backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Kista Hati (Kista Hepar)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 15/02/2024

Kista Hati (Kista Hepar)

Salah satu penyakit yang bisa menyerang organ hati yaitu kista hati. Kondisi ini sebagian besar tidak menimbulkan gejala dan tidak membutuhkan pengobatan. Namun, jika sudah parah dan ukuran kista membesar, kondisi ini bisa menekan organ sekitarnya dan menyebabkan sakit perut.

Apa itu kista hati?

Kista hepar atau biasa disebut kista hati adalah kantong yang berisi cairan pada organ hati.

Umumnya, kista hepar tidak menyebabkan masalah apa pun alias jinak dan bukan kanker. Namun pada beberapa kasus, kista dapat tumbuh cukup besar sehingga dapat menimbulkan nyeri yang kuat pada perut.

Kista hepar sering kali ditemukan secara kebetulan saat tes pencitraan perut, seperti CT scan atau MRI.

Kista hepar dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: 

  • kista sederhana, 
  • penyakit hati polikistik (diturunkan dalam keluarga), 
  • kista yang disebabkan parasit, seperti penyakit hidatidosa, dan
  • kista yang muncul bersama dengan kanker liver

Jumlah kista yang banyak dengan ukuran yang besar tentu membutuhkan perhatian medis 

Seberapa umum kondisi ini? 

Dikutip dari Cleveland Clinic, penyakit ini yang dialami sekitar 5% dari populasi dunia. Kista hepar dapat terjadi pada siapa saja, terlepas dari usia dan jenis kelamin.

Namun, penyakit kista tidak menular ini paling banyak ditemukan pada wanita dan risikonya akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia. 

Tanda dan gejala kista hati

Ilustrasi gejala hati yang terkena kista gambar kista pada hati
Ilustrasi kista pada organ hati.

Kebanyakan kasus kista hepar tidak menunjukkan gejala. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan ada beberapa gejala yang cukup mengganggu saat kista membesar, yakni: 

  • perut bagian atas terasa kembung, nyeri, atau tidak nyaman, 
  • mual atau muntah, dan
  • maag. 

Pada kasus yang jarang, pasien juga mengeluhkan nyeri bahu yang tiba-tiba datang dan terasa parah. Para ahli menganggap hal ini disebabkan oleh perdarahan yang terjadi ke dalam kista. 

Kapan harus ke dokter? 

Umumnya, kista hepar berukuran kecil dengan jumlah yang sedikit tidak membutuhkan perawatan medis karena tidak menyebabkan gejala apa pun.

Namun, ketika Anda merasakan tanda dan gejala yang sudah disebutkan, sebaiknya periksakan diri ke dokter. 

Perlu diingat bahwa tubuh setiap orang bereaksi dengan cara yang berbeda. Alangkah baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab dan penanganannya. 

Apakah kista di hati bisa disembuhkan?

Sampai saat ini tidak ada obat-obatan yang dapat mengobati kista hati. Pengobatan dan prosedur medis digunakan untuk mengurangi gejala dan menurunkan tingkat keparahan. Kebanyakan kista hati juga tidak memerlukan pengobatan jika tidak menyebabkan gejala atau masalah kesehatan lainnya.

Penyebab kista hati

Hingga saat ini belum diketahui apa penyebab pasti dari kista hepar. Namun, kista biasanya muncul ketika area kecil dari sel-sel hati mati atau rusak.

Kerusakan pada sel hati umumnya disebabkan oleh beberapa hal, seperti: 

  • pertumbuhan kista selama bertahun-tahun, 
  • pola makan dan gaya hidup tidak sehat, dan
  • perlemakan hati (fatty liver). 

Sementara itu, kista dapat berisi cairan atau lendir, tetapi tidak menandakan Anda tengah mengalami penyakit liver.

Pasalnya, hati memiliki banyak area lain yang dilengkapi dengan sel-sel sehat, sehingga tetap berfungsi dengan normal. 

Pada beberapa kasus, kista hepar dapat muncul akibat beberapa hal, yakni: 

  • kista diturunkan dari keluarga, 
  • bawaan lahir, dan 
  • parasit Echinococcus yang ditemukan pada domba. 

Faktor risiko kista hati

Berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kista hati. 

1. Jenis kelamin

Kista hepar lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, tetapi selisihnya tidak jauh berbeda. Angka perbandingan wanita dan pria adalah 1,5 : 1.

Seiring bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya pada wanita semakin meningkat dibandingkan pria. 

2. Kondisi kesehatan tertentu

Fibrosis dan sirosis yang disebabkan oleh penyakit hati, seperti hepatitis, bukanlah faktor risiko untuk kista sederhana atau penyakit polikistik. 

Fibrosis hati kongenital biasanya berkaitan dengan kista dan menyerupai sirosis dari penyakit virus. Meski begitu, umumnya sirosis hati tidak meningkatkan risiko pertumbuhan kista. 

Diagnosis kista hati

Kista hepar paling sering didiagnosis menggunakan tes pencitraan, seperti: 

  • CT scan, 
  • USG, atau
  • MRI. 

Bahkan, kebanyakan kasus melaporkan bahwa kista hepar sering kali dideteksi secara kebetulan. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik pada perut untuk merasakan adanya benjolan kista. 

Bila kista disebabkan oleh bakteri, jenis kista ini akan diperiksa melalui tes darah. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi Echinococcus, bakteri penyebab kista, dalam darah.

Pengobatan kista hati

Umumnya, kebanyakan kista hati tidak perlu diobati. Namun, ukuran kista yang besar dengan jumlah yang banyak biasanya menimbulkan rasa sakit, sehingga memerlukan penanganan medis. 

Ada beberapa jenis pengobatan untuk mengatasi kista hepar, antara lain sebagai berikut.

1. Operasi

Kista yang menyebabkan gejala, alias simptomatik, akan menjadi membesar atau ganas, sehingga harus diangkat lewat prosedur bedah.

Pengangkatan sebagian hingga seluruh dinding kista pada hati adalah cara mengatasi kista yang terbaik, terutama untuk kasus kistadenoma dan kistadenokarsinoma.

Proses pengangkatan kista dilakukan dengan laparoskopi, yaitu prosedur bedah tanpa membutuhkan sayatan yang besar atau banyak. 

Prosedur bedah ini memanfaatkan alat bedah khusus yang dipasangkan melalui selang yang dimasukkan ke dalam perut. 

2. Terapi obat

Bila kista disebabkan oleh parasit Echinococcosis, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk melawan infeksi.

Obat antibiotik ini juga akan dikombinasikan dengan bedah dan kemoterapi yang berlangsung selama dua tahun untuk meringankan gejala.

Selalu diskusikan dengan dokter terkait pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda. 

Untuk pengobatan kista pada penyakit hati polikistik (PLD) yang parah, prosedur operasi juga diperlukan. Meski begitu, kista dapat muncul kembali setelah operasi

3. Pengobatan untuk penyakit hati polikistik (PLD)

Penyakit hati polikistik (PLD) adalah munculnya beberapa kista pada hati. Kista polikistik ini biasanya dapat menimbulkan rasa sakit tanpa memengaruhi fungsi hati. 

Pasien penyakit polikistik hati terlahir dengan penyakit ini. Namun, kista normalnya tidak akan tumbuh sampai mereka dewasa.

Kista yang terjadi akibat PLD bersifat genetik, yaitu penyakit yang terjadi secara turun-temurun dari anggota keluarga kandung. 

Kebanyakan penderita PLD juga mengalami penyakit ginjal polikistik (PKD). Keduanya dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan gagal ginjal.

Itu sebabnya, pasien kista hati polikistik terkadang membutuhkan transplantasi hati dan ginjal. 

Perawatan rumahan kista hati

salad sayuran

Bila dokter mendeteksi satu atau beberapa kista pada hati Anda (kista sederhana), tidak perlu khawatir.

Anda bisa mengurangi risiko kista berkembang biak dan membesar dengan melakukan pola makan yang sehat.

Pola makan memang menjadi salah satu faktor yang memicu kerusakan sel-sel pada hati. Dengan mengubah pola makan menjadi lebih sehat, Anda mungkin dapat menghindari risiko kista berkembang biak. 

Pola makan sehat untuk mengurangi risiko pertumbuhan kista adalah sebagai berikut.

  • Batasi produk susu karena dapat meningkatkan pertumbuhan kista dan lendir.
  • Kurangi hingga hentikan konsumsi alkohol untuk menjaga kesehatan liver.
  • Hindari konsumsi makanan dengan gula dan garam yang tinggi.
  • Minum suplemen selenium untuk memproduksi glutathione antioksidan.
  • Konsumsi jus sayur mentah, seperti kale, lobak, dan wortel. 

Selama menjalani pola makan sehat, Anda juga disarankan meminimalkan paparan zat yang dapat merusak fungsi hati, seperti obat-obatan dan bahan kimia lingkungan. 

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 15/02/2024

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan