backup og meta

Beruntusan di Hidung, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Beruntusan di Hidung, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Beruntusan membuat tekstur kulit tampak tak rata. Secara umum, seluruh bagian kulit bisa mengalami kondisi ini. Namun, Anda mungkin sering menjumpainya di bagian hidung. Lantas, apa penyebab beruntusan di hidung dan bagaimana cara mengatasinya?

Penyebab beruntusan di hidung

Pada dasarnya, ada beberapa kondisi yang mendasari penyebab wajah beruntusan, termasuk di hidung. Beberapa di antaranya, yaitu komedo, milia, dan keratosis pilaris.

Komedo muncul akibat pori-pori tersumbat, sedangkan milia terjadi akibat penumpukan keratin atau sel kulit mati di bawah permukaan kulit. 

Keratosis pilaris muncul karena adanya keratin yang terjebak di dalam pori-pori. 

Beruntusan di hidung lebih sering terjadi pada tipe kulit kering atau pengidap eksim dan psoriasis. Berikut hal-hal yang memicu masalah kulit ini.

1. Produksi minyak berlebih

penyebab beruntusan di hidung kulit berminyak

Hidung merupakan salah satu bagian tubuh yang lebih berminyak. Minyak atau sebum ini nantinya bisa terjebak di dalam pori-pori bersama sel kulit mati dan kotoran. 

Lama kelamaan, semuanya menumpuk di dalam pori-pori sehingga mengalami penyumbatan. Hal ini bisa memicu beruntusan di hidung.

2. Pengaruh hormon

Hormon bisa menjadi penyebab beruntusan di hidung karena memicu produksi sebum berlebih. 

Hormon yang memicu meningkatnya kadar minyak adalah hormon testosteron. Kondisi ini biasanya dijumpai pada remaja yang sedang pubertas.

Tak hanya itu, sebelum menstruasi pun hormon estrogen dan progesteron Anda menurun. Stres pun bisa membuat hormon tidak seimbang. 

Perubahan hormon ini akan menyebabkan kelenjar minyak melepaskan lebih banyak minyak ke permukaan kulit. Hal ini bisa membuat pori-pori tersumbat sehingga hidung rentan mengalami beruntusan.

3. Menggunakan produk yang salah

Beberapa produk skincare justru bisa menjadi pemicu komedo. Biasanya, produk ini berbentuk pelembap berbahan dasar minyak.

Penggunaan produk ini bisa membuat muka semakin berminyak dan kotoran lebih rentan menempel. Tak heran bila pori-pori tersumbat dan beruntusan di hidung pun muncul.

Beberapa bahan dalam produk skincare yang berpotensi memicu beruntusan di hidung, di antaranya:

  • petrolatum,
  • lanolin,
  • parafin,
  • squalene
  • mineral oil
  • dimethicone, dan
  • cyclomethicone.

4. Trauma kulit

Trauma kulit yang berujung pada beruntusan merupakan kondisi yang bisa ditemui pada milia. Ada beberapa trauma pada kulit yang memicu beruntusan di hidung, seperti:

  • luka bakar,
  • ruam,
  • lecet, dan
  • paparan sinar matahari berlebih.

Lantas, mengapa trauma bisa membuat tekstur kulit hidung tidak rata?

Beberapa trauma ini ternyata membuat kelenjar keringat pada kulit hidung rusak sehingga kulit akan tampak menonjol.

5. Penggunaan obat-obatan tertentu

Obat-obatan tertentu ternyata bisa menimbulkan efek samping pada kulit, seperti memicu kulit berminyak berlebih. 

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, kadar sebum yang tinggi membuat pori-pori tersumbat dan menimbulkan beruntusan di hidung.

Berikut beberapa jenis obat-obatan yang membuat hidung berminyak.

  • Testosteron.
  • Progesteron dengan hormon androgenik, seperti medroxyprogesterone dan levonorgestrel.
  • Golongan obat phenothiazine, seperti chlorpromazine.

Tak hanya itu, ada pula obat-obatan yang bisa menimbulkan beruntusan akibat milia.

Hal ini dikarenakan obat-obatan tersebut mengakibatkan reaksi tubuh berupa pertumbuhan kista atau benjolan seperti kantung pada kulit hidung.

Beberapa obat yang memicu beruntusan akibat milia, yaitu:

  • steroid oles,
  • obat krim hydroquinone,
  • clobetasol,
  • vemurafenib,
  • dovitinib, dan
  • krim fluorouracil.

Cara menghilangkan beruntusan di hidung

Ada beberapa perawatan kulit yang berguna sebagai cara mengatasi beruntusan di wajah.

Perawatan ini tentu juga bisa dilakukan pada hidung Anda. Berikut beberapa yang bisa Anda coba.

1. Membersihkan muka

cara menghilangkan beruntusan di hidung cuci muka rutin

Normalnya, mencuci muka sebaiknya dilakukan dua kali sehari. Tentu, perawatan kulit ini berguna untuk mengangkat sel kulit mati serta minyak berlebih.

Tidak hanya menggunakan sabun muka, Anda disarankan untuk melakukan double cleanse atau pembersihan ganda.

Jadi, sebelum Anda mencuci muka dengan sabun, Anda menggunakan pembersih wajah berbahan dasar minyak, seperti micellar water dengan campuran minyak, milk cleanser, atau cleansing balm.

Mungkin Anda khawatir bila kandungan minyak pada pembersih ini justru memicu beruntusan berlebih. Padahal, minyak ini justru mengangkat kotoran, make up, dan tabir surya lebih bersih.

Setelah Anda menggunakan pembersih wajah tahap pertama, segera cuci muka dengan sabun dan air bersuhu normal atau suam-suam kuku. Tujuannya, agar minyak dari pembersih tersebut segera terangkat.

2. Eksfoliasi

Perawatan ini berguna untuk membersihkan penumpukan sel kulit mati dan kotoran pada pori-pori atau lapisan kulit. 

Ada beberapa bahan utama pada produk perawatan kulit yang bisa mengatasi beruntusan di hidung, seperti glycolic acid dan salicylic acid untuk wajah. 

Salicylic acid bekerja dengan cara memecah ikatan sebum, lalu masuk ke pori-pori dan mengangkat kotoran dari dalam.

Cara kerja ini cocok untuk mengatasi beruntusan di hidung akibat komedo.

Sementara itu, glycolic acid bekerja dengan cara memecah sel kulit mati pada permukaan kulit sehingga mengalami pengelupasan.

3. Menggunakan produk berbahan retinoid

Jika eksfoliasi biasa tidak membuahkan hasil, Anda sebaiknya konsultasi ke dokter. Mungkin dokter akan memberikan obat oles yang mengandung retinoid.

Retinoid membantu mengurangi keratin yang menyumbat pada kulit sehingga tidak membuat permukaan kulit beruntusan. 

Tak hanya itu, bahan ini mengeksfoliasi kulit mati lebih intens daripada eksfoliasi dengan salicylic acid atau glycolic acid.

Penelitian terbitan Journal of Cutaneous Medicine and Surgery (2021) menyatakan bahwa retinoid juga membantu mempercepat pergantian sel kulit, mengangkat komedo, dan mencegah pembentukan komedo.

4. Gunakan pelembap dengan bahan urea

Meski kulit berminyak bisa memicu beruntusan di hidung, bukan berarti Anda tidak menggunakan pelembap wajah sama sekali. 

Justru pelembap yang tepat bisa mengendalikan minyak berlebih pada wajah.

Sebaiknya, gunakan pelembap yang mengandung bahan urea. Bahan ini cocok untuk mengangkat keratin berlebih pada keratosis pilaris

Penggunaan moisturizer pun penting agar terhindar dari kulit kering yang menjadi faktor risiko munculnya beruntusan di hidung. 

5. Ekstraksi

Cara menghilangkan beruntusan di hidung ini harus dilakukan oleh dokter kulit

Dokter nanti mencungkil komedo atau membuat lubang kecil pada permukaan kulit, lalu mengangkat keratin yang menyumbat kulit. Prosedur ini tidak memerlukan bius.

Prosedur yang sering disebut facial ini tidak boleh dilakukan di rumah karena rentan menimbulkan infeksi. 

Terlebih, Anda tidak menguasai teknik perawatan kulit ini sehingga bisa menimbulkan luka dan bahkan bopeng atau jaringan parut.

Beruntusan di hidung merupakan tanda adanya pori-pori tersumbat atau penumpukan sel kulit mati. 

Cara menghilangkannya adalah dengan bahan-bahan yang membantu eksfoliasi atau dengan prosedur perawatan yang dilakukan dokter kulit. 

Rangkuman

  • Beruntusan bisa muncul akibat komedo, milia, dan keratosis pilaris.
  • Produk perawatan yang bisa menghilangkan masalah kulit ini yaitu glycolic acid, salicylic acid, dan retinoid.
  • Perawatan oleh dokter kulit pun bisa membantu menghilangkan beruntusan.
  • Gunakan tabir surya yang ringan untuk mencegah pembentukan milia dan penyumbatan pori-pori.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Songsantiphap, C., & Asawanonda, P. (2019). The Correlations between Follicular Fluorescence and Casual Sebum Levels in Subjects with Normal Skin. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, 12(8), 24. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6715127/

Clogged Pores: What They Are, Causes, Treatment & Prevention. (2022). Retrieved 30 June 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22773-clogged-pores

Chularojanamontri, L., Tuchinda, P., Kulthanan, K., & Pongparit, K. (2014). Moisturizers for Acne: What are their Constituents?. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, 7(5), 36. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4025519/

Sridharan, R., & George, R. (2018). Factors aggravating or precipitating acne in Indian adults: A hospital-based study of 110 cases. Indian Journal of Dermatology, 63(4), 328. doi: 10.4103/ijd.ijd_565_17

Sebum | DermNet NZ. (2014). Retrieved 30 June 2022, from https://dermnetnz.org/topics/sebum

Milium, milia | DermNet NZ. (2009). Retrieved 30 June 2022, from https://dermnetnz.org/topics/milium

Bagatin, E., Freitas, T., Rivitti-Machado, M., Ribeiro, B., Nunes, S., & Rocha, M. (2019). Adult female acne: a guide to clinical practice. Anais Brasileiros de Dermatologia, 94(1), 62-75. doi: 10.1590/abd1806-4841.20198203

Sharad, J. (2013). Glycolic acid peel therapy – a current review. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology, 281. doi: 10.2147/ccid.s34029

Pennycook, K., & McCready, T. (2022). Keratosis Pilaris. Statpearls Publishing. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546708/

Keratosis Pilaris – Causes and Treatment | familydoctor.org. (2020). Retrieved 30 June 2022, from https://familydoctor.org/condition/keratosis-pilaris/

Keratosis pilaris – Symptoms and causes. (2021). Retrieved 30 June 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/keratosis-pilaris/symptoms-causes/syc-20351149

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Mengenal Alat Penyedot Komedo, Cara Penggunaan hingga Risikonya

5 Jenis Skincare untuk Kulit Kering, Kusam, dan Beruntusan


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan