Anak yang kesulitan mengatur pergerakan otot dan saraf bisa dicurigai mengalami cerebral palsy. Kondisi ini bahkan paling sering menjadi penyebab cacat motorik pada anak-anak jika tidak mendapat penanganan yang tepat. Maka dari itu, ketahui gejala dan cara tepat menangani cerebral palsy di bawah ini.
Apa itu cerebral palsy?
Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah nama sekelompok kondisi yang memengaruhi otot dan saraf. Penyakit ini bisa dimulai dari tahap awal kehidupan yaitu sejak lahir.
Ada tiga jenis cerebral palsy (CP), yaitu spastic (paling umum), dyskinetik, dan ataksik.
Kondisi ini terjadi seumur hidup meski tidak akan memburuk. Kebanyakan pengidap serebral palsi dapat memiliki aktivitas sehari-hari yang normal.
Beberapa orang hanya mengalami gejala ringan dan dapat hidup cukup normal, sedangkan yang lainnya mengalami gejala lebih parah.
Banyak juga penderita yang memiliki tingkat kecerdasan yang normal meskipun mengalami cacat fisik yang parah.
Cerebral palsy pada orang dewasa
Celebral palsy ini hanya bisa muncul pada anak-anak, terutama pada bayi dan balita.
Namun, kondisi ini akan terjadi seumur hidup, sehingga gejalanya juga bisa terlihat saat anak sudah tumbuh dewasa.
Melansir dari Cerebral Palsy Guide, kemajuan terbaru dalam dunia medis telah meningkatkan harapan hidup untuk orang dewasa yang memiliki CP.
Dengan begitu, cerebral palsy pada orang dewasa juga bisa mencapai tingkat yang sama dengan orang yang tidak menderita CP.
Hanya saja, kemajuan tersebut belum menjawab bagaimana cara terbaik mengatasi efek penuaan yang terjadi akibat CP.
Saat memasuki usia dewasa, cerebral palsy sering kali mengalami penuaan dini. Kondisi ini ditandai dengan munculnya tanda penuaan sebelum mencapai usia tua, yaitu mulai usia sekitar 20—40 tahun.
Hal ini dipicu oleh tekanan dan ketegangan yang harus dialami tubuh untuk bisa melakukan aktivitas sehar-hari.
Misalnya, untuk menaiki tangga, penderita CP mungkin harus menggunakan seluruh tenaga yang dimilikinya.
Bagaimana ciri-ciri anak cerebral palsy?
Cerebral palsy adalah kondisi yang bisa terjadi dengan tingkat ringan, sedang, atau parah. Pada dasarnya, serebral palsi terjadi ketika perkembangan motorik anak tidak berkembang dengan baik.
Berikut beberapa tanda cerebral palsy pada anak sesuai dengan usianya.
1. Bayi usia di bawah 6 bulan
Secara umum, berikut tanda atau gejala cerebral palsy yang muncul pada bayi di bawah 6 bulan.
- Tidak mengangkat kepala ketika Anda menarik tangannya.
- Tubuhnya terkulai lemas.
- Saat dipeluk, tubuhnya menjauhi Anda.
- Saat tubuhnya diangkat, kaki menjadi kaku dan bentuk kakinya bersilang.
2. Bayi di atas 6 bulan
Untuk bayi di atas 6 bulan, berikut gejala serebral palsi.
- Mengulurkan hanya dengan satu tangan sambil mengepal.
- Sulit mengunyah makanan.
3. Bayi usia di atas 10 bulan
Sementara itu, pada bayi usia 10 bulan, gejala CP yang mungkin terlihat yaitu berikut.
- Merangkak dengan posisi miring, mendorong pakai satu tangan dan kaki menyeret.
- Menggerakkan bokong dengan kondisi terduduk tanpa merangkak.
Berbagai hal yang telah disebutkan merupakan bagian dari perkembangan motorik bayi yang menjadi tanda si kecil mengalami cerebral palsy.
Jenis cerebral palsy
Pada dasarnya, gejala cerebral palsy termasuk pergerakan lengan dan kaki yang abnormal, bayi sulit makan, hingga bentuk otot yang buruk pada awal kehidupan.
Namun selain itu, perkembangan berjalan dan berbicara yang lambat, postur tubuh abnormal, kejang otot, tubuh kaku, koordinasi yang buruk, dan mata yang terlihat marah juga bisa menjadi ciri lainnya.
Dilansir dari Cerebral Palsy Guidance, terdapat 4 jenis cerebral palsy yang perlu Anda pahami untuk membedakan setiap gejalanya.
1. Spastic cerebral palsy
Sekitar 75% cerebral palsy adalah jenis spastic. Pada anak dengan serebral palsi spastic, ia biasanya memiliki otot yang menyempit dengan pergerakan yang kaku, terutama pada kaki, lengan, dan punggung.
Gerakan motorik yang tidak bisa dikendalikan juga menyebabkan kesulitan dalam beberapa hal berikut.
- Mengendalikan otot.
- Sulit bergerak dari posisi satu ke posisi lain.
- Otot kaku dan kejang.
- Gerakan yang dibuat tidak normal.
- Menghambat gerakan.
Spastic juga memiliki turunan lain yang dibagi sesuai dengan kondisi anak. Seperti quadriplegia spastik yang berdampak pada tubuh bagian atas dan bawah anak yang sangat membatasi gerakan dan mobilitas.
Ada juga diplegia spastic yang memengaruhi bagian bawah tubuh. Biasanya, anak yang mengalami kondisi ini masih bisa berjalan tapi memerlukan alat bantu berjalan.
Terakhir, ada hemiplegia spastic yang hanya mengenai satu sisi tubuh dan biasanya menyerang lengan daripada kaki. Anak yang mengalami ini sebagian besar bisa berjalan.
2. Dyskinetik cerebral palsy
Jenis ini adalah serebral palsi yang paling umum kedua. Gejalanya meliputi berikut ini.
- Dystonia, yakni anak melakukan gerakan berulang dan memutar.
- Athetosis, yaitu gerakan menggeliat.
- Chorea, yakni gerakan anak yang tidak terduga dan sulit dikendalikan.
- Sulit menelan dan bicara.
- Postur tubuh yang buruk.
3. Ataxic cerebral palsy
Cerebral palsy ataksik adalah kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh sehingga anak memiliki masalah keseimbangan dan koordinasi.
Anak tampak memiliki pergerakan yang lambat dan tidak terkendali serta bentuk otot yang buruk yang membuat mereka sulit duduk tegap dan berjalan.
4. Cerebral palsy campuran
Gejala campuran cerebral palsy adalah kombinasi dari dua atau tiga jenis serebral palsi yang sudah dijelaskan di atas. Namun, campuran yang paling umum terjadi yaitu campuran spastic dan dyskinetik.
Mengingat serebral palsi adalah kondisi yang melibatkan kinerja otak dan otot, terkadang anak dengan CP bisa memiliki kesulitan belajar, mendengar, atau melihat, atau keterbelakangan mental.
Kapan anak harus diperiksa ke dokter?
Apa yang menyebabkan cerebral palsy?
Cerebral palsy umumnya merupakan kondisi gangguan tumbuh kembang anak yang bisa terjadi pada bayi baru lahir dan anak kecil.
Cerebral berarti berhubungan dengan otak, sedangkan palsy berarti kelemahan atau kesulitan menggunakan otot.
Melansir dari Healthy Children, anak-anak dengan CP memiliki gangguan otak untuk mengontrol gerakan motorik.
Gangguan tersebut dapat terjadi akibat adanya kelainan perkembangan otak atau kerusakan pada otak yang sedang berkembang.
Kerusakan atau kelainan tersebut bisa terjadi sebelum kelahiran, selama persalinan, pada bulan pertama setelah kelahiran, atau sebelum anak berusia 1 tahun.
Akibat dari kerusakan otak yakni berdampak pada kemampuan anak dalam mengendalikan ototnya.
CP yang terjadi sebelum kelahiran atau selama persalinan bisa disebut sebagai CP bawaan lahir. Sebagian besar kasus CP, yaitu sekitar 85—90%, merupakan penyakit bawaan lahir.
Meski begitu, pada umumnya, penyebab pasti cerebral palsy sulit diketahui.
Hanya sebagian kecil kasus CP setelah kelahiran bayi, atau tepatnya dalam 28 hari setelah kelahiran, yang diketahui penyebabnya.
Adapun beberapa penyebab lain yang bisa menyebabkan anak mengalami cerebral palsy adalah sebagai berikut.
- Mutasi genetik yang menjadi faktor utama perkembangan yang tidak normal.
- Infeksi pada ibu hamil yang berpengaruh pada perkembangan janin.
- Janin mengalami stroke yang membuat pasokan darah ke otak mengalami gangguan.
- Infeksi pada bayi yang menyebabkan peradangan di dalam atau sekitar otak.
- Cedera kepala pada bayi karena kecelakaan atau jatuh ketika masih di dalam kandungan.
- Kurangnya pasokan oksigen ke otak yang berhubungan dengan persalinan.
Faktor risiko cerebral palsy
Selain yang sudah disebutkan di atas, ada sejumlah faktor yang dikaitkan dengan peningkatan risiko cerebral palsy dari aspek kesehatan ibu, janin, dan kandungan.
1. Kesehatan ibu hamil
Tanpa disadari, paparan zat kimia berbahaya bisa menjadi racun ketika sedang hamil dan secara signifikan meningkatkan risiko cerebral palsy pada bayi.
Infeksi yang perlu menjadi perhatian di antaranya sebagai berikut.
- Herpes saat hamil yang ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan.
- Infeksi parasit toksoplasmosis.
- Infeksi virus zika.
- Ibu mengalami cedera atau infeksi selama kehamilan.
- Gangguan kehamilan yang membuat janin tidak mendapatkan cukup oksigen di dalam kandungan.
Ibu yang mengalami infeksi zika bisa menyebabkan ukuran kepala anak lebih kecil dari normal (mikrosefali/mikrosefalus) dan bisa menyebabkan cerebral palsy.
Sementara untuk infeksi parasit toksoplasmosis umum ditemukan dalam makanan yang tidak matang, atau terpapar sesuatu yang terkontaminasi tanah, juga kotoran kucing.
2. Penyakit bayi baru lahir
Selain faktor kesehatan dan kondisi ibu, penyakit yang diderita bayi ketika baru lahir juga bisa meningkatkan risiko cerebral palsy adalah berikut ini.
- Bakteri meningitis.
- Pendarahan pada otak.
Kondisi perdarahan otak disebabkan karena bayi mengalami stroke di dalam rahim.
Sementara itu, infeksi bakteri meningitis menyebabkan peradangan pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
3. Faktor kelahiran
Risiko serebral palsi meningkat karena faktor kelahiran, beberapa di antaranya sebagai berikut.
- Kondisi bayi sungsang.
- Berat badan lahir rendah (BBLR).
- Bayi kembar.
- Bayi lahir prematur.
Jika bayi lahir prematur di usia kandungan kurang dari 28 minggu, risikonya untuk mengalai cerebral palsy lebih besar. Semakin awal lahir, semakin besar risikonya terkena serebral palsi.
Sementara itu, bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2,5 kiogram (kg) berisiko tinggi terkena CP. Bahkan, kemungkinan semakin besar ketika berat badan lahir ikut turun.