Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan refluks asam lambung berulang dalam jangka panjang. Refluks asam lambung merupakan kondisi ketika asam lambung mengalir naik kembali menuju kerongkongan.
Asam lambung yang naik dapat mengikis dan menyebabkan iritasi pada bagian dalam kerongkongan. Akibatnya, timbullah sensasi nyeri ulu hati yang terasa panas seperti terbakar juga pada tenggorokan (heartburn), serta rasa asam pada mulut.
Setiap orang dapat memproduksi asam lambung dalam jumlah yang bervariasi. Akan tetapi, laju produksinya cenderung meningkat setelah makan karena asam diperlukan untuk proses pencernaan. Asam lambung lalu akan menurun lagi dengan segera.
Meski begitu, kenaikan asam lambung juga dapat menjadi pertanda adanya gangguan pada pencernaan jika terjadi sering atau berulang-ulang. Inilah yang dimaksud dengan penyakit refluks gastroesofagus alias GERD.
Refluks kenaikan asam lambung dapat digolongkan sebagai GERD ringan jika terjadi sekitar 2 – 3 kali dalam seminggu. Kondisi sudah termasuk berat jika asam lambung naik hingga minimal seminggu sekali.
Penyakit GERD termasuk masalah pencernaan yang cukup umum dan bisa dialami siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun, risiko untuk mengalami penyakit GERD cenderung lebih tinggi pada orang-orang yang:
Anda dapat menurunkan risiko terserang penyakit asam lambung dengan menghindari dan mengendalikan faktor risiko yang Anda miliki. Konsultasikan kepada dokter untuk mencari tahu informasi lebih lanjut.
Tanda utama dari penyakit GERD yaitu saat asam lambung yang seharusnya tetap berada di dasar lambung dan justru naik kembali ke atas. Ini terjadi akibat terbukanya otot-otot pembatas antara lambung dan kerongkongan.
Kebocoran asam menimbulkan sensasi terbakar pada ulu hati dan dada (heartburn) yang bisa menjalar ke perut dan punggung. Hal ini biasanya bisa semakin memburuk ketika Anda selesai makan, sedang berbaring, atau membungkuk.
Secara garis besar, gejala gastroesophageal reflux disease (GERD) yakni sebagai berikut.
Kemungkinan masih ada tanda-tanda dan gejala penyakit GERD lainnya yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda khawatir akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah segera kepada dokter Anda.
Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami gejala seperti sesak napas dan nyeri pada dada. Apalagi jika gejala penyakit ini sering muncul atau bahkan semakin bertambah buruk setiap hari.
Kondisi tubuh setiap orang sangat berbeda. Inilah yang membuat gejala yang dialami setiap orang tidak sama. Selalu konsultasikan gejala yang Anda alami kepada dokter untuk mendapatkan penanganan terbaik terkait kondisi kesehatan Anda.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kenaikan asam dari lambung sebenarnya umum terjadi. Kondisi ini paling sering dipicu oleh kebiasaan makan dalam porsi yang banyak, langsung berbaring setelah makan, atau konsumsi jenis makanan tertentu.
Bedanya, kenaikan asam lambung yang tergolong sebagai penyakit GERD memiliki penyebab tersendiri. Penyebab GERD yang utama yakni melemahnya sfingter kardia, yaitu otot-otot berbentuk cincin yang membatasi lambung dan kerongkongan.
Sfingter kardia seharusnya selalu dalam posisi tertutup untuk mencegah naiknya asam lambung dan makanan yang sedang dicerna kembali menuju kerongkongan. Katup ini baru akan terbuka ketika makanan di mulut akan masuk ke dalam perut.
Pada penderita GERD, yang terjadi justru sebaliknya. Otot-otot sfingter kardia menjadi lemah sehingga sfingter dapat membuka meski tidak ada makanan yang bergerak dari kerongkongan. Akibatnya, asam lambung bisa naik sewaktu-waktu.
Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, asam lambung dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada dinding kerongkongan (esofagitis). Ini karena asam lambung termasuk jenis asam kuat yang bersifat mengikis.
Penyakit GERD dapat menyerang siapa dan biasanya lebih banyak ditemukan pada orang dewasa. Namun, ada beberapa faktor yang membuat seseorang menjadi rentan dengan penyakit ini.
Di bawah ini berbagai faktor risiko yang meningkatkan risiko Anda untuk terkena penyakit GERD.
Selain itu, di bawah ini beberapa faktor lainnya yang bisa turut memperburuk gejala GERD.
Gejala GERD yang ringan umumnya dapat diatasi dengan obat-obatan tanpa resep. Namun, jika gejala bertambah buruk dan terulang kembali, dokter kemungkinan akan menyarankan sejumlah tes untuk mendiagnosis penyebabnya.
Berbagai pemeriksaan untuk mendeteksi adanya penyakit GERD yakni di bawah ini.
Endoskopi dilakukan dengan cara memasukkan sebuah tabung lentur yang dilengkapi kamera kecil ke dalam kerongkongan.
Selama endoskopi, dokter juga bisa melakukan prosedur lain, misalnya mengambil sampel jaringan (biopsi) guna mendeteksi barrett esophagus.
Prosedur esophageal manometry ini dilakukan dengan memasukkan tabung lentur ke dalam kerongkongan.
Hasil tes akan menunjukkan seberapa baik fungsi kerongkongan, termasuk apakah otot-ototnya mampu menggerakkan makanan dengan lancar menuju lambung.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memasukkan monitor ke dalam kerongkongan guna mengetahui kapan asam lambung naik kembali melewati kerongkongan.
Nilai pH (keasaman) akan menunjukkan seberapa asam kondisi kerongkongan Anda.
Tes pencitraan dengan X-ray atau rontgen atas sistem pencernaan dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan kerongkongan, lambung, dan usus bagian atas.
Tes ini juga kerap melibatkan penggunaan cairan barium untuk memperjelas struktur saluran pencernaan.
Langkah pertama yang biasanya dilakukan untuk mengobati penyakit GERD yakni konsumsi obat.
Jika pemakaian obat tidak memberikan hasil, dokter biasanya akan menyarankan prosedur tertentu untuk mengatasi masalah langsung pada lambung.
Sebagian besar obat GERD bekerja dengan mengurangi jumlah asam yang dihasilkan oleh lambung. Selain itu, di bawah ini beberapa jenis pilihan obat-obatan yang dijual bebas (OTC) lainnya untuk mengobati GERD.
Obat ini berguna untuk menetralisasi asam yang ada dalam lambung dengan bantuan bahan kimia alkali. Sifat basa dari obat antasida akan meningkatkan pH lambung dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada lambung akibat paparan asam.
Namun, konsumsi obat antasida saja tidak cukup untuk memulihkan kerongkongan yang meradang akibat asam lambung. Anda juga tidak boleh mengonsumsinya terlalu sering karena bisa menimbulkan efek samping berupa diare, sembelit, serta gangguan ginjal.
Obat-obatan yang termasuk dalam kategori ini yakni H-2 receptor blocker. Obat ini dapat mengurangi jumlah asam lambung dengan menghambat kerja sel-sel penghasil asam lambung.
Contoh obat yang termasuk golongan H-2 receptor blocker:
Perlu diketahui bahwa kerja H-2 receptor blocker tidak secepat obat antasida.
Meski begitu, H-2 receptor blocker termasuk obat GERD yang cukup efektif karena membantu mengurangi produksi asam lambung dalam waktu yang cukup lama, yakni hingga 12 jam.
Penghambat pompa proton (PPI) termasuk ke dalam golongan obat yang berfungsi sebagai penghambat produksi asam.
Tak hanya itu, PPI juga membantu memulihkan kondisi kerongkongan yang mengalami iritasi akibat paparan asam terus-menerus..
Obat PPI untuk mengatasi GERD merupakan obat penghambat produksi asam yang lebih kuat ketimbang H-2 receptor blocker. Contoh obat PPI yang dijual bebas antara lain lansoprazole dan omeprazole.
Obat-obatan tanpa resep terkadang hanya meredakan gejala, tetapi tidak mencegah kambuhnya GERD.
Pada kasus seperti ini, Anda mungkin membutuhkan obat dengan resep yang efeknya lebih kuat. Berikut beberapa contohnya.
Jenis obat-obatan ini meliputi famotidine, nizatidine, dan ranitidine yang hanya bisa diperoleh melalui resep dokter. Obat-obatan ini umumnya boleh digunakan selama jangka waktu tertentu dengan pemantauan dokter.
Kendati ampuh, obat H-2 receptor blocker dengan resep tidak boleh menjadi andalan untuk pengobatan jangka panjang. Pasalnya, penggunaan obat dalam jangka panjang berisiko mengakibatkan kekurangan vitamin B12 dan patah tulang.
Jenis obat-obatan ini termasuk esomeprazole, lansoprazole, omeprazole, rabeprazole, pantoprazole, dan dexlansoprazole. Seperti halnya H-2 receptor blocker, obat-obatan PPI dengan resep ini bisa diterima dengan baik oleh tubuh.
Hanya saja, tetap ada risiko munculnya efek samping berupa diare, sakit kepala, mual, kekurangan vitamin B12, hingga kemungkinan patah tulang pinggul. Oleh sebab itu, Anda harus mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
Baclofen yaitu obat yang dapat membantu meredakan gejala GERD dengan cara mengurangi frekuensi terbukanya katup kerongkongan bagian bawah. Obat ini bisa menimbulkan efek samping berupa kelelahan dan rasa mual.
Penting untuk diingat bahwa obat resep maupun yang dijual bebas untuk mengatasi GERD dapat menimbulkan satu atau beberapa efek samping. Konsultasikan kepada dokter bila Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran seputar penggunaan obat.
Operasi merupakan cara lain yang bisa ditempuh jika gejala GERD tidak kunjung membaik walaupun Anda sudah meminum obat-obatan. Di bawah ini jenis operasi yang biasanya dilakukan untuk mengobati GERD.
Fundoplication dilakukan dengan mengikat bagian atas lambung atau bagian bawah sfingter kardia. Tujuannya untuk mengencangkan otot pada katup kerongkongan agar bisa kembali mencegah naiknya asam lambung.
Tindakan ini menggunakan alat yang disebut laparoskop. Alat ini dilengkapi kamera kecil pada ujungnya yang membantu dokter melihat kondisi organ pencernaan Anda dari dalam
Saat menjalani operasi GERD, pasien akan dibius untuk mengurangi rasa sakit.
Pemulihan setelah tindakan operasi ini umumnya cukup cepat, yaitu sekitar 1 – 3 hari hingga pasien diizinkan pulang. Namun, pasien baru boleh beraktivitas normal setelah 2 – 3 minggu pascaoperasi atau jika dokter telah mengizinkan.
Selain berfungsi sebagai pemeriksaan penunjang, endoskopi juga membantu dokter mengobati GERD. Dokter akan memasukkan alat khusus bersama endoskop.
Alat ini dapat membuat luka bakar kecil yang akan membantu memperkuat otot-otot sfingter.
Prosedur ini melibatkan pemasangan cincin yang dililitkan pada perbatasan organ lambung dan kerongkongan.
Selanjutnya, akan muncul daya tarik magnetis yang cukup kuat pada cincin tersebut untuk memperkuat kerja katup kerongkongan agar tetap tertutup.
Selain dengan mengonsumsi obat-obatan, biasanya dokter menganjurkan pasien untuk melakukan perubahan gaya hidup.
Di bawah ini beberapa gaya hidup serta pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi penyakit GERD.
Dikutip dari American College of Gastroenterology, beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa perubahan gaya hidup yang dilakukan dengan konsisten mampu mencegah asam lambung naik.
Di bawah ini berbagai tips yang dapat Anda lakukan untuk mencegah penyakit GERD.
GERD (gastroesophageal reflux disease) merupakan gangguan pencernaan yang ditandai dengan naiknya asam lambung ke kerongkongan.
Penyakit ini dapat ditangani dengan obat-obatan, tapi beberapa kasus GERD mungkin cukup parah sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut.
Jika Anda masih kerap mengalami gejala GERD walaupun sudah mencoba melakukan upaya pengobatan mandiri, sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar