Pernahkah Anda melihat seseorang tiba-tiba kejang tanpa sebab yang jelas, dan Anda merasa panik karena tak tahu harus berbuat apa? Bisa jadi itu bukan sekadar kejang biasa, melainkan tanda dari penyakit epilepsi. Sebenarnya, apa itu penyakit epilepsi dan bagaimana cara penanganannya?
Apa itu penyakit epilepsi?
Epilepsi atau yang dikenal juga dengan ayan adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa pemicu jelas, akibat gangguan pada sistem saraf pusat.
Meski kejang merupakan gejala utama ayan, tidak semua kejang berarti seseorang menderita epilepsi.
Seseorang baru dianggap mengidap epilepsi jika mengalami dua kali kejang atau lebih dalam 24 jam tanpa penyebab yang jelas.
Pada penderita epilepsi, kejang bisa terjadi berulang, termasuk saat tidur,
Ini terjadi karena perubahan fase dari bangun ke tidur yang memicu aktivitas otak tidak normal.
Perbedaan utama antara kejang dan epilepsi juga bisa terletak pada penyebabnya.
Kejang bisa muncul karena aktivitas saraf yang berlebihan, sementara epilepsi terjadi akibat gangguan pada otak.
Menurut Cleveland Clinic, epilepsi dibagi menjadi dua jenis utama:
-
Epilepsi umum. Mempengaruhi kedua sisi otak, mencakup kejang grand mal (hilang kesadaran), mioklonik (sentakan singkat), dan klonik (sentakan berulang).
-
Epilepsi parsial: Terjadi di satu bagian otak, dengan gejala seperti gangguan indera, tremor, atau kejang lokal pada jari atau kaki.
Seberapa umumkah penyakit ini?
Penyakit ayan adalah penyakit yang umum terjadi. Penyakit ini bisa menyerang segala usia, baik itu bayi maupun orang dewasa.
Namun, paling sering menyerang anak di bawah usia 2 tahun dan orang dewasa berusia di atas 65 tahun.
Tanda-tanda & gejala penyakit epilepsi
Penyakit epilepsi terjadi akibat aktivitas abnormal di otak yang dapat memengaruhi proses apa pun yang diatur oleh otak Anda.
Dalam banyak kasus, gejala epilepsi berlangsung secara spontan dan singkat.
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala ayan yang umumnya terjadi.
- Kebingungan sementara.
- Mata kosong (bengong) menatap satu titik terlalu lama.
- Gerakan menyentak tak terkendali pada tangan dan kaki.
- Hilang kesadaran sepenuhnya atau sementara.
- Gejala psikis.
- Kekakuan otot.
- Gemetar (tremor) atau kejang, pada sebagian anggota tubuh (wajah, lengan, kaki) atau keseluruhan.
- Kejang yang diikuti oleh tubuh menegang dan hilang kesadaran secara tiba-tiba, yang bisa menyebabkan orang tersebut tiba-tiba terjatuh.
Kapan saya harus periksa ke dokter?
Anda harus segera menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala epilepsi berikut ini.
- Kejang berlangsung lebih dari 5 menit.
- Pernapasan atau kesadaran tidak kembali setelah kejang berhenti.
- Kejang kedua berlangsung segera setelahnya.
- Demam tinggi.
- Kelelahan akibat panas.
- Sedang hamil.
- Memiliki diabetes.
- Pernah mengalami cedera akibat kejang.
Penyebab penyakit epilepsi
Dalam banyak kasus, penyebab penyakit ayan tidak diketahui.
Namun, berikut ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi otak dan mungkin menjadi penyebab epilepsi, meliputi:
- Pengaruh genetik. Beberapa jenis ayan, yang dikategorikan berdasarkan tipe kejang yang Anda alami atau bagian otak yang terpengaruh, terjadi dalam keluarga.
- Cedera pada kepala. Cedera kepala akibat kecelakaan mobil, terjatuh, ataupun cedera traumatik lainnya juga bisa jadi penyebab epilepsi.
- Kondisi otak. Kondisi otak yang menyebabkan kerusakan pada otak, seperti tumor otak atau stroke, dapat menyebabkan epilepsi.
- Penyakit menular. Penyakit menular, seperti meningitis, HIV/AIDS dan ensefalitis virus, bisa jadi menyebabkan ayan.
- Cedera sebelum persalinan. Ayan pada anak biasanya dipicu karena berbagai gangguan selama kehamilan. Sebelum lahir, bayi sensitif terhadap kerusakan otak yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi pada ibu, nutrisi yang buruk atau kekurangan oksigen.
- Gangguan perkembangan. Ayan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis.
Faktor-faktor risiko penyakit epilepsi
Meskipun penyebabnya tidak diketahui secara pasti, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ayan. Berikut ini adalah faktor risiko dari penyakit ini:
- Usia. Ada lebih banyak kasus ayan pada anak dan lansia daripada orang dewasa usia produktif. Meski begitu, kondisi ini juga dapat terjadi pada semua kalangan usia.
- Genetik. Jika Anda memiliki riwayat keluarga epilepsi, Anda berisiko lebih tinggi memiliki kondisi tersebut.
- Cedera pada kepala. Cedera kepala akibat kecelakaan mobil, terjatuh, ataupun cedera traumatik lainnya ikut berperan menjadi penyebab epilepsi.
- Stroke dan penyakit vaskular. Stroke dan penyakit vaskular (pembuluh darah) lainnya dapat menyebabkan kerusakan otak yang dapat memicu kondisi ini.
- Demensia. Demensia dapat meningkatkan risiko ayan pada lansia.
- Infeksi otak. Infeksi seperti meningitis, yang menyebabkan peradangan di otak atau sumsum tulang belakang, dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini.
- Riwayat kejang di masa kecil. Demam tinggi bisa menjadi penyebab penyakit epilepsi pada anak.
Komplikasi penyakit epilepsi
Penyakit epilepsi dapat menimbulkan komplikasi, di antaranya adalah:
- Terjatuh saat kejang dan menyebabkan cedera kepala atau patah tulang.
- Kejang saat berenang bisa menyebabkan tenggelam.
- Mengalami kecelakaan saat berkendara karena kejang terjadi dan Anda tidak bisa mengendalikan tubuh atau hilang kesadaran.
- Penyakit ayan yang terjadi selama masa kehamilan dapat menimbulkan bahaya bagi janin dan sang ibu. Penggunan obat epilepsi juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir cacat.
- Mengalami kecemasan, depresi, dan melakukan percobaan bunuh diri.
- Mengalami status epileptikus, yakni kejang yang berlangsung lebih dari 5 menit atau kejang berulang tanpa sadar yang bisa menyebabkan kerusakan otak dan kematian.
- Kematian mendadak bisa terjadi pada beberapa penderita ayan dengan masalah jantung dan sistem pernapasan atau pada pasien yang kondisinya tidak bisa terkontrol dengan obat-obatan.
Diagnosis epilepsi
Selain melihat gejala dan sejarah medis Anda, dokter dapat melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis kondisi Anda. Beberapa tes diagnosis untuk penyakit epilepsi adalah:
- Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk memeriksa fungsi otak, kemampuan motorik, dan perilaku pasien.
- Tes darah untuk menyingkirkan masalah kesehatan lain yang bisa menyebabkan tubuh kejang.
- Electroencephalogram (EEG) adalah tes epilepsi umum untuk melihat gelombang otak yang abnormal.
- Computerized tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), functional MRI (fMRI), dan positron emission tomography (PET), dan single-photon emission computerized tomography (SPECT) untuk tes pencitraan otak.
Bagaimana penyakit epilepsi diobati?
Pengobatan untuk penyakit epilepsi difokuskan untuk mengendalikan kejang, walau tidak semua orang dengan kondisi ini memerlukan perawatan.
1. Terapi obat epilepsi
Obat seperti sodium valproate, carbamazepine, lamotrigine, levetiracetam, dan topiramate merupakan obat yang umumnya digunakan untuk mengontrol kejang.
Pilihan obat ini biasanya diresepkan berdasarkan faktor seperti toleransi pasien terhadap efek samping, penyakit lain yang dimiliki, serta metode penyampaian obat.
Walau jenis epilepsi sangat bervariasi, pada umumnya obat epilepsi dapat mengendalikan kejang pada 70 persen pasien.
Namun, terdapat beberapa efek samping dari obat epilepsi yang harus diwaspadai, misalnya rasa kantuk, sakit kepala, hingga tremor.
2. Operasi epilepsi
Operasi biasanya dilakukan apabila obat tidak lagi efektif dan kejang berasal dari area otak yang tidak memengaruhi fungsi vital.
Nantinya, dokter akan mengangkat bagian otak penyebab kejang, atau jika tak bisa diangkat, dokter akan membuat sayatan untuk mencegah penyebaran kejang.
Meski jarang terjadi, prosedur ini bisa menyebabkan gangguan kognitif permanen.
Pertolongan pertama saat penyakit epilepsi kambuh
Perlu dipahami bahwa sekitar 30–40% penderita epilepsi berisiko mengalami kejang kapan saja karena terapi yang tersedia belum sepenuhnya mampu mengendalikannya.
Jika kerabat atau orang di sekitar Anda mengalami kejang tonik-klonik, segera lakukan pertolongan pertama untuk membantu pengidap epilepsi.
Berikut ini adalah beberapa tips yang perlu dilakukan:
- Jangan panik dan tetaplah bersama orang tersebut
- Hitung waktu kejang dari awal hingga akhir
- Longgarkan pakaian di sekitar lehernya
- Singkirkan benda-benda tajam dan berbahaya (kacamata, furnitur, benda keras lainnya) dari orang tersebut
- Jika ada, mintalah mintalah orang di sekitar Anda untuk mundur dan memberi ruangan untuk orang tersebut
- Secara perlahan, baringkan orang tersebut dalam posisi miring secepat mungkin, taruh bantal (atau sesuatu yang lembut) di bawah kepalanya, dan buka rahangnya untuk membuka jalur pernapasan yang lebih baik sekaligus mencegah orang tersebut dari tersedak air liur atau muntah.
- Terus berkomunikasi dengan orang tersebut sehingga Anda tahu kapan mereka telah sadar.
- Setelah korban sadar, ia mungkin merasa linglung. Tetap temani dan tenangkan korban. Jangan tinggalkan korban sendirian sampai ia merasa benar-benar kembali fit.
Jangan lakukan hal ini ketika melakukan pertolongan pertama!
- Menahan kejang atau mengekang orang tersebut. Hal ini bisa berakibat cedera
- Memasukkan benda apapun ke dalam mulut korban atau menarik lidahnya keluar. Hal ini juga bisa menyebabkan cedera
- Memberi makan, minum, atau obat sampai korban benar-benar pulih dan sadar sepenuhnya
Cari bantuan medis segera, jika Anda mengalami hal-hal berikut ini
- Ini adalah kejang pertamanya (tetap cari bantuan jika Anda tidak yakin)
- Kejang berlangsung lebih dari lima menit, atau kejang pertama segera diikuti oleh kejang lanjutan tanpa jeda (status epilipticus), atau jika korban tidak bisa dibangunkan setelah kejang dan gemetar usai.
- Orang tersebut tidak bisa sadar sepenuhnya atau mengalami kesulitan bernapas
- Kejang terjadi di dalam air
- Orang tersebut mengalami cedera selama kejang
- Orang tersebut hamil
- Anda ragu-ragu
Jika kejang terjadi saat orang berada di kursi roda, kursi kendaraan, atau kereta dorong anak, biarkan ia tetap duduk selama aman dan tersangga sabuk pengaman.
Setelah itu, topang kepalanya hingga kejang usai. Jika ada makanan, minum, atau muntah, pindahkan orang tersebut dari kursi dan segera baringkan dalam posisi menyamping.
Jika kondisi tidak memungkinkan untuk memindahkan korban, terus berikan dukungan pada kepalanya untuk memastikan kepala tidak terkulai ke belakang.
Pastikan juga Anda telah membuang isi mulut mereka saat kejang usai.
Kesimpulan
- Epilepsi adalah gangguan neurologis kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa pemicu jelas akibat aktivitas otak yang tidak normal.
- Penyakit ini dapat menyerang semua usia, dengan gejala seperti kejang, kehilangan kesadaran, dan perubahan perilaku sementara.
- Penanganan epilepsi meliputi pengobatan dengan obat antikejang, dan dalam kasus tertentu, operasi dapat menjadi pilihan.
- Pertolongan pertama yang tepat saat kejang sangat penting untuk mencegah cedera dan komplikasi serius, serta segera mencari bantuan medis jika kejang berlangsung lama atau berulang.
[embed-health-tool-bmi]