backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

11

Tanya Dokter
Simpan
Konten

6 Penyebab Utama Nyeri Ulu Hati dan Tips Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 24/05/2023

6 Penyebab Utama Nyeri Ulu Hati dan Tips Mengatasinya

Banyak orang merasa nyeri ulu hati setelah makan banyak. Ini biasanya disebabkan oleh naiknya asam lambung menuju kerongkongan (refluks asam lambung). Namun, nyeri pada bagian ulu hati juga bisa menandakan gangguan pencernaan lain yang lebih serius.

Mengapa ulu hati terasa sakit setelah makan?

Setelah dilumatkan di dalam mulut, makanan akan bergerak melewati kerongkongan untuk dicerna dalam organ lambung.

Gerakan menelan ini menyebabkan terbukanya sfingter esofageal (otot berbentuk cincin yang membatasi kerongkongan dan lambung).

Sfingter esofageal terus menutup selama tidak ada makanan dan cairan yang bergerak turun dari kerongkongan. Jika sfingter tidak menutup dengan sempurna, asam lambung dapat naik sehingga menimbulkan rasa panas pada ulu hati.

Rasa panas ini berasal dari asam lambung yang merupakan asam kuat. Naiknya asam lambung juga kerap menimbulkan rasa tak nyaman pada ulu hati, nyeri pada dada, atau rasa asam dan pahit yang muncul pada pangkal kerongkongan atau mulut.

Beragam sensasi tak nyaman tersebut dikenal sebagai heartburn. Pada banyak kasus, heartburn juga diperparah oleh kebiasaan makan hingga kekenyangan, minum alkohol, merokok, dan konsumsi makanan yang sangat pedas.

Penyebab lain rasa sakit pada ulu hati

gejala maag dan batu empedu

Nyeri yang Anda rasakan juga bisa menandakan penyakit atau gangguan pada organ-organ di sekitar area ulu hati, misalnya sebagai berikut.

1. Tukak lambung

Ulkus peptikum atau tukak lambung adalah terkikisnya lapisan dalam lambung akibat pengaruh asam lambung.

Penyebab utama tukak lambung adalah infeksi bakteri H. pylori atau penggunaan obat tertentu secara berlebihan, terutama pereda nyeri.

Gejala tukang lambung yang paling umum adalah nyeri pada ulu hati, sakit perut, mual dan muntah, lebih mudah kenyang, dan sering sendawa.

Pada kasus yang lebih parah, bisa saja terjadi perdarahan dalam yang ditandai dengan muntah disertai bercak darah dan munculnya darah pada feses.

2. Batu empedu

Batu empedu yang menyumbat saluran empedu dapat menyebabkan nyeri pada ulu hati. Terdapat 2 jenis batu empedu, yakni sebagai berikut.

  • Batu kolesterol: jenis batu empedu yang paling umum. Warnanya kuning dan banyak mengandung kolesterol yang tidak dapat dicerna.
  • Batu pigmen: berwarna cokelat tua dan hitam. Warna tersebut berasal dari kadar bilirubin yang tinggi.
  • Selain sakit ulu hati, nafsu makan bisa menurun, mual dan muntah, perut kembung, demam, kulit kuning, feses berwarna tanah liat, dan nyeri pada perut sebelah kanan.

    3. Radang kerongkongan (esofagitis)

    Esofagitis adalah peradangan atau iritasi pada bagian dalam dinding kerongkongan.

    Peradangan ini bisa disebabkan oleh naiknya asam lambung, infeksi, iritasi akibat efek samping pemakaian obat-obatan tertentu, dan gangguan autoimun.

    Gejala utama esofagitis adalah nyeri pada ulu hati yang bisa menjalar ke perut sebelah kanan, nyeri di belakang tulang dada yang terjadi saat menelan, dan tersangkutnya makanan dalam kerongkongan.

    Komplikasi lainnya adalah Barrett’s esophagus, yaitu kondisi ketika sel-sel kerongkongan berubah menyerupai sel usus karena terus teriritasi.

    4. Peradangan lambung (gastritis)

    Gastritis adalah masalah pencernaan yang disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori, gangguan autoimun, atau pengikisan dinding lambung.

    Gejalanya yakni sakit ulu hati serta muntah darah yang terlihat seperti ampas kopi dan feses berwarna hitam. Pada kasus yang lebih parah, gastritis dapat menyebabkan perdarahan pada lambung.

    Kondisi ini harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

    5. Pankreatitis

    Pankreatitis adalah peradangan pada pankreas. Selain nyeri pada ulu hati, gejala lain yang muncul antara lain kehilangan nafsu makan, sakit perut, demam, peningkatan detak jantung, serta feses berminyak dan berbau.

    Pada kasus yang paling parah, pankreatitis dapat menyebabkan perdarahan, syok, dan mungkin berakibat fatal.

    Maka dari itu, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter bila mengalami tanda-tanda penyakit ini.

    6. Preeklampsia pada ibu hamil

    Ibu hamil adalah kelompok yang paling rentan mengalami sakit pada ulu hati. Pasalnya, janin yang terus membesar akan menekan perut sehingga menimbulkan rasa sakit.

    Selain itu, perubahan hormon selama kehamilan juga dapat memengaruhi tingkat nyeri.

    Akan tetapi, rasa sakit pada ulu hati yang terus-menerus muncul bisa menjadi pertanda preeklampsia. Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.

    Cara mengatasi nyeri ulu hati

    makanan yang harus dihindari saat diet

    Penanganan nyeri terkait kebiasaan makan tentunya berbeda dengan nyeri akibat penyakit pada sistem pencernaan.

    Setelah itu, Anda bisa melakukan langkah-langkah berikut untuk mengatasi nyeri yang melanda.

    1. Jangan berbaring setelah makan

    Banyak dari kita tunduk oleh rasa kantuk akibat kekenyangan dan akhirnya memilih untuk tiduran setelah makan.

    Akan tetapi, Anda sebaiknya menunda dulu keinginan ini karena langsung berbaring setelah makan dapat memperparah heartburn.

    Jika Anda merasa mengantuk setelah makan, cobalah berjalan-jalan sebentar, mencuci piring, atau melakukan kegiatan lain selama 30 menit ke depan.

    Waktu yang paling baik untuk berbaring agar perut tidak nyeri adalah dua jam setelah makan.

    2. Kenakan pakaian yang longgar

    Ikat pinggang atau pakaian lain yang terasa ketat dapat menekan perut sehingga memperburuk rasa terbakar pada ulu hati.

    Setelah makan, sebaiknya kendurkan semua pakaian yang ketat atau gantilah baju Anda dengan yang lebih longgar.

    3. Hindari rokok, alkohol, atau kafein

    Rokok, alkohol, dan kafein ternyata memperparah sakit pada ulu hati.

    Ketiganya dapat melemahkan kinerja otot sfingter esofageal yang berfungsi mencegah asam lambung naik menuju kerongkongan.

    Akibatnya, refluks asam lambung lebih mungkin terjadi.

    4. Posisikan tubuh bagian atas lebih tinggi saat berbaring

    Meninggikan bagian atas tubuh sebanyak kurang lebih 10 – 15 cm saat berbaring dapat mencegah refluks asam lambung dan heartburn.

    Ini karena ketika posisi tubuh bagian atas lebih tinggi, gravitasi akan mencegah isi lambung naik kembali ke kerongkongan.

    Tidur dengan bantal cekung yang dirancang khusus juga merupakan pilihan lain yang cukup efektif.

    Kebanyakan bantal yang dijual akan menaikkan kepala, bahu, dan dada Anda sebesar 30 – 45 derajat atau 15 – 20 cm untuk mencegah refluks.

    5. Kurangi makan makanan berlemak

    Makanan berlemak bukanlah sesuatu yang jahat bagi tubuh. Zat gizi ini justru dibutuhkan sebagai cadangan energi dan untuk melindungi organ-organ.

    Namun, orang-orang yang sering mengalami heartburn sebaiknya membatasi asupan lemaknya.

    Konsumsi lemak secara berlebihan dapat memperparah rasa nyeri, panas, dan mulas pada perut.

    6. Mengonsumsi obat

    Ada berbagai jenis obat yang ampuh meredakan nyeri ulu hati akibat heartburn. Berikut di antaranya.

    • Antasida: obat yang bekerja dengan menetralisasi asam lambung berlebih. Obat ini tidak bisa menyembuhkan kerongkongan ataupun lambung yang terluka.
    • H-2-receptor antagonists (H2RA): bekerja dengan mengurangi produksi asam lambung. Efeknya tidak secepat antasida, tapi obat ini dapat meredakan nyeri lebih lama.
    • Proton pump inhibitors (PPI): obat PPI seperti lansoprazole dan omeprazole bekerja dengan mengurangi produksi asam lambung.

    Kesimpulan

    Rasa sakit pada ulu hati dapat disebabkan oleh beragam faktor, mulai dari kebiasaan makan terlalu banyak hingga penyakit pada sistem pencernaan. Pada umumnya, nyeri akibat kebiasaan makan dapat diatasi dengan memperbaiki kebiasaan yang keliru.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 24/05/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan