backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

8

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Jenis Salep Kortikosteroid untuk Mengobati Masalah Kulit

Ditinjau secara medis oleh dr. Dinda Saraswati Murniastuti, Sp.DV · Spesialis Kulit dan Kelamin · Mydervia Dermatology


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 31/01/2024

Jenis Salep Kortikosteroid untuk Mengobati Masalah Kulit

Peradangan kulit dapat menimbulkan kemerahan, gatal, bahkan kulit bisa terasa terbakar. Salah satu cara mengatasi masalah kulit ini adalah dengan mengoleskan krim atau salep kortikosteroid. Namun, penggunaan salep kortikosteroid harus dengan resep dokter. Ketahui jenis dan aturan pakai salep kortikosteroid dalam ulasan berikut.

Jenis-jenis salep kortikosteroid

Kortikosteroid adalah golongan obat untuk menghentikan proses inflamasi alias peradangan dalam tubuh. 

Kortikosteroid bekerja menyerupai kortisol, hormon yang diproduksi kelenjar adrenal tubuh, yakni dengan mempersempit pembuluh darah dan menekan reaksi sistem imun tubuh yang berlebihan.

Salep kortikosteroid dapat dibedakan berdasarkan dengan tingkat potensinya. Pengelompokan potensi sebuah obat topikal steroid didasari oleh dosis atau kandungan steroid yang dibutuhkan seperti fluocinolone acetonide, clobetasol, atau  hydrocortisone.

Berikut ini jenis-jenis salep kortikosteroid berdasarkan dengan tingkatan potensinya.

1. Potensi rendah

mometasone furoate

Beberapa jenis kortikosteroid adalah krim hydrocortisone acetate dan betamethasone valerate. Meskipun potensi obatnya ringan, penggunaan salep ini tetap memerlukan resep dokter, tidak bisa bebas dibeli di apotek.

Hindari menggunakan obat ini pada area kulit yang terkena infeksi agar tidak bertambah parah.

2. Potensi sedang

Obat steroid tingkat sedang dapat bekerja 2 – 25 kali lebih kuat daripada salep kortikosteroid yang ringan. 

Obat yang termasuk dalam kategori ini adalah hydrocortisone butyrate dan triamcinolone acetonide.

3. Potensi tinggi

Obat ini memiliki kekuatan 100 – 150 kali lebih besar jika dibandingkan dengan kortikosteroid yang paling lemah. 

Obatnya meliputi bethametasone valerate 0,1%, betamethasone dipropionate, diflucortolone valerate, dan mometason furoat.

4. Potensi sangat tinggi

Obat ini memiliki potensi 600 kali lebih kuat dari obat kortikosteroid ringan. Salah satu jenis obatnya adalah clobetasol diproprionate. Obat dengan kandungan steroid kuat harus digunakan sesuai resep dokter.

Salep kortikosteroid biasanya diresepkan dokter untuk mengatasi penyakit dermatitis, intertrigo, psoriasis, diskoloid, radang perianal, dan kondisi lain yang menyebabkan peradangan kulit. Jenis yang digunakan tergantung dengan kondisi pasien dan keparahan gejala.

Meski Anda telah mengetahui kegunaannya, hindari menggunakan salep steroid, berapa pun potensinya, untuk pengobatan mandiri tanpa resep atau pengawasan dari dokter.

Cara menggunakan salep kortikosteroid

Salep untuk psoriasis

Salep dan krim kortikosteroid aman digunakan anak-anak maupun orang dewasa asalkan mengikuti aturan pakai yang dianjurkan dokter.

Berikut cara pemakaian salep atau krim steroid topikal untuk mengobati berbagai jenis penyakit kulit.

  • Oleskan obat hanya pada bagian kulit yang terdampak; tidak boleh digunakan sebagai pelembap seluruh badan.
  • Oleskan setelah mandi dalam kondisi kulit masih lembap (setengah kering).
  • Ratakan dengan lembut di kulit mengikuti arah tumbuhnya rambut.
  • Jika Anda diresepkan salep kortikosteroid bersama dengan obat jenis lain, misalnya emolien, beri jeda sekitar 20 – 30 menit di antara pengolesan dua obat tersebut.
  • Obat tidak boleh digunakan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Mengutip situs NHS, biasanya obat oles ini digunakan sebanyak satu kali atau dua kali sehari selama 3 sampai 7 hari hingga ciri-ciri penyakit kulit mulai teratasi.

Hindari mengoleskan obat ini pada kulit dengan luka terbuka atau menunjukkan tanda infeksi (borok yang disertai dengan nanah).

Salep kortikosteroid juga tidak boleh sembarangan digunakan untuk kulit yang sedang ada jerawat agar jerawat tidak semakin parah. 

Pada kondisi tertentu, penghentian kortikosteroid topikal perlu dilakukan perlahan-lahan untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan. Ikuti petunjuk dokter saat akan menghentikan penggunaan salep atau krim kortikosteroid.

Siapa yang boleh menggunakan salep kortikosteroid?

Obat oles ini sebenarnya aman untuk digunakan siapa saja termasuk oleh ibu hamil dan menyusui. Akan tetapi, tidak dalam dosis tinggi dan jenis potensi yang kuat. Bayi pun juga tidak dibolehkan memakai salep steroid yang berpotensi kuat karena kulitnya cenderung lebih mudah menyerap obat ke dalam aliran darah.

Risiko efek samping pemakaian salep dan krim steroid jangka panjang

Sebenarnya, salep dan krim kortikosteroid jarang menimbulkan efek samping bila Anda benar-benar menggunakannya sesuai dengan aturan atau pengawasan dokter. 

Salah satu efek samping yang mungkin muncul dari penggunaan obat topikal ini adalah sensasi terbakar atau perih ketika dioleskan. Namun, kondisi ini umumnya akan membaik seiring kulit terbiasa.

Penggunaan salep kortikosteroid yang berlebihan dalam jangka panjang dan dosis yang kuat dapat menimbulkan efek samping berikut ini.

  • Infeksi kulit memburuk. Penggunaan dosis tinggi obat kortikosteroid dalam jangka panjang dapat membuat infeksi kulit justru memburuk dan menyebar ke area kulit lain.
  • Folikulitis. Pada beberapa kasus, penggunaan obat topikal ini dapat menyebabkan terjadinya folikulitis, yakni peradangan pada folikel rambut.
  • Penipisan pada kulit. Penipisan kulit dapat terjadi terutama bila obat berdosis tinggi digunakan pada area yang sama secara terus-menerus. Akibatnya, jaringan kulit di bawahnya akan melemah.
  • Stretch mark (striae). Stretch mark dapat muncul terutama pada area pangkal paha dalam, lengan bagian dalam, siku, dan lutut.
  • Dermatitis kontak. Iritasi kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi ringan terhadap zat-zat dalam kortikosteroid topikal tertentu.
  • Rosacea. Penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya ruam kemerahan pada wajah. 
  • Perubahan warna kulit. Efek samping ini biasanya terlihat pada orang berkulit gelap.
  • Sindrom Cushing. Penggunaan kortikosteroid yang berlebihan dapat menyebabkan Sindrom Cushing, yakni peningkatan hormon kortisol.
  • Pada anak-anak, terdapat kemungkinan untuk salep kortikosteroid terserap masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan efek samping yang menghambat pertumbuhan.

    Untuk menghindari efek samping yang terjadi, lebih baik diskusikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis kulit Anda tentang aturan dan dosis yang tepat sebelum menggunakan salep kortikosteroid.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Dinda Saraswati Murniastuti, Sp.DV

    Spesialis Kulit dan Kelamin · Mydervia Dermatology


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 31/01/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan