Kelebihan berat badan hingga obesitas bisa memengaruhi kesehatan tubuh lansia. Apalagi, tentu akan lebih sulit dan menantang untuk menjaga berat badan pada usia lanjut. Oleh sebab itu, Anda perlu strategi khusus dalam menjaga berat badan normal pada lansia.
Berapa berat badan normal untuk lansia?
Seseorang yang berusia 60 tahun ke atas dikategorikan sebagai lansia. Jika ingin mengetahui berat badan normal lansia, Anda bisa menghitungnya dengan indeks massa tubuh (IMT).
Menurut World Health Organization (WHO), indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) adalah perbandingan berat dan tinggi badan yang digunakan untuk menggolongkan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa.
Indeks massa tubuh ini dapat Anda hitung dengan membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (m²).
Adapun, standar kategori IMT bagi orang dewasa terbagi menjadi lima seperti berikut ini.
- <18,5 = berat badan terlalu rendah.
- 18,5–24,9 = normal atau ideal.
- 25–29,9 = berat badan berlebih atau gemuk.
- 30–39,9 = obesitas.
- >40 = obesitas ekstrim atau risiko tinggi.
Namun, perlu diingat bahwa IMT normal atau ideal pada lansia berada di kisaran 25 sampai 27. Jangan sampai Anda atau orang terkasih memiliki IMT yang kurang dari 25.
Sebagai contoh, lansia berusia di atas 65 tahun sebaiknya memiliki IMT yang lebih tinggi dari kisaran normal untuk melindungi tubuh dari risiko penipisan tulang atau osteoporosis.
Untuk mengetahui IMT pada lansia, Anda dapat menghitungnya dengan cepat menggunakan Kalkulator BMI (IMT) di Hello Sehat.
[embed-health-tool-bmi]
Pentingnya mengontrol berat badan pada usia lanjut
Lansia perlu menjaga berat badannya tetap ideal. Hal ini karena ada beberapa risiko kesehatan yang bisa timbul bila lansia memiliki berat badan berlebih maupun kekurangan berat badan.
Risiko berat badan berlebih dan obesitas pada lansia
Pada dasarnya, berat badan berlebih dan obesitas berdampak buruk pada kesehatan lansia.
Mengutip dari buku berjudul Obesity in Elderly (2021), kondisi ini meningkatkan risiko penyakit berbahaya, seperti hipertensi, dislipidemia (kolesterol tinggi), diabetes melitus, dan penyakit jantung.
Obesitas juga menyebabkan stres pada sendi sehingga mobilitas menjadi terbatas. Selain itu, ini bisa memicu masalah pernapasan, seperti apnea tidur obstruktif (henti napas saat tidur).
Bahkan, lansia dengan IMT yang tinggi juga lebih berisiko terkena penyakit kanker, seperti kanker payudara, rahim, kolorektal, serta leukemia.
Risiko kekurangan berat badan pada lansia
Kekurangan berat badan bisa membuat massa otot menyusut. Dalam dunia kedokteran, kondisi yang umum terjadi pada masa tua ini disebut sebagai sarkopenia.
Massa dan kekuatan otot pada pengidap sarkopenia akan menyusut. Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan risiko cacat fisik, penurunan kualitas hidup, hingga kematian.
Selain itu, kekurangan berat badan pada lansia juga meningkatkan risiko gangguan kesehatan lainnya, seperti:
- hilangnya efek perlindungan lemak (misalnya pada patah tulang pinggul),
- aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah,
- patah tulang,
- sistem kekebalan tubuh menurun sehingga rentan terinfeksi penyakit, dan
- kekurangan zat gizi penting seperti vitamin dan mineral.
Terlebih lagi, lansia kerap kehilangan nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan. Ada beberapa penyebab penurunan nafsu makan pada lansia, meliputi:
- perubahan sistem pencernaan,
- perubahan hormon,
- perubahan indera penciuman, perasa, serta penglihatan,
- depresi,
- demensia (penurunan daya ingat), dan
- konsumsi obat seperti antibiotik dan obat nyeri otot.