya.
Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut adalah penyakit-penyakit yang paling sering menyebabkan penumpukan cairan di pleura beserta gejalanya.
1. Efusi pleura transudat
Penumpukan cairan yang dikategorikan sebagai transudat disebabkan oleh cairan yang keluar dari pembuluh darah ke dalam rongga di pleura.
Cairan yang ditemukan pada efusi pleura transudat mengandung kadar protein dan asam laktat yang lebih rendah dibanding tipe eksudat.
Berikut adalah penyakit yang mungkin menyebabkan efusi pleura transudat.
- Penyakit gagal jantung kongestif. Gagal jantung kongestif dapat mengganggu proses pembentukan dan penyerapan cairan pada pleura. Gejala-gejala efusi pleura akibat gagal jantung kongestif adalah batuk-batuk, napas pendek, mudah kelelahan, dan pembengkakan.
- Sirosis hati. Penyakit sirosis hati dapat memicu penumpukan cairan pada pleura. Tanda-tanda yang akan timbul biasanya berupa batuk-batuk, hipoksia, nyeri dada, tidak enak badan (malaise), kelelahan, dan demam.
- Sindrom nefrotik. Akibat kondisi ini, ginjal mengeluarkan terlalu banyak protein dalam cairan tubuh, sehingga memengaruhi kadar cairan pada pleura. Gejalanya berupa pembengkakan di mata dan kaki, urine berbusa, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan.
2. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura eksudat disebabkan oleh peradangan yang terjadi pada pleura. Jenis ini terjadi karena adanya masalah pada paru-paru, seperti berikut ini.
- Pneumonia Pneumonia dapat menyebabkan cairan berkumpul di pleura. Gejala-gejala pleura yang berkaitan dengan pneumonia adalah nyeri dada saat batuk atau bernapas, kelelahan, kebingungan, mual, demam, tubuh menggigil, dan sulit bernapas.
- Limfoma. Limfoma adalah kanker yang menyerang sistem limfatik tubuh. Sel kanker dapat memengaruhi aliran dan produksi cairan pada pleura. Gejalanya sering kali berupa sesak napas, sakit dada, rasa tertekan di dada, dan sakit saat berbaring.
- Emboli paru. Emboli paru adalah salah satu penyebab efusi pleura yang paling umum. Gejala yang umumnya terasa adalah nyeri di bagian dada, napas pendek, rasa sesak di dada, batuk, dan demam.
- Kanker paru. Menyerupai limfoma, sel kanker yang menyerang paru-paru dapat berakibat fatal pada produksi cairan di pleura. Penumpukan cairan di pleura akibat kanker paru dapat menimbulkan demam, malaise, dan rasa berat atau tertekan di dada.
- Tuberkulosis (TBC). Penyakit TBC dapat menimbulkan gejala-gejala efusi pleura, seperti berkeringat di malam hari, batuk darah, dan kehilangan berat badan.
Selain penyakit di atas, penyakit lainnya yang dapat menyebabkan efusi pleura, di antaranya sebagai berikut.
- Rheumatoid arthritis
- Sindrom Meigs
- Lupus eritematosus sistemik
- Uremia
Kemungkinan ada penyebab, tanda-tanda, dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah kepada dokter Anda.
Faktor risiko efusi pleura
Efusi pleura adalah kondisi medis yang dapat terjadi pada siapa saja.
Namun, terdapat banyak faktor yang meningkatkan risiko terkena penyakit ini, mulai dari kesehatan, gaya hidup, hingga obat-obatan yang pernah dikonsumsi.
Faktor-faktor risiko yang dapat menjadi pemicu terjadinya efusi pleura adalah sebagai berikut.
- Aktif merokok.
- Minum minuman beralkohol.
- Pernah menderita penyakit atau kondisi-kondisi medis yang telah disebutkan di atas.
- Pernah menderita tekanan darah tinggi.
- Berjenis kelamin perempuan.
- Pernah menjalani prosedur dialisis peritoneal pada ginjal.
- Menjalani perawatan atau pengobatan kanker yang memengaruhi bagaimana tubuh menahan cairan.
Diagnosis efusi pleura
Umumnya, efusi pleura dapat diketahui dari pemeriksaan di dokter. Dokter akan menanyakan riwayat penyakit dan gejala-gejala yang Anda alami.
Setelah itu, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop atau mengetuk dada Anda.
Efusi pleura membuat udara yang masuk ke dalam paru-paru jadi berkurang.
Jika saat pemeriksaan dokter Anda dapat mendengar suara mendecit atau bergesek, kemungkinan besar pleura pada paru-paru telah dipenuhi cairan.
Beberapa tes lainnya juga kemungkinan dilakukan oleh dokter untuk mengetahui seberapa banyak penumpukan cairan pada paru-paru, seperti berikut ini.
1. Tes X-ray
Tes ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah ada cairan di pleura. Apabila ada, dokter akan mengarahkan pasien untuk berbaring miring, tergantung bagian tubuh mana yang mengandung lebih banyak cairan.
2. Tes ultrasound (USG)
Tes USG juga dilakukan untuk melihat apakah cairan di pleura mengalir atau hanya berkumpul di satu titik.
3. CT scan
Tidak hanya untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai letak cairan, tes CT scan juga bertujuan untuk mengetahui penyebab-penyebab lain dari efusi.
4. Thoracentesis
Thoracentesis atau analisis cairan pleura adalah prosedur memasukkan jarum tipis pada selaput pleura dan mengambil sampel cairan untuk diperiksa lebih lanjut.
Prosedur ini dapat menunjukkan apakah penumpukan cairan di pleura disebabkan oleh infeksi atau kondisi lainnya. Sampel cairan juga akan diuji untuk sel kanker dan kadar protein.
Dokter akan melakukan analisis kimiawi untuk membedakan jenis efusi, apakah termasuk tipe transudat atau eksudat.
Biasanya, keduanya dapat dibedakan dengan mengukur kadar protein pada cairan dan membandingkannya dengan kadar protein pada darah.
Efusi pleura eksudat mengandung protein yang lebih tinggi dibanding transudat.
Selain protein, dokter juga akan mengecek kadar lactate dehydrogenase (LDH) atau asam laktat yang terkandung di cairan.
Dokter mungkin juga akan menganalisis dengan prosedur pemeriksaan darah lengkap (complete blood cell count) untuk mengetahui adanya sel tumor atau infeksi.
Berdasarkan hasil dari diagnosis di atas, dokter dapat menentukan penanganan seperti apa yang sesuai dengan kondisi Anda. Namun, ada kalanya pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.