backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Obesitas Morbid, Kenali Gejala hingga Cara Mengobatinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 22/12/2023

Obesitas Morbid, Kenali Gejala hingga Cara Mengobatinya

Obesitas morbid adalah kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak yang sangat banyak. Kondisi obesitas ini menyebabkan kesulitan berjalan dan bernapas. Ketahui informasi lebih lanjut mengenai kondisi obesitas ini di sini.

Gejala obesitas morbid

Tidak ada gejala khusus dari obesitas morbid. Namun, seseorang yang mengalami kondisi ini umumnya dapat ditandai dengan indeks massa tubuhnya yang berada di atas 40.

Perbedaan obesitas morbid dengan obesitas biasa juga terdapat pada angka indeks massa tubuh (IMT). Obesitas terjadi bila seseorang memiliki nilai IMT sebesar 25 ke atas. Sementara, orang dengan obesitas morbid memiliki angka IMT lebih dari 40. 

Obesitas morbid juga muncul bila nilai IMT lebih dari 35, biasanya diikuti dengan kondisi kesehatan seperti hipertensi atau diabetes.

Gejala obesitas morbid yang bisa dirasakan di antaranya:

  • keringat berlebih,
  • lelah,
  • nyeri punggung dan sendi,
  • mendengkur,
  • kesulitan bergerak,
  • tidak percaya diri, dan
  • merasa terasingkan.
  • Penyebab obesitas morbid

    bahaya langsung tidur setelah makan

    Obesitas terjadi ketika tubuh cenderung menyimpan energi lebih banyak daripada menggunakannya untuk aktivitas fisik.

    Cadangan energi berlebih pada tubuh akan berubah menjadi tumpukan lemak sehingga berat badan terus naik

    Umumnya, ada dua penyebab obesitas morbid.

  • Konsumsi makanan tinggi kalori dalam sehari, seperti makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak.
  • Kurang aktivitas fisik dan olahraga rutin sehingga tubuh tidak membakar kalori dengan optimal.
  • Faktor risiko obesitas morbid

    Meski demikian, ada beberapa faktor risiko penyebab obesitas morbid.

    1. Kelainan genetik

    Dikutip dari jurnal Current Genomics, obesitas morbid bisa terjadi akibat perubahan genetik.

    Perubahan genetik ini memicu rasa lapar terus-menerus. Efeknya, makan terus-menerus dengan jumlah yang banyak tak terhindarkan.

    Kelainan genetik ini juga membuat rasa kenyang berkurang. Akibatnya, asupan kalori harian pun bertambah dan lemak tubuh menumpuk.

    Selain itu, otak akan kesulitan mengatur waktu yang tepat untuk menambah atau mengurangi jumlah asupan.

    2. Lingkungan keluarga

    Salah satu kebiasaan yang bisa membuat seseorang berisiko mengalami obesitas morbid adalah pola makan di lingkungan keluarga.

    Bila keluarga Anda memiliki pola makan dengan porsi banyak, lebih sering, dan menyajikan makanan tinggi kalori, Anda lebih rentan mengalami obesitas morbid.

    Tidak hanya itu, keluarga yang lebih sering melakukan aktivitas minim gerak, seperti menonton TV berjam-jam atau asyik dengan gawai juga berisiko akan obesitas kelas 3 ini.

    3. Gangguan kesehatan

    Selain faktor genetik dan kebiasaan kurang sehat, ada beberapa penyakit yang bisa memicu obesitas morbid.

    • Hipotiroidisme. Kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan metabolisme tubuh melambat dan berat badan naik.
    • Sindrom Cushing. Kondisi ini menyebabkan kadar hormon kortisol yang tinggi, biasanya akibat efek samping obat steroid.
    • Gangguan suasana hati. Beberapa gangguan mood seperti stres, cemas, dan depresi dapat membuat orang makan lebih banyak untuk mengurangi gejolak emosional.
    • Sindrom polikistik ovarium. Hormon insulin dan testosteron yang terlalu banyak pada wanita memicu berat badan naik.

    4. Mengonsumsi obat-obatan tertentu

    Rupanya, beberapa obat-obatan menimbulkan efek samping berat badan naik. Hal ini akan meningkatkan risiko obesitas morbid.

    Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang bisa memicu obesitas. 

    • Obat diabetes: insulin, tiazolidindion, dan sulfonilurea.
    • Antipsikotik: haloperidol, klozapin, risperidon, olanzapin, quentiapin, dan litium.
    • Antidepresan: amitriptilin, imipramin, paroksetin, esitalopram, sitalopram, mirtazapin, dan sertralin.
    • Obat epilepsi: valproat, divalproex, karbamazepin, dan gabapentin.
    • Penurun tekanan darah: propranolol dan metoprolol.
    • Pil kontrasepsi.

    5. Pertambahan usia

    Sebenarnya, obesitas morbid bisa terjadi pada setiap rentang usia, termasuk anak-anak.

    Namun, saat usia bertambah, kondisi hormonal tubuh berubah. Selain itu, massa otot pun menurun seiring pertambahan usia.

    Penurunan massa otot erat kaitannya dengan berkurangnya kemampuan metabolisme tubuh.

    6. Kurang tidur

    Kurang tidur terbukti meningkatkan risiko obesitas morbid. Ada kecenderungan seseorang ngemil tinggi lemak dan karbohidrat lebih banyak saat begadang. Lantas, apa hubungannya?

    Rupanya, begadang bisa menurunkan aktivitas hormon pemicu rasa kenyang atau leptin di dalam tubuh. Tak hanya itu, hormon pemicu rasa lapar atau ghrelin pun meningkat saat kekurangan tidur.

    Akibatnya, Anda akan sulit merasa kenyang sehingga ingin terus menambah asupan makanan. Selain faktor risiko di atas, beberapa faktor risiko obesitas morbid lainnya adalah:

    • kehamilan,
    • berhenti merokok, dan
    • status sosial-ekonomi rendah.

    Diagnosis obesitas morbid

    Untuk mendiagnosis jenis obesitas ini, dokter perlu melakukan serangkaian tes berikut.

    • Menilik riwayat kesehatan. Dokter akan melihat berat badan sebelumnya, aktivitas fisik, kebiasaan makan, dan kondisi kesehatan.
    • Pengecekan kesehatan fisik. Mengukur tinggi, detak jantung, tekanan darah, dan memeriksa kondisi perut.
    • Menghitung IMT. Dokter akan memberitahu bila IMT Anda lebih dari 40.
    • Mengukur lingkar pinggang. Dokter mengecek kadar lemak pada perut.
    • Mengecek risiko masalah kesehatan. Cek kolesterol tinggi, gangguan liver, diabetes, dan hipotiroidisme.

    Perbedaan obesitas 1, 2, dan 3

    Obesitas dibagi menjadi tiga kelas, yakni kelas 1, 2, dan 3. Obesitas kelas 1 ditandai dengan IMT 30 atau kurang dari 35, sedangkan obesitas kelas 2 ditandai dengan IMT 35 atau kurang dari 40. Sementara itu, obesitas kelas 3 atau disebut juga obesitas morbid memiliki IMT 40 atau lebih.

    Pengobatan obesitas morbid

    Tentu, menjaga pola hidup sehat merupakan kunci penting mengatasi obesitas kelas 3 ini. Setelah Anda berkonsultasi, dokter akan memberikan berbagai perawatan, mulai dari obat-obatan hingga tindakan.

    1. Pemberian obat-obatan

    Perlu Anda ingat, konsumsi obat untuk atas anjuran dokter. Inilah macam-macam obat pelangsing:

    • bupropion-naltrexone,
    • liraglutide,
    • orlistat, dan
    • phentermine-topiramate.

    Obat penurun berat badan mungkin saja tidak manjur untuk setiap orang. Terlebih, efeknya akan berkurang dari waktu ke waktu.

    Jika Anda berhenti mengonsumsinya tanpa pengawasan dokter, ada kemungkinan berat badan naik kembali.

    2. Tindakan endoskopi

    Ada dua jenis prosedur endoskopi yang mampu mengatasi obesitas morbid.

    • Endoscopic sleeve gastroplasty: prosedur ini dilakukan dengan menjahit lambung agar menampung makanan dan lebih sedikit.
    • Intragastric balloon: pemasangan balon kecil berisi cairan ke dalam lambung agar ruang di lambung berkurang sehingga makan lebih sedikit.

    3. Operasi penurunan berat badan

    Prosedur dengan nama lain operasi bariatrik ini membantu membatasi jumlah makanan dan mengurangi penyerapan kalori.

    Sayangnya, hal ini mampu mengurangi penyerapan zat gizi penting.

    Inilah prosedur operasi untuk mengurangi berat badan.

    • Adjustable gastric banding: dokter akan mengikat lambung bagian atas dengan pita khusus agar makanan yang masuk lebih sedikit sehingga lebih cepat kenyang.
    • Gastric bypass surgery: prosedur gastric bypass adalah pemasangan kantong kecil di atas lambung menghubungkannya dengan usus kecil. Makanan pun segera menuju usus halus dan Anda bisa makan lebih sedikit.
    • Gastric sleeve: prosedur pengangkatan sebagian ruang lambung agar menampung makanan lebih sedikit.

    Komplikasi obesitas morbid

    Bila tidak kunjung mengatasinya, Anda bisa mengalami kondisi kesehatan, seperti:

  • penyakit jantung dan stroke,
  • diabetes melitus tipe 2,
  • asam lambung naik,
  • batu empedu,
  • henti napas saat tidur atau sleep apnea,
  • osteoartritis, dan
  • gejala COVID-19 berat.
  • Pencegahan obesitas morbid

    perkembangan janin 1 minggu kehamilan

    Cara mencegah obesitas kelas 3 terbaik adalah dengan menjalani gaya hidup sehat. Apa saja yang bisa Anda mulai?

    1. Pola makan sehat

    Ada beberapa cara untuk memulai pola makan sehat yang bisa Anda coba untuk mengurangi risiko obesitas kelas 3.

    • Pangkas asupan kalori harian. Konsultasikan dokter gizi atau ahli gizi Anda untuk menentukan kalori harian.
    • Pilih makanan kaya serat seperti sayur dan buah agar lebih cepat kenyang.
    • Pilih makanan yang lebih sehat, seperti biji-bijian utuh, daging tanpa lemak, dan sumber lemak sehat seperti minyak zaitun dan alpukat.
    • Kurangi jenis makanan tertentu, seperti makan gorengan, tinggi gula, asin, dan tinggi karbohidrat.
    • Ganti minuman manis dengan air putih.

    2. Lakukan kegiatan fisik

    Aktivitas fisik maupun olahraga membantu membakar kalori pada tubuh dan tidak menumpuk menjadi lemak.

    Anda bisa memulai dengan berjalan kaki sepuluh ribu langkah setiap harinya. Pastikan Anda juga mulai olahraga intensitas sedang setidaknya tiga puluh menit dalam sehari.

    3. Kelola stres

    Stres maupun suasana hati yang negatif menyebabkan Anda susah tidur hingga mengonsumsi makanan berlebihan.

    Anda bisa mengatasi stres dengan cara bergabung dengan kelompok dukungan (support group) atau melakukan hobi setiap hari. 

    Bila tidak kunjung membaik, segera temui psikolog dan/atau psikiater untuk menangani masalah emosional.

    Pola hidup sehat adalah kunci utama untuk mencegah obesitas morbid. Selain menjaga fisik dan pola makan, mengelola kondisi mental mampu mendukung upaya pencegahan kenaikan berat badan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 22/12/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan