backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Mengulik Torakosintesis, Proses Sedot Cairan di Paru-Paru

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Mengulik Torakosintesis, Proses Sedot Cairan di Paru-Paru

    Torakosintesis atau thoracentesis adalah salah satu pengobatan untuk mengatasi efusi pleura, yaitu kondisi ketika ada penumpukan cairan pada rongga pleura. Prosedur ini melibatkan bius lokal supaya Anda tetap nyaman. Lebih lengkap, simak penjelasannya berikut ini.

    Apa itu torakosintesis?

    Sedot cairan di paru-paru torakosentesis

    Torakosintesis adalah prosedur medis yang dilakukan untuk menyedot cairan yang menumpuk di dalam rongga pleura pada paru-paru.

    Prosedur ini juga disebut dengan torakosintesis (thoracentesis atau thoracocentesis).

    Pleura adalah jaringan yang melindungi bagian luar paru-paru sekaligus mengisi bagian dalam paru-paru.

    Area yang terletak di antara paru-paru dan jaringan pleura disebut dengan rongga pleura. 

    Normalnya, rongga pleura memang terisi sedikit cairan. Namun, gangguan tertentu seperti pneumonia, kanker paru-paru, dan kegagalan fungsi jantung bisa meningkatkan produksi cairan di rongga pleura (efusi pleura). 

    Untuk mengambil sampel cairan dalam pemeriksaan atau menyedot cairan di bagian paru-paru ini, dokter akan melakukan prosedur torakosintesis. 

    Prosedur sedot cairan di paru-paru dilakukan dengan menusukkan jarum ke dalam rongga pleura.

    Apa fungsi torakosintesis?

    Torakonsentesis siapa yang perlu

    Torakosintesis atau thoracentesis bertujuan untuk mengurangi jumlah cairan yang menumpuk di rongga pleura.

    Dengan begitu, paru-paru bisa berfungsi lebih baik sehingga gangguan pernapasan pun bisa berkurang, atau bahkan teratasi sepenuhnya. 

    Melansir American Thoracic Society, dokter juga bisa menjalankan torakosintesis untuk kebutuhan pemeriksaan dan diagnosis.

    Melalui prosedur ini dokter akan mengambil sampel cairan di pleura (biopsi pleura) untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.

    Siapa saja yang perlu melakukan prosedur ini?

    Dokter biasanya menyarankan pasien yang mengalami kondisi seperti di bawah ini untuk melakukan penyedotan cairan di paru-paru.

    1. Infeksi di paru-paru

    Prosedur sedot cairan (thoracocentesis) dilakukan untuk mengetahui organisme penyebab infeksi (bakteri, virus, atau jamur) di paru-paru. 

    Infeksi pun menyebabkan peradangan yang akhirnya meningkatkan produksi cairan di paru-paru.

    Oleh karena itu, torakosintesis bisa dilakukan untuk mengurangi cairan paru yang berlebih.

    2. Efusi pleura

    Kondisi yang mirip dengan paru-paru basah ini menunjukkan rongga pleura yang dipenuhi oleh cairan.

    Hanya saja, paru-paru basah dan efusi pleura adalah dua kondisi berbeda yang terjadi pada paru-paru.

    Nah, torakosintesis dapat dilakukan untuk mengurangi penumpukan cairan serta mengetahui penyebab utama dari efusi pleura tersebut.

    3. Kanker

    Sel kanker bisa merusak sel-sel sehat di paru-paru sehingga menyebabkan penumpukan cairan di rongga pleura.

    Dokter dapat melakukan prosedur sedot cairan ini untuk memeriksa apakah terdapat sel-sel kanker di paru-paru.

    Dalam tahap pengobatan, dokter akan melakukan torakosintesis untuk mengangkat cairan yang lebih di paru-paru.

    4. Kesulitan bernapas

    Dokter bisa melakukan prosedur ini pada pasien yang mengalami sesak napas atau merasa tidak nyaman selama bernapas. 

    Gangguan napas ini berkaitan dengan penumpukan cairan di paru-paru, terlepas dari apapun penyebab utamanya. 

    Apa yang perlu diperhatikan sebelum menjalani prosedur ini?

    Prosedur torakosntesis belum tentu aman untuk semua pasien. Beberapa pasien yang baru menjalani operasi paru-paru mungkin memiliki jaringan luka sehingga membuat proses menjadi sulit dilakukan. 

    Dokter tidak menyarankan untuk melakukan penyedotan cairan di paru-paru jika pasien memiliki kondisi:

    • gangguan pembekuan darah,
    • harus mengonsumsi obat pengencer darah, dan
    • gagal jantung atau pembesaran katup jantung sehingga menghalangi paru-paru.

    Prosedur penyedotan cairan di paru-paru bisa menimbulkan nyeri atau sensasi yang kurang nyaman. Namun, Anda perlu sedikit menahan rasa tidak nyaman ini sampai prosedur selesai dilakukan.

    Bagaimana prosedur thoracentesis?

    uretrotomi adalah prosedur operasi

    Torakosintesis dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik yang memiliki fasilitas memadai. Prosedur ini biasanya dilakukan dalam keadaan sadar, tapi bisa juga di bawah pengaruh anestesi (obat bius).

    Persiapan

    Sebelum penyedotan cairan di paru-paru, Anda biasanya perlu menjalani pemeriksaan rontgen dada atau CT Scan.

    Berdasarkan hasil tes ini, dokter dapat mengetahui seberapa serius penumpukan cairan yang terdapat di rongga pleura. 

    Setelah itu, dokter dan petugas medis akan menjelaskan prosedur dari awal hingga akhir. Informasi tersebut biasanya meliputi hal-hal seperti berikut ini.

    • Obat-obatan yang sebaiknya dihindari sebelum menjalani torakosentesis, misalnya obat aspirin, clopidogrel, dan warfarin yang bekerja mengencerkan darah.
    • Pertanyaan menyangkut alergi obat-obatan, gangguan darah, atau riwayat penyakit paru-paru (emfisema atau kanker). Pastikan Anda memberikan jawaban dengan lengkap terkait hal ini.
    • Pengobatan yang perlu Anda jalani setelah prosedur dilakukan, seperti jenis obat yang dikonsumsi dan lama waktu pemulihan. Terkait hal ini, dokter juga akan menjelaskan apakah Anda perlu dirawat beberapa hari di rumah sakit atau tidak.

    Namun, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter mengenai manfaat serta risiko melakukan penyedotan cairan di paru-paru.

    Begitu pun jika Anda memiliki pertanyaan atau ada informasi yang belum jelas, segera konsultasikan dengan dokter. 

    Selama prosedur berlangsung

    Berikut ini adalah tahapan dari proses torakosintesis untuk menyedot cairan di paru-paru.

    1. Dokter akan meminta Anda duduk atau berbaring.
    2. Pemeriksaan ultrasound biasanya dilakukan sehingga dokter bisa lebih mudah menentukan posisi suntikan yang tepat mengenai rongga pleura.
    3. Dokter akan menyuntikan jarum di sekitar paru-paru dan rongga pleura. Untuk mengalirkan cairan keluar, dokter juga akan memasang selang plastik. 
    4. Setelah jarum disuntikan, kelebihan cairan di paru-paru akan mulai keluar.
    5. Saat  selesai, dokter akan memasang plestes pada area suntikan. Anda tidak memerlukan jahitan untuk menutup bekas suntikan.
    6. Pada akhir prosedur, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan X-ray untuk memastikan kondisi paru-paru. 

    Melansir National Heart, Lung, and Blood Institute, penyedotan cairan di paru-paru bisa berlangsung selama 10-15 menit.

    Namun, prosedur bisa saja berlangsung lebih lama saat jumlah cairan yang perlu dikeluarkan cukup banyak.

    Jumlah cairan yang akan dikeluarkan tergantung dengan tujuan dilakukannya prosedur. Jika untuk pemeriksaan atau biopsi pleura, dokter tidak akan mengambil terlalu banyak cairan.

    Adakah efek samping dari torakosintesis?

    Secara umum, torakosintesis atau sedot cairan di paru-paru tidak menyebabkan efek samping yang serius selama Anda menjalani tahapan persiapan dan prosedur yang tepat.

    Namun, setiap prosedur medis pasti memiliki risiko. Efek samping atau komplikasi yang mungkin muncul akibat penyedotan cairan di paru-paru adalah:

    • perdarahan,
    • gangguan sirkulasi udara di paru-paru,
    • pneumotoraks (pengempisan paru-paru), dan
    • infeksi.

    Risiko dari torakosintesis di atas sangat jarang dialami. Sekalipun terdapat efek samping, biasanya gangguannya cukup ringan dan bisa diatasi dengan pengobatan selama pemulihan.

    Untuk menghindari komplikasi serius, dokter akan menentukan apakah kondisi Anda memungkinkan untuk melakukan sedot cairan di paru-paru atau tidak.

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan