backup og meta

Mengenal Polifenol, Senyawa Tanaman yang Bermanfaat

Mengenal Polifenol, Senyawa Tanaman yang Bermanfaat

Anda mungkin sering mendengar polifenol sebagai senyawa yang terkandung dalam sayur dan buah. Senyawa ini memberikan banyak manfaat untuk kesehatan. Ketahui apa saja manfaat dan sumber makanannya. 

Apa itu kandungan polifenol?

Polifenol merupakan senyawa fitokimia atau fitonutrien yang secara alami terkandung dalam tanaman.

Senyawa inilah yang memberikan berbagai warna cerah pada sayur, buah, dan biji-bijian, seperti merah, oranye, kuning, ungu, putih, dan hijau. 

Tak hanya itu, polifenol juga berfungsi untuk melindungi tanaman dari infeksi parasit dan bakteri.

Senyawa ini juga mampu melindungi sel-sel tubuh manusia dari kerusakan akibat radikal bebas, sehingga termasuk antioksidan.

Polifenol bisa dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu asam fenolik, flavonoid, stilben (resveratrol), dan lignan. 

Tahukah Anda?

Menuruti jurnal Antioxidants (2013), buah jenis beri, seperti buah anggur, stroberi, dan blackberry tinggi polifenol, jumlahnya mencapai 200 – 400 miligram per 100 gram. 

Apa fungsi dan manfaat dari polifenol?

Konsumsi makanan tinggi senyawa fitokimia ini secara rutin  dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit. 

Beberapa penyakit tersebut seperti kanker, penyakit jantung, diabetes, osteoporosis, dan penyakit neurodegeneratif (gangguan saraf).

Lebih jelasnya, simak informasi lengkap berikut ini. 

1. Mencegah pertumbuhan sel kanker

kanker dan obesitas di asia

Antioksidan dalam polifenol mampu melindungi tubuh dari bahaya radikal bebas, yang bisa menjadi penyebab kanker

Radikal bebas bisa bersumber dari mana saja, seperti dari polusi, asap rokok, makanan, bahkan tubuh Anda sendiri juga memproduksi radikal bebas.

Jenis dari polifenol, seperti katekin, lignan, resveratrol, quercetin, dan kurkumin, berpotensi menjadi agen antikanker. 

Senyawa fitokimia ini juga bisa menjadi agen antiradang dan antioksidan yang penting bagi tubuh.

2. Mengurangi risiko penyakit jantung

Penelitian dari jurnal Oxidative Medicine and Cellular Longevity mencatat konsumsi polifenol berpotensi mencegah penyakit jantung koroner

Hal ini mungkin terjadi karena senyawa fitokimia ini membantu memperbaiki kerusakan pembuluh darah dan membantu memperlambat penggumpalan darah.

Selain itu, senyawa ini bisa menghambat oksidasi lemak jahat, sehingga mencegah pembentukan aterosklerosis, yakni penumpukan lemak di pembuluh darah. 

Efek antioksidan, antiplatelet (pengencer darah), dan antiradang yang dimiliki senyawa fitokimia ini juga dapat membantu mencegah penyakit jantung lainnya.

3. Mencegah komplikasi diabetes

Mengonsumsi makanan yang mengandung senyawa ini bisa membuat kadar gula darah lebih terkendali. 

Polifenol bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa dalam usus.

Beberapa penelitian juga telah melaporkan bahwa senyawa ini mempunyai sifat antidiabetes.

Salah satunya diterbitkan oleh Clinical and Experimental Pharmacology and Physiology yang. Studi ini menyebutkan senyawa polifenol jenis katekin dapat melindungi pasien diabetes dari komplikasi. 

Tak hanya ketekin, jenis polifenol lainnya, seperti resveratrol dan quercetin bisa bertindak sebagai agen antidiabetes.

4. Mencegah penggumpalan darah

gejala penggumpalan darah

Polifenol dapat mengurangi risiko terjadinya agregasi trombosit, yakni proses penggumpalan trombosit.

Sebenarnya, agregasi trombosit berguna untuk mencegah perdarahan berlebih.

Namun, agregasi trombosit yang terlalu sering terjadi justru menyebabkan penggumpalan yang menyumbat pembuluh darah.

Penyumbatan pembuluh darah mengarah pada trombosis vena dalam, stroke, dan emboli paru.

Beberapa penelitian terhadap hewan menunjukkan senyawa fitokimia ini dapat membantu mengurangi proses agregasi trombosit, sehingga mencegah penyumbatan pembuluh darah.

5. Membantu sistem pencernaan

Senyawa ini dapat bermanfaat bagi pencernaan dengan mendorong pertumbuhan bakteri baik untuk melawan bakteri yang merugikan.

Riset dalam Research in microbiology menunjukkan bahwa ekstrak teh kaya polifenol berpotensi mendorong pertumbuhan bifidobacteria yang bermanfaat untuk sistem pencernaan.

Demikian pula, polifenol dalam teh hijau dapat membantu melawan bakteri berbahaya C. difficile, E. Coli, dan Salmonella.

Khasiat ini bisa mengatasi gejala penyakit tukak lambung (PUD) dan penyakit radang usus.

Sumber makanan

Umumnya, sayur dan buah berpotensi mengandung salah satu dari keempat jenis polifenol.

Ada beragam makanan sumber polifenol yang dapat Anda temui.

Golongan buah-buahan tinggi polifenol di antaranya:

  • buah anggur, 
  • buah beri, 
  • apel,
  • delima,
  • stroberi,
  • lemon, 
  • apel, dan 
  • ceri.

Nah, sayuran sumber senyawa antioksidan ini antara lain:

  • asparagus,
  • brokoli,
  • wortel,
  • kentang,
  • sawi putih merah,
  • selada merah,
  • bawang merah,
  • bayam, dan
  • terong.

Tak cuma sayur dan buah, makanan lain seperti teh hijau dan dark chocolate atau cokelat hitam pun mengandung senyawa fitokimia ini, dengan jenis flavonoid. 

Selain itu, berbagai kacang dan biji mengandung senyawa fitokimia ini dengan jenis yang berbeda-beda. Bij-bijian tersebut antara lain:

  • almon,
  • kastanye,
  • biji rami,
  • kenari,
  • kedelai hitam,
  • taoge dele, dan
  • kedelai.

Menambahkan jenis makanan ini ke dalam menu diet harian Anda dapat meningkatkan asupan zat gizi bermanfaat.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Bijak, M., Ponczek, M. B., & Nowak, P. (2014). Polyphenol compounds belonging to flavonoids inhibit activity of coagulation factor X. International journal of biological macromolecules65, 129–135. https://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2014.01.023

Bijak, M., Saluk, J., Szelenberger, R., & Nowak, P. (2016). Popular naturally occurring antioxidants as potential anticoagulant drugs. Chemico-biological interactions257, 35–45. https://doi.org/10.1016/j.cbi.2016.07.022

Bijak, M., Ziewiecki, R., Saluk, J., Ponczek, M., Pawlaczyk, I., Krotkiewski, H., Wachowicz, B., & Nowak, P. (2014). Thrombin inhibitory activity of some polyphenolic compounds. Medicinal chemistry research : an international journal for rapid communications on design and mechanisms of action of biologically active agents23(5), 2324–2337. https://doi.org/10.1007/s00044-013-0829-4

Gibson, L., Rupasinghe, H. P., Forney, C. F., & Eaton, L. (2013). Characterization of Changes in Polyphenols, Antioxidant Capacity and Physico-Chemical Parameters during Lowbush Blueberry Fruit Ripening. Antioxidants (Basel, Switzerland), 2(4), 216–229. https://doi.org/10.3390/antiox2040216

Laparra, J. M., & Sanz, Y. (2010). Interactions of gut microbiota with functional food components and nutraceuticals. Pharmacological research61(3), 219–225. https://doi.org/10.1016/j.phrs.2009.11.001

Lee, H. C., Jenner, A. M., Low, C. S., & Lee, Y. K. (2006). Effect of tea phenolics and their aromatic fecal bacterial metabolites on intestinal microbiota. Research in microbiology157(9), 876–884. https://doi.org/10.1016/j.resmic.2006.07.004

Marín, L., Miguélez, E. M., Villar, C. J., & Lombó, F. (2015). Bioavailability of dietary polyphenols and gut microbiota metabolism: antimicrobial properties. BioMed research international2015, 905215. https://doi.org/10.1155/2015/905215

Pandey, K. B., & Rizvi, S. I. (2009). Plant polyphenols as dietary antioxidants in human health and disease. Oxidative medicine and cellular longevity2(5), 270–278. https://doi.org/10.4161/oxim.2.5.9498

Rizvi, S. I., Zaid, M. A., Anis, R., & Mishra, N. (2005). Protective role of tea catechins against oxidation-induced damage of type 2 diabetic erythrocytes. Clinical and experimental pharmacology & physiology32(1-2), 70–75. https://doi.org/10.1111/j.1440-1681.2005.04160.x

5 foods rich in heart-healthy polyphenols. (2021). UTSouthwestern Medical Center. Retrieved 9 November, 2022 from https://utswmed.org/medblog/polyphenols/

Versi Terbaru

15/11/2022

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Berapa Banyak Porsi Makan Sayur dan Buah dalam Sehari?

Ini 9 Pilihan Sayuran yang Tinggi Vitamin C


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 15/11/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan