backup og meta

Mengenal Lemak Subkutan, Lemak yang Paling Umum Terbentuk

Mengenal Lemak Subkutan, Lemak yang Paling Umum Terbentuk

Lemak tersebar di berbagai bagian tubuh, ada yang di dalam perut, ada pula yang langsung di bawah kulit. Lemak yang paling banyak ditemukan pada tubuh adalah lemak subkutan.

Apa itu lemak subkutan?

Lemak subkutan adalah lemak yang berada tepat di bawah lapisan kulit.

Sebanyak 90% lemak tubuh merupakan lemak ini. Artinya, sebagian besar lemak tubuh berasal dari lemak yang satu ini.

Lemak subkutan dengan kadar yang normal berperan penting untuk berbagai hal berikut.

  • Menjaga tubuh agar tetap hangat.
  • Melapisi jaringan tubuh dari cedera.
  • Memasok energi untuk beraktivitas.
  • Membantu aktivitas hormon.
  • Sebagai jalur untuk saraf dan pembuluh darah antara otot dan kulit.

Ini berbeda dengan lemak viseral atau lemak perut.

Lemak subkutan bisa Anda cubit, sedangkan lemak viseral terletak di bagian perut yang lebih dalam, tepatnya menyelimuti organ dalam.

Pembentukan lemak subkutan

Ada beberapa hal yang memicu pembentukan lemak subkutan. Apa saja?

1. Kurang aktivitas fisik

Gaya hidup sedenter atau kurang aktivitas fisik bisa menimbulkan lemak menumpuk. Bagaimana bisa? 

Saat Anda mengonsumsi asupan harian, kalori yang didapat tidak segera digunakan untuk bergerak. 

Jadi, kalori tersebut disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak. Jadi, lemak subkutan pun bisa terbentuk.

2. Makan terlalu banyak

Ini ada kaitannya dengan pembahasan sebelumnya.

Bila Anda terlalu banyak makan, asupan kalori pun menjadi lebih besar daripada yang digunakan untuk bergerak. 

Lagi-lagi, hal ini membuat energi berlebih akan disimpan menjadi lemak subkutan. 

Beberapa jenis makanan tinggi kalori yang mempercepat pembentukan lemak pada tubuh, di antaranya makanan manis dan tinggi tepung putih.

3. Genetik

Ada beberapa masalah genetik yang bisa menyebabkan pembentukan lemak subkutan, seperti sindrom Bardet-Biedl dan sindrom Prader-Willi

Gen pun berperan penting dalam persebaran lemak. Meski begitu, hingga saat ini belum diketahui bagaimana proses gen memengaruhi pembentukan lemak ini.

4. Kekurangan massa otot

Ketika massa otot bertambah, metabolisme tubuh pun meningkat. Pasalnya, otot membakar kalori, bahkan saat tubuh sedang beristirahat. 

Massa otot yang berkurang berarti mengurangi pembakaran kalori. Oleh karena itu, lemak subkutan bisa terbentuk dan menumpuk.

5. Diabetes dan resistensi insulin

Resistensi insulin biasa terjadi pada orang dengan diabetes. Diketahui, resistensi insulin bisa membuat tubuh memproduksi lemak ini dengan lebih banyak. 

Hal ini dikarenakan tubuh tidak bisa merespon insulin dengan baik. Akibatnya, tubuh akan mengubah gula di dalam darah menjadi lemak.

6. Kondisi hormonal

Saat Anda stres, tubuh memproduksi hormon kortisol lebih banyak. Hormon ini ternyata meningkatkan kadar lemak di bawah kulit. 

Sementara itu, jika hormon grelin meningkat, Anda akan lebih mudah lapar. Jadi, Anda cenderung makan lebih banyak dan akan menumpuk lemak.

Bahaya lemak subkutan

mengetahui kadar lemak subkutan

Perlu diketahui, batas normal jumlah lemak pada tubuh diukur dengan indeks massa tubuh (IMT).

Menurut WHO, indeks massa tubuh tergolong normal bila sebesar 18,5 – 22,9. Ini menandakan bila berat badan ideal.

Anda mengalami kegemukan berkisar di antara IMT 23,0 – 27,5 dan obesitas jika IMT >27.5.

Jika lemak subkutan berlebih, ini risiko yang bisa Anda alami.

  • Penyakit kardiovaskular.
  • Penyakit liver.
  • Diabetes tipe 2.
  • Apnea tidur.
  • Radang sendi.
  • Penyakit kantong empedu.

Kebanyakan lemak subkutan juga meningkatkan beberapa jenis kanker, seperti:

  • serviks,
  • rahim,
  • endometrium,
  • ovarium,
  • payudara,
  • kolorektal,
  • kerongkongan,
  • liver,
  • pankreas,
  • ginjal, dan
  • prostat.

Cara menghilangkan penumpukan lemak subkutan

pola makan untuk kurangi lemak subkutan

Ada beberapa cara untuk menghilangkan penumpukan lemak yang satu ini.

Cara penurunan berat badan ini bisa dimulai dari membenahi pola hidup sehat

Bila tidak kunjung membuahkan hasil, dokter mungkin akan mempertimbangkan pengobatan dan tindakan-tindakan tertentu.

Berikut beberapa cara menghilangkan lemak subkutan.

1. Berolahraga

Olahraga merupakan salah satu cara untuk mencegah dan mengurangi kalori yang menumpuk.

Tubuh akan menggunakan kalori sebagai energi untuk berolahraga. 

Jadi, bila kalori yang dipakai lebih besar daripada yang didapatkan melalui makanan, lemak subkutan pun tidak akan menumpuk.

Agar olahraga maksimal, pastikan Anda melakukannya selama minimal 30 menit sehari.

Anda bisa memilih olahraga kardio dan latihan kekuatan otot agar membakar lemak dengan baik sekaligus menambah massa otot.

2. Menjaga asupan kalori

Bisa dipahami bila asupan kalori lebih besar daripada digunakan untuk aktivitas fisik bisa menyebabkan penumpukan lemak yang satu ini. 

Untuk itu, Anda perlu menjaga asupan kalori.

Anda bisa mengonsumsi setengah piring berisi buah dan sayur dalam seporsi makanan.

Keduanya kaya serat yang membantu Anda kenyang lebih lama, tetapi rendah kaloriBuah dan sayur pun kaya gizi yang baik untuk kesehatan tubuh. 

Selain itu, Anda bisa menjalani diet rendah karbohidrat serta mengganti camilan kemasan dengan kacang-kacangan. 

Kurangi pula makanan gorengan, tinggi lemak, tinggi garam, dan tinggi gula.

[embed-health-tool-bmr]

3. Mengonsumsi obat-obatan

Bila Anda mengalami obesitas dan berat badan tak kunjung turun, dokter mungkin akan meresepkan obat pemecah lemak, seperti orlistat dan liraglutide.

Obat orlistat bekerja dengan cara mencegah lemak subkutan dari makanan diserap ke usus halus. Lemak ini akan dibuang dari tubuh melalui usus.

Orlistat tersedia dalam bentuk kapsul. Sementara itu, liraglutide tersedia dalam bentuk suntik atau injeksi.

Obat ini bekerja dengan cara merangsang produksi insulin, memperlambat pengosongan lambung, serta meningkatkan rasa kenyang setelah makan. 

Jadi, Anda pun mengonsumsi makanan secukupnya.

Penting Anda ketahui

Orlistat dan liraglutide tergolong obat keras. Obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Konsultasi ke dokter sebelum mendapatkan obat ini.

4. Endoskopi

Ada dua prosedur pada tahapan endoskopi, yaitu endoscopic sleeve gastroplasty dan intragastric balloon

Endoscopic sleeve gastroplasty dilakukan dengan menjahit lambung, sedangkan intragastric balloon dilakukan dengan meletakkan balon kecil berisi air untuk mengurangi ruang di lambung.

Keduanya sama-sama mengurangi volume lambung sehingga Anda lebih mudah kenyang meskipun asupan berkurang.

Jadi, asupan kalori harian bisa berkurang dan mengurangi pembentukan lemak subkutan.

5. Liposuction

Operasi liposuction digunakan untuk menghilangkan lemak subkutan pada bagian tubuh tertentu, seperti perut, paha, lengan, dan leher. 

Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan dan memasukkan alat penyedot lemak.

Perlu diingat, ini bukanlah metode penurun berat badan. Ini biasanya digunakan untuk membentuk bagian tubuh tertentu agar tidak terlihat kendur.

6. Bedah

Ada beberapa operasi yang dapat dilakukan untuk mencegah pembentukan lemak subkutan.

Operasi ini juga bekerja dengan mengurangi volume lambung sehingga asupan kalori pun berkurang. Jadi, lemak yang satu ini pun tidak menumpuk.

  • Adjustable gastric banding: operasi bariatrik yang dilakukan dengan mengikat bagian atas lambung agar volume lambung berkurang.
  • Gastric bypass surgery: pembuatan kantong yang terhubung dengan usus agar makanan tidak langsung ke lambung.
  • Gastric sleeve: pengangkatan beberapa bagian lambung sehingga menampung makanan lebih sedikit.

Lemak subkutan adalah lemak yang berada di bawah lapisan permukaan kulit.

Lemak ini sebenarnya memiliki peran penting untuk menjaga fungsi tubuh. Namun, penumpukan lemak ini justru bisa meningkatkan risiko penyakit kronis. 

Untuk itu, selalu terapkan pola hidup sehat untuk mencegah dan mengurangi pembentukan lemak ini.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Taking Aim at Belly Fat – Harvard Health Publishing – Harvard Health. (2010). Retrieved 12 July 2022, from https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/taking-aim-at-belly-fat

Marks, J. G., & Miller, J. J. (2017). Lookingbill and Marks’ Principles of Dermatology E-Book. Elsevier Health Sciences.

Counting calories: Get back to weight-loss basics. (2022). Retrieved 12 July 2022, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/weight-loss/in-depth/calories/art-20048065

Metabolism boost for weight loss?. (2022). Retrieved 12 July 2022, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/weight-loss/expert-answers/metabolism/faq-20058346

Liabsuetrakul, T. (2011). Is International or Asian Criteria-based Body Mass Index Associated with Maternal Anaemia, Low Birthweight, and Preterm Births among Thai Population? – An Observational Study. Journal of Health, Population and Nutrition, 29(3). doi: 10.3329/jhpn.v29i3.7869

Obesity – Symptoms and causes. (2022). Retrieved 12 July 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obesity/symptoms-causes/syc-20375742

Orlistat: MedlinePlus Drug Information. (2022) Retrieved 13 July 2022, from https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a601244.html

Whitten, J. S. (2016). Liraglutide (Saxenda) for weight loss. American family physician, 94(2), 161-166.

Obesity – Diagnosis and treatment – Mayo Clinic. (2022). Retrieved 13 July 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obesity/diagnosis-treatment/drc-20375749

Liposuction – Mayo Clinic. (2022). Retrieved 13 July 2022, from https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/liposuction/about/pac-20384586

Appropriate body-mass index for Asian populations and its implications for policy and intervention strategies. (2004). The Lancet, 363(9403), 157-163. doi: 10.1016/s0140-6736(03)15268-3

Ghrelin Hormone: Function and Definition. (2022). Retrieved 13 July 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/body/22804-ghrelin

van der Valk, E., Savas, M., & van Rossum, E. (2018). Stress and Obesity: Are There More Susceptible Individuals?. Current Obesity Reports, 7(2), 193-203. doi: 10.1007/s13679-018-0306-y

Versi Terbaru

24/08/2022

Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Obesitas Sentral, Ketika Perut Buncit Picu Penyakit Kronis

Berapa Kadar Lemak yang Normal dan Sehat?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 24/08/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan