backup og meta

Water Fasting alias Diet dengan Hanya Minum Air Putih, Amankah?

Water Fasting alias Diet dengan Hanya Minum Air Putih, Amankah?

Rajin minum air putih memang bermanfaat. Banyak yang percaya kebiasaan ini membantu menurunkan berat badan. Dari anggapan tersebut, banyak yang “terinspirasi” menerapkan diet air putih untuk menurunkan berat badan. Ketahui apakah benar minum air putih saja bisa jadi langkah tepat mengurangi bobot tubuh.

Apa itu diet air putih (water fasting)?

Diet air putih atau dikenal juga dengan puasa air putih (water fasting) adalah cara menurunkan berat badan dengan tidak mengonsumsi apa pun selain air putih. 

Minum air putih memang sangat dianjurkan untuk membantu menjaga kesehatan.

Rutin minum air putih melancarkan fungsi ginjal untuk membuang limbah dan racun berbahaya dalam tubuh.

Cukup minum air juga membuat kerja sistem pencernaan lebih efisien mengolah makanan sekaligus mengendalikan nafsu makan.

Mencukupi kebutuhan cairan juga membantu proses metabolisme tubuh bekerja lebih cepat membakar lemak. 

Manfaat diet minum air putih dalam jangka pendek dapat langsung dirasakan oleh orang-orang yang memiliki penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan kelebihan berat badan (obesitas).

Water fasting juga dapat mendukung fungsi autophagy, sebuah proses ketika  tubuh  memecah dan mendaur ulang sel lama atau sel yang berbahaya. 

Jika murni bertujuan menurunkan berat badan, diet air putih baru akan memperlihatkan hasilnya setelah dilakukan berkelanjutan, alias dalam jangka waktu lama.

Cara melakukan diet air putih yang benar

olahraga minum air kelapa manfaat

Sebenarnya, tidak ada cara pasti untuk melakukan diet air putih.

Idealnya, pilihlah waktu yang tepat untuk melakukan diet ini, yaitu saat tubuh tidak memerlukan banyak energi.

Jika sudah menetapkan waktu yang pas, Anda wajib mempersiapkan asupan zat gizi yang cukup sejak jauh hari sebelum mulai diet. Lalu ikuti, panduan water fasting berikut ini.

1. Kurangi porsi makan

Mulai perlahan dengan mengurangi porsi makan besar dan camilan dalam beberapa hari menjelang diet.

Namun, tetap pastikan Anda mengonsumsi makanan dengan sumber gizi yang bervariasi: karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin dan mineral.

Pilih juga makanan yang bisa memberikan banyak energi. 

Di hari-hari pertama puasa air putih, konsumsilah minuman kaya gizi seperti jus buah atau smoothie yang mengenyangkan. Setelah itu, barulah Anda hanya mengonsumsi air putih.

2. Hindari aktivitas fisik berat

Selama menjalani water fasting, hindari berolahraga terlalu berat agar tidak dehidrasi. Hindari juga minum lebih banyak air dari biasanya saat diet.

Terlalu banyak minum air putih bisa berbalik membahayakan kesehatan Anda.

Ingatlah bahwa Anda perlu segera menghentikan diet saat jatuh sakit, atau merasa sangat lemas dan tidak bertenaga saat menjalani diet. 

3.  Fase pengenalan makanan kembali (refeeding)

Setelah diet air putih, Anda harus menahan keinginan untuk langsung makan dalam porsi besar.

Ini karena makan dalam porsi besar setelah puasa dan hanya minum air berisiko mengakibatkan refeeding syndrome.

Kondisi bisa mengakibatkan gangguan yang fatal akibat tubuh mengalami perubahan cepat dalam kadar cairan dan elektrolit.

Untuk itu, penting melakukan pengenalan makanan kembali pada tubuh. Caranya, konsumsilah makanan rendah kalori dulu dengan porsi kecil.

Lalu, sedikit demi sedikit tingkatkan porsi asupan dan tambah jenis makanan. Lakukan ini sampai tubuh terbiasa lagi menerima makanan dalam porsi normal.

Ingat, Anda sebaiknya tidak melakukan puasa air putih ini sembarangan. Bila ingin mencobanya, lakukan di bawah pengawasan ahli gizi.

Aturan diet air putih

Diet atau puasa air putih hanya boleh dilakukan 24 – 72 jam dan diikuti oleh fase refeeding. Jika baru pertama kali mencoba, Anda memerlukan persiapan selama 3 – 4 hari  dengan mengurangi porsi makan atau berpuasa setengah hari.

Apakah water fasting benar-benar aman?

Diet hanya minum air sebetulnya hanya boleh dilakukan 24 jam hingga maksimal 3 hari.

Lebih dari itu, tubuh berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan. 

1. Rendah gizi

Perlu diingat, bahwa air putih bebas kalori dan tidak memiliki zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh seperti lemak, protein, dan vitamin.

Diet ini juga tidak membolehkan Anda untuk minum minuman lainnya seperti teh, kopi, dan susu.

Satu hari saja Anda mencoba diet ini, kinerja otak akan berkurang alias bekerja lebih lambat. 

Akibatnya, Anda mudah migrain, sulit konsentrasi dan mencerna informasi, sering kebingungan, gampang emosi, hingga rentan berhalusinasi.

2. Memicu dehidrasi

Dehidrasi

Meski terdengar aneh, diet air putih justru bisa membuat Anda dehidrasi.

Data dari ulasan dalam Nutrition reviews (2010) menyebutkan 20 – 30% asupan air harian Anda berasal dari makanan yang Anda makan.

Jika minum air dalam jumlah yang sama tetapi tidak mengonsumsi makanan apa pun, tubuh tetap tidak mendapatkan cukup air.

Gejala dehidrasi antara lain pusing, mual, sakit kepala, sembelit, tekanan darah rendah, dan produktivitas rendah.

Siapa yang tidak boleh diet air putih?

Beberapa orang tidak diperbolehkan melakukan water fasting karena dapat menimbulkan masalah kesehatan lebih lanjut.

Jika memiliki kondisi di bawah ini, Anda sebaiknya tidak menjalani puasa air putih.

Cara diet sehat untuk menurunkan berat badan adalah dengan menggabungkan kebiasaan makan sehat, kurangi gula, garam, serta lemak dan olahraga rutin.

Selain itu, batasi porsi makan atau asupan kalori secara bertahap. Namun, pastikan Anda tetap mengonsumsi makanan bergizi seimbang guna menjaga fungsi tubuh. 

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Alirezaei, M., Kemball, C. C., Flynn, C. T., Wood, M. R., Whitton, J. L., & Kiosses, W. B. (2010). Short-term fasting induces profound neuronal autophagy. Autophagy, 6(6), 702–710. https://doi.org/10.4161/auto.6.6.12376

Glick, D., Barth, S., & Macleod, K. F. (2010). Autophagy: cellular and molecular mechanisms. The Journal of pathology, 221(1), 3–12. https://doi.org/10.1002/path.2697

Guelinckx, I., Tavoularis, G., König, J., Morin, C., Gharbi, H., & Gandy, J. (2016). Contribution of Water from Food and Fluids to Total Water Intake: Analysis of a French and UK Population Surveys. Nutrients, 8(10), 630. https://doi.org/10.3390/nu8100630

Mehanna, H. M., Moledina, J., & Travis, J. (2008). Refeeding syndrome: what it is, and how to prevent and treat it. BMJ (Clinical research ed.), 336(7659), 1495–1498. https://doi.org/10.1136/bmj.a301

Popkin, B. M., D’Anci, K. E., & Rosenberg, I. H. (2010). Water, hydration, and health. Nutrition reviews, 68(8), 439–458. https://doi.org/10.1111/j.1753-4887.2010.00304.x

Fasting: How Does It Affect Your Heart and Blood Pressure?. (2020). Cleveland Clinic. Retrieved July 11, 2022 from, https://health.clevelandclinic.org/fasting-how-does-it-affect-your-heart-and-blood-pressure/

Versi Terbaru

09/08/2022

Ditulis oleh Andisa Shabrina

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Manfaat dan Risiko Diet Keto

Mengulik Plus dan Minus dari Diet DEBM


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 09/08/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan