backup og meta

GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

GERD adalah singkatan dari gastroesophageal reflux disease, yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit refluks gastroesofageal. Ini merupakan kondisi kronis di mana asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan dan menyebabkan sejumlah keluhan.

Definisi GERD

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan pencernaan karena naiknya asam lambung ke kerongkongan. Kondisi ini terjadi dalam jangka panjang dengan gejala yang hilang timbul. 

Pada penderita GERD, sfingter esofagus bagian bawah yang berfungsi sebagai katup antara esofagus dan lambung, tidak berfungsi dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan isi lambung, termasuk asam lambung, naik kembali ke esofagus.

Asam lambung yang naik dan bersifat asam dapat mengikis dan menyebabkan iritasi pada bagian dalam kerongkongan. Akibatnya, timbul sensasi nyeri ulu hati yang terasa panas seperti terbakar juga pada tenggorokan (heartburn), serta rasa asam pada mulut.

Setiap orang dapat memproduksi asam lambung dalam jumlah yang bervariasi. Akan tetapi, laju produksinya cenderung meningkat setelah makan karena asam diperlukan untuk proses pencernaan. Lalu, asam lambung akan menurun lagi dengan segera.

Meski begitu, kenaikan asam lambung juga dapat menjadi pertanda adanya gangguan pada pencernaan jika terjadi sering atau berulang-ulang. Inilah yang dimaksud dengan penyakit refluks gastroesofagus alias GERD.

Refluks kenaikan asam lambung dapat digolongkan sebagai GERD ringan jika terjadi sekitar 2 – 3 kali dalam seminggu. Kondisi sudah termasuk berat jika asam lambung naik hingga minimal seminggu sekali.

Seberapa umumkah GERD?

Penyakit GERD termasuk masalah pencernaan yang cukup umum dan bisa dialami siapa saja, baik pria maupun wanita. 

Tanda dan gejala GERD

Tanda utama dari penyakit GERD yaitu saat asam lambung yang seharusnya tetap berada di dasar lambung dan justru naik kembali ke atas. Ini terjadi akibat terbukanya otot-otot pembatas antara lambung dan kerongkongan.

Kebocoran asam menimbulkan sensasi terbakar pada ulu hati dan dada (heartburn) yang bisa menjalar ke perut dan punggung. Hal ini biasanya bisa semakin memburuk ketika Anda selesai makan, sedang berbaring, atau membungkuk.

Secara garis besar, gejala GERD yakni sebagai berikut.

  • Merasa seperti ada makanan yang tersangkut di dalam kerongkongan, sulit menelan, serta cegukan.
  • Mengalami sensasi panas seolah terbakar di dada (heartburn), yang bisa menyebar sampai ke leher.
  • Nyeri ulu hati.
  • Timbul rasa asam atau pahit di mulut.
  • Ada cairan atau makanan yang naik dari dalam perut ke bagian mulut.
  • Masalah pernapasan, seperti batuk kronis dan asma.
  • Suara serak.
  • Sakit tenggorokan.

Kemungkinan masih ada tanda­-tanda dan gejala penyakit GERD lainnya yang tidak disebutkan di atas. Bila khawatir akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah segera kepada dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami gejala seperti sesak napas dan nyeri pada dada. Apalagi jika gejala penyakit ini sering muncul atau bahkan semakin bertambah buruk setiap hari.

Kondisi tubuh setiap orang sangat berbeda. Inilah yang membuat gejala yang dialami setiap orang tidak sama. Selalu konsultasikan gejala yang Anda alami kepada dokter untuk mendapatkan penanganan terbaik terkait kondisi kesehatan Anda.

Penyebab GERD

diet untuk penderita GERD

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kenaikan asam dari lambung sebenarnya umum terjadi. Kondisi ini paling sering dipicu oleh kebiasaan makan dalam porsi yang banyak, langsung berbaring setelah makan, atau konsumsi jenis makanan tertentu.

Bedanya, kenaikan asam lambung yang tergolong sebagai penyakit GERD memiliki penyebab tersendiri. Penyebab GERD yang utama yakni melemahnya sfingter kardia, yaitu otot-otot berbentuk cincin yang membatasi lambung dan kerongkongan.

Sfingter kardia seharusnya selalu dalam posisi tertutup untuk mencegah naiknya asam lambung dan makanan yang sedang dicerna kembali menuju kerongkongan. Katup ini baru akan terbuka ketika makanan di mulut akan masuk ke dalam perut.

Pada penderita penyakit ini, yang terjadi justru sebaliknya. Otot-otot sfingter kardia menjadi lemah sehingga sfingter dapat membuka meski tidak ada makanan yang bergerak dari kerongkongan. Akibatnya, asam lambung bisa naik sewaktu-waktu.

Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, asam lambung dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada dinding kerongkongan (esofagitis). Ini karena asam lambung termasuk jenis asam kuat yang bersifat mengikis.

Faktor risiko GERD

Di bawah ini berbagai faktor risiko yang meningkatkan risiko Anda untuk terkena penyakit GERD.

  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
  • Memiliki tonjolan pada perut bagian atas yang bisa naik sampai ke diafragma (hernia hiatal).
  • Mengalami masalah pada jaringan ikat, contohnya scleroderma.
  • Mengosongkan perut dalam waktu yang lama.

Selain itu, di bawah ini beberapa faktor lainnya yang bisa turut memperburuk gejala GERD.

  • Kebiasaan merokok.
  • Makan makanan dalam jumlah banyak dalam satu waktu.
  • Waktu makan yang terlalu dekat dengan waktu tidur.
  • Terlalu banyak makan makanan pemicu asam lambung, seperti makanan pedas, asam, berlemak, dan digoreng.
  • Sering minum kopi atau teh.
  • Terlalu banyak minum alkohol.
  • Mengalami stres dalam jangka panjang.
  • Sering mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin, ibuprofen, atau naproxen.

Diagnosis GERD

Berbagai pemeriksaan untuk mendeteksi adanya penyakit GERD yakni di bawah ini:

Pengobatan GERD

Jika GERD menyerang, tetaplah tenang dan duduk tegak. Hindari berbaring karena asam lambung akan lebih mudah naik. Setelah itu, lepaskan pakaian yang terlalu ketat, lalu segera minum obat GERD.

Beberapa jenis obat-obatan yang akan direkomendasikan oleh dokter yaitu sebagai berikut.

Selalu bawa obat GERD ke mana pun untuk mengatasi serangan GERD tiba-tiba. Pasalnya, GERD dapat menyerang kapan pun, terutama setelah menyantap makanan pedas atau stres.

Jika kondisi GERD sudah parah dan pengobatan di atas tak kunjung meredakan gejala, dokter akan menyarankan melakukan operasi. Beberapa jenis operasi untuk mengobati GERD yaitu fundoplication dan LINX.

Perawatan di rumah

Selain dengan mengonsumsi obat-obatan, biasanya dokter menganjurkan pasien untuk melakukan perubahan gaya hidup.

Di bawah ini beberapa gaya hidup serta pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi penyakit GERD.

  • Memilih makanan yang tepat dan sehat, misalnya lebih banyak mengonsumsi buah dan sayuran, serta mengurangi makanan yang bisa memicu GERD.
  • Mengurangi makan gorengan, makanan berlemak, dan makanan pedas.
  • Tidak langsung berbaring setelah makan. Sebaiknya beri jeda minimal 2 – 3 jam setelah makan dan sebelum Anda tidur.
  • Mengonsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter, baik itu obat yang dijual bebas (OTC) maupun obat-obatan resep.
  • Meninggikan posisi kepala selama tidur menggunakan bantal yang ditumpuk. Posisi kepala yang lebih tinggi daripada tubuh bisa membantu meredakan sakit pada ulu hati karena kenaikan asam lambung.
  • Menghindari kebiasaan merokok.
  • Menghindari minum-minuman beralkohol, kopi, dan teh.
  • Memiliki manajemen stres yang baik.
  • Menghindari konsumsi beberapa jenis obat yang bisa semakin memperburuk gejala, misalnya obat pereda nyeri seperti aspirin.
  • Menurunkan berat badan bila berlebih dan menjaganya bila sudah ideal.
  • Makan dengan porsi yang sesuai dengan kebutuhan.

American College of Gastroenterology mengatakan bahwa perubahan gaya hidup yang dilakukan dengan konsisten mampu mencegah asam lambung naik.

Apakah maag dan GERD sama?

Maag dan GERD adalah dua kondisi yang berbeda. Maag merupakan kumpulan gejala yang meliputi nyeri pada ulu hati, perut terasa panas, kembung, mual, hingga mudah bersendawa. Sementara itu, GERD adalah kondisi naiknya asam lambung ke kerongkongan dan menyebabkan iritasi sehingga muncul sejumlah gejala maag.

Pencegahan GERD

Di bawah ini berbagai tips yang dapat Anda lakukan untuk mencegah penyakit GERD.

  • Selalu makan dalam porsi secukupnya. Jika Anda ingin makan lebih banyak, sebaiknya makanlah lebih sering dalam porsi yang kecil.
  • Menjaga berat badan tetap dalam rentang normal.
  • Tidak memakai pakaian yang terlalu ketat, terutama pada bagian perut karena berisiko menekan katup kerongkongan bagian bawah.
  • Hindari membiasakan diri langsung tidur setelah makan.
  • Tidak makan terlalu dekat dengan waktu tidur.
  • Menghindari beberapa jenis makanan dan minuman yang bisa memicu gejala.

Jika Anda masih kerap mengalami gejala walaupun sudah mencoba melakukan upaya pengobatan mandiri, sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Gastroesophageal reflux disease: MedlinePlus Medical Encyclopedia. (2023). Retrieved 22 November 2023, from https://medlineplus.gov/ency/article/000265.htm 

Gastroesophageal reflux disease (GERD). (2023). Retrieved 22 November 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gerd/symptoms-causes/syc-20361940 

Gastroesophageal Reflux Disease. (2019). Retrieved 22 November 2023, from https://www.aaaai.org/conditions-treatments/related-conditions/gastroesophageal-reflux-disease 

Acid Reflux/GERD: ACG. (2023). Retrieved 22 November 2023, from https://gi.org/topics/acid-reflux/ 

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Treatment. (2021). Retrieved 22 November 2023, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/gastroesophageal-reflux-disease-gerd-treatment

Versi Terbaru

12/11/2024

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Kaitan Rokok dan Asam Lambung yang Dapat Memicu GERD

Berbagai Risiko Komplikasi GERD yang Paling Sering Muncul dan Perlu Diwaspadai


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 12/11/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan