Agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan maksimal, peran ayah dalam pengasuhan dan mendidik anak sebaiknya dimulai sedini mungkin.
Dilansir dari jurnal PLos One, sebuah penelitian dilakukan dengan melibatkan kelompok anak-anak yang lahir pada tahun 2000 hingga 2001.
Tujuannya untuk meneliti peran ayah terkait perkembangan perilaku serta kognitif anak.
Waktu pengambilan data dibagi menjadi tiga waktu, yaitu ketika anak berusia 9 bulan hingga 3 tahun, 3 tahun hingga 5 tahun, dan saat anak beranjak 5 tahun hingga 7 tahun.
Para peneliti menggunakan beberapa tes untuk melihat perilaku serta kesehatan psikologis anak, yang kemudian dianalisis berdasarkan kelompok usia anak yang diteliti.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa anak yang dekat dengan ayahnya sejak usia 9 bulan cenderung lebih aktif dan kreatif ketika mereka berusia 5 tahun.
Kedekatan tersebut dapat melalui perilaku sederhana, misal menggendong, memeluk, dan mengajak main anak. Hal ini dibuktikan dengan nilai tes SDQ, yaitu tes yang mengukur kesehatan psikologis anak.
Selain itu, jika ayah ikut merawat, memberikan perhatian, serta membantu mengasuh anak sejak anak berusia 9 bulan, anak akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengontrol emosi yang dialami.
Penelitian lain menyatakan bahwa peran asuh ayah terhadap anak membentuk ikatan batin antara ayah dengan anak. Ini turut membentuk perilaku serta kondisi psikologis anak hingga ia dewasa.
Sementara itu, anak yang tidak merasakan peran ayahnya sejak dini, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil dan banyak masalah dalam pergaulan ketika remaja.
Sedangkan, anak yang baru mendapat perhatian dari ayahnya saat berusia 5 tahun cenderung memiliki masalah perilaku yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang telah mendapatkannya sejak usia 9 bulan.
Kemampuan sosial
Peran ayah dalam pengasuhan anak sejak dini juga terbukti dapat membantu anak memiliki kemampuan sosial, empati terhadap lingkungan, serta lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Sementara, anak yang tumbuh tanpa peran dan perhatian ayahnya berisiko memiliki masalah perilaku ketika ia berada di sekolah.
Misalnya, sulit fokus, merasa terkucil dan berbeda dengan anak yang lain, serta lebih sering tidak masuk sekolah.
Beberapa teori menyebutkan bahwa anak laki-laki yang tidak mendapatkan perhatian dari sang ayah rata-rata mengalami kesedihan, depresi, dan murung, hingga hiperaktif.
Sementara, anak perempuan yang sama sekali tidak diasuh oleh ayahnya akan cenderung memiliki sifat terlalu mandiri dan individualis.
Bahkan, sebuah penelitian menemukan fakta bahwa rasa kehilangan akan sosok ayah atau merasa kurang diperhatikan oleh ayah akan membuat anak lebih emosional.
Selain itu, anak juga berisiko memiliki gangguan perilaku ketika memasuki usia remaja.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar