Ketidakseimbangan nutrisi, atau disebut juga malnutrisi, pada anak kerap menjadi masalah, terutama di negara-negara berkembang. Ada tiga bentuk malnutrisi yang terbagi berdasarkan kondisinya. Di wilayah tertentu, ketiga bentuk malnutrisi tersebut bisa terjadi secara bersamaan dan menyebabkan triple burden malnutrition.
Ketahui selengkapnya terkait triple burden malnutrition di bawah ini.
Apa itu triple burden malnutrition?
Triple burden malnutrition adalah istilah yang menggambarkan keberadaan tiga bentuk malnutrisi secara bersamaan dalam suatu populasi, yang terdiri dari kekurangan gizi (undernutrition), defisiensi mikronutrien, dan kelebihan gizi (overnutrition).
Ketiga bentuk malnutrisi ini dapat terjadi secara bersamaan dalam masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah, bahkan dalam satu keluarga atau masing-masing anak.
Di wilayah Asia Timur dan Pasifik, banyak negara mengalami beban ganda malnutrisi atau double burden of malnutrition (DBM), di mana kekurangan gizi dan kelebihan gizi terjadi pada waktu yang bersamaan.
Kondisi tersebut terjadi dengan jumlah kasus utama meliputi stunting, anemia, atau overweight.
Akan tetapi, melansir dari jurnal Maternal and Child Nutrition, enam negara di wilayah tersebut diketahui menghadapi ketiga masalah tersebut secara bersamaan, menunjukkan adanya triple burden malnutrition.
Di Indonesia sendiri, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin menyebutkan bahwa Indonesia juga mengalami triple burden malnutrition, berdasarkan laporan dari Bapanas (Badan Pangan Nasional).
Disebut oleh Arif, dulu Indonesia hanya mengalami double burden of malnutrition, di mana gizi lebih yang menyebabkan obesitas dan gizi kurang yang ditandai dengan wasting dan stunting, yang secara fisik terlihat tandanya.
“Tapi (sekarang) ada masalah ketiga yang di dunia dikenal sebagai hidden hunger atau kelaparan tersembunyi,” ujarnya dalam acara Editor Briefing “Cegah Kekurangan Zat Besi Pada Anak, Optimalkan Kepintaran Generasi Maju” di Jakarta Selatan, Senin (10/3).
Dalam acara diskusi zat besi ini, Arif mengatakan bahwa hidden hunger merupakan kondisi yang tidak tampak secara fisik.
Kondisi yang dimaksud, yaitu kekurangan mikronutrien, vitamin, dan beberapa zat mineral. Salah satunya yakni kekurangan zat besi yang bisa menyebabkan anemia pada anak.
Faktor-faktor seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan nutrisi ibu yang buruk merupakan pendorong utama malnutrisi anak.
Namun, kebijakan nasional sering kali masih berfokus pada kurang gizi saja, tanpa mempertimbangkan triple burden malnutrition.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Gejala triple burden malnutrition
Gejala yang terkait dengan masing-masing bentuk malnutrisi meliputi berikut ini.
1. Kekurangan gizi
Kekurangan gizi merupakan kondisi yang terjadi ketika asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Kondisi ini bisa ditandai dengan gejala berikut ini pada anak.
- Stunting (pertumbuhan terhambat): tinggi badan yang lebih rendah dari standar usia anak.
- Wasting (berat badan rendah untuk tinggi badan): berat badan yang kurang dibandingkan dengan tinggi badan anak.
- Underweight (berat badan kurang): berat badan yang lebih rendah dari standar usia anak.
2. Defisiensi mikronutrien
Ini terjadi saat kekurangan vitamin dan mineral penting, yang sering juga disebut sebagai “kelaparan tersembunyi”.
Kondisi ini dapat terjadi bahkan pada anak dengan berat badan normal atau berlebih, dengan gejala berikut ini.
- Anemia: kadar hemoglobin rendah dalam darah, yang dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan.
- Kekurangan atau defisiensi vitamin A: dapat menyebabkan masalah penglihatan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
- Defisiensi vitamin D: dapat mengakibatkan kelemahan otot dan masalah pada tulang.
- Defisiensi zinc (Zn): dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan fungsi imun yang menurun.
- Hidden hunger: mengonsumsi cukup kalori tetapi mengalami kekurangan vitamin dan mineral penting seperti zat besi, yodium, vitamin A, dan zinc.
3. Kelebihan gizi
Kelebihan gizi adalah konsumsi nutrisi berlebih yang mengarah pada overweight dan obesitas.
Berat badan yang melebihi standar untuk tinggi badan atau usia dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi.
Penyebab triple burden malnutrition
Penyebab utama dari triple burden malnutrition meliputi berikut ini.
- Kemiskinan dan ketidakamanan pangan. Keterbatasan ekonomi bisa menghambat akses seseorang dan keluarganya terhadap makanan bergizi, yang dapat menyebabkan kekurangan gizi dan defisiensi mikronutrien.
- Urbanisasi cepat dan permukiman kumuh. Pertumbuhan kota yang pesat sering kali menyebabkan munculnya permukiman kumuh dengan kondisi sanitasi yang buruk dan akses terbatas ke layanan kesehatan.
- Perubahan iklim. Perubahan iklim memengaruhi sistem pangan melalui kejadian seperti kekeringan atau hujan berlebihan, yang berdampak pada ketersediaan dan kualitas makanan.
- Pola makan tidak seimbang. Konsumsi makanan yang tinggi kalori tetapi rendah nutrisi penting dapat menyebabkan defisiensi mikronutrien dan kelebihan gizi.
- Kurangnya edukasi gizi. Pengetahuan yang terbatas tentang praktik pemberian makan yang tepat, terutama pada ibu, dapat menyebabkan malnutrisi pada anak-anak.
- Penyakit dan infeksi. Kondisi kesehatan seperti diare atau malaria dapat menyebabkan kehilangan nutrisi yang cepat melalui feses atau muntah, yang memicu defisiensi mikronutrien.
Secara keseluruhan, faktor-faktor ini menyebabkan rendahnya kepadatan nutrisi dalam makanan yang dikonsumsi.
Dampak triple burden malnutrition
Triple burden malnutrition bisa memiliki dampak signifikan pada kesehatan anak dan bahkan masyarakat luas.
Berikut adalah beberapa dampak utama yang terkait dengan kondisi ini.
1. Meningkatnya angka kematian anak
Kekurangan gizi berkontribusi pada sekitar 45% dari semua kematian anak di bawah usia lima tahun.
Pada tahun 2021, diperkirakan 148,1 juta anak mengalami stunting, 45 juta mengalami wasting, dan 37 juta mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
2. Gangguan perkembangan fisik dan kognitif
Malnutrisi pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif. Hal ini bisa berdampak negatif pada kemampuan belajar dan produktivitas di masa dewasa.
Kekurangan mikronutrien seperti vitamin A, zat besi, dan zinc juga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk kebutaan dan peningkatan risiko terhadap infeksi.
3. Peningkatan risiko penyakit tidak menular
Kelebihan gizi yang mengarah pada obesitas bisa meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
Gabungan antara kekurangan gizi dan kelebihan gizi dalam lingkup masyarakat yang sama bisa menyebabkan beban ganda yang mengganggu sistem kesehatan.
4. Beban ekonomi
Malnutrisi bisa berdampak pada produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan biaya perawatan kesehatan di masyarakat, yang pada gilirannya membebani ekonomi negara.
Seseorang yang mengalami malnutrisi cenderung memiliki kapasitas kerja yang lebih rendah dan lebih rentan terhadap penyakit, sehingga dapat mengurangi pendapatan dan meningkatkan kemiskinan.
5. Siklus antargenerasi
Wanita yang malnutrisi cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang rentan terhadap malnutrisi dan masalah kesehatan lainnya.
Hal ini menciptakan siklus malnutrisi yang berlanjut antargenerasi, sehingga menghambat perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat.
Pencegahan triple burden malnutrition
Untuk mencegah triple burden malnutrition di masyarakat, ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan. Berikut di antaranya.
- Meningkatkan akses ke air bersih dan sanitasi. Akses yang lebih baik ke air bersih dan fasilitas kebersihan (sanitasi) dapat mengurangi risiko infeksi yang memicu malnutrisi.
- Memberikan pendidikan gizi dan pemberdayaan wanita. Meningkatkan pengetahuan tentang gizi, terutama di kalangan ibu dan wanita usia reproduktif, dapat mendorong pola makan yang lebih baik dan meningkatkan status gizi keluarga.
- Melaksanakan program suplementasi dan fortifikasi. Pemberian suplemen mikronutrien dan fortifikasi (penambahan kandungan) makanan pokok dengan vitamin dan mineral penting dapat membantu mencegah defisiensi mikronutrien.
- Membuat kebijakan pertanian dan ketahanan pangan. Mendorong produksi dan ketersediaan makanan bergizi melalui kebijakan pertanian yang mendukung keberagaman tanaman dan ketahanan pangan.
Langkah-langkah ini perlu dilakukan secara konsisten dan memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, baik setiap orang, masyarakat, hingga pemerintah, untuk mencapai perbaikan signifikan dalam status gizi anak.
Kesimpulan
- Triple burden malnutrition adalah masalah gizi kompleks yang mencakup undernutrition, defisiensi mikronutrien, serta overnutrition.
- Ketiga bentuk malnutrisi ini sering terjadi secara bersamaan dalam suatu kelompok masyarakat, dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, lingkungan, dan pola makan yang tidak seimbang.
- Dampaknya mencakup peningkatan angka kematian anak, gangguan perkembangan kognitif, risiko penyakit tidak menular, serta beban ekonomi yang tinggi.
- Oleh karena itu, pencegahan triple burden malnutrition perlu dilakukan secara menyeluruh, termasuk perbaikan ketahanan pangan, edukasi gizi, fortifikasi makanan, serta kebijakan kesehatan yang berkelanjutan.