Dalam sistem peredaran darah manusia, terdapat tiga jenis pembuluh darah yang berperan, yaitu arteri, vena, dan kapiler. Ketiganya memiliki peran masing-masing yang saling terhubung dalam mengalirkan darah. Jika hubungan antar ketiganya terganggu, aliran darah menjadi tidak lancar atau tak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga bisa menimbulkan berbagai gejala. Adapun salah satu bentuk gangguan pada pembuluh darah ini adalah malformasi arteri vena.
Apa itu malformasi arteri vena?
Malformasi arteri vena (arteriovenous malformations/AVM) adalah sekelompok pembuluh darah abnormal yang menghubungkan arteri dan vena. Adanya pembuluh darah abnormal ini memungkinkan darah mengalir dari arteri ke vena tanpa melewati pembuluh darah kapiler. Artinya, pada kondisi ini, darah mengalir bukan melalui jalur yang normal.
Sebagai informasi, arteri bertanggung jawab untuk membawa darah kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh, sedangkan vena membawa darah kembali ke jantung dan paru. Antara keduanya terdapat kapiler yang memungkinkan darah mengalir dari arteri ke vena dan sebaliknya. Melalui kapiler ini pula oksigen dan nutrisi lain dapat mengalir ke seluruh tubuh.
Bila AVM mengganggu proses ini, jaringan dan organ tubuh Anda tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi. Pasalnya, darah kaya oksigen yang dibawa arteri justru kembali ke jantung.
Artinya, kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh menjadi percuma, dan jantung pun perlu bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk jaringan-jaringan tubuh lainnya. Adapun hal ini bisa memicu gagal jantung.
Umumnya, AVM terbentuk dan berkembang sebelum kelahiran atau segera setelah lahir. Namun, terkadang, pembuluh darah abnormal ini pun baru dapat teridentifikasi ketika sudah dewasa.
Melansir dari MedlinePlus, AVM dapat terbentuk di pembuluh darah bagian mana saja. Namun, kondisi ini lebih sering terjadi di otak atau sumsum tulang belakang.
Pada kondisi yang parah, pembuluh darah abnormal ini juga bisa melemah dan pecah. Bila AVM yang pecah berada di otak, kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan di otak, kerusakan otak, atau stroke.
Apa saja gejala malformasi arteri vena?
Gejala malformasi arteri vena bisa berbeda, tergantung dari lokasinya. Seringkali, tanda dan gejala muncul setelah Anda mengalami pendarahan. Bila AVM terjadi di otak, beberapa gejala yang mungkin muncul, yaitu:
- Sakit kepala.
- Kejang.
- Mual dan muntah.
- Masalah dengan ucapan atau pemahaman bahasa.
- Otot melemah atau hilangnya sensasi di satu bagian tubuh, seperti kesemutan atau mati rasa.
- Hilang ingatan atau demensia.
- Kebingungan atau linglung.
- Masalah penglihatan.
Adapun bila AVM terjadi di bagian sumsum tulang belakang, yaitu:
- Lumpuh oada salah satu bagian tubuh.
- Sakit punggung.
- Masalah gerak, seperti sulit berjalan atau naik tangga.
- Nyeri secara tiba-tiba, mati rasa, atau kesemutan di kaki.
- Terasa lemah pada satu atau kedua sisi tubuh.
- Sakit kepala.
- Leher kaku.
Selain gejala di atas, mungkin ada beberapa tanda lainnya yang muncul. Konsultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Apa penyebab malformasi arteri vena?
Hingga saat ini, para ahli belum mengetahui apa penyebab dari AVM. Namun, mereka berpendapat faktor genetik mungkin berperan dalam membentuk pembuluh darah abnormal ini. Meski demikian, sebagian besar jenis AVM bersifat genetik.
Adapun seseorang dengan sindrom genetik tertentu berisiko lebih tinggi terkena AVM, termasuk:
- Hereditary hemorrhagic telangiectasia (HHT). Ini bisa meningkatkan risiko AVM paru-paru, otak, dan saluran pencernaan.
- Parkes Weber syndrome. Ini bisa meningkatkan risiko AVM pada salah satu lengan atau tungkai kaki.
- Wyburn-Mason syndrome. Ini bisa meningkatkan risiko AVM retina dan otak.
- Cobb syndrome. Ini bisa meningkatkan risiko AVM pada tulang belakang, kanal tulang belakang, dan/atau sumsum tulang belakang.
Bagaimana cara mendiagnosis AVM?
Dokter mendiagnosis malformasi arteri vena melalui pemeriksaan fisik, riwayat medis pasien, dan sejumlah tes lainnya. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan mencari tanda-tanda AVM yang muncul, termasuk mendengarkan suara mendesing akibat aliran darah yang terlalu cepat melalui AVM.
Selain itu, beberapa tes pemeriksaan lainnya yang mungkin akan Anda lakukan adalah:
- CT scan, yaitu tes menggunakan sinar-X untuk mendapat gambar kepala, otak, atau sumsum tulang belakang, yang dapat menunjukkan perdarahan.
- Magnetic resonance imaging (MRI), yaitu tes menggunakan magnet dan gelombang radio untuk menunjukkan gambar jaringan secara detail.
- Cerebral angiogram, yaitu tes menggunakan pewarna khusus untuk menunjukkan struktur pembuluh darah dengan lebih jelas daripada sinar-X biasa.
Bagaimana cara mengobati AVM?
Pengobatan untuk malformasi arteri vena tergantung pada lokasi pembuluh darah abnormal, tanda dan gejala, kesehatan Anda secara menyeluruh, serta risiko dari prosedur. Terkadang, penderita AVM tidak membutuhkan pengobatan apapun, terutama jika gejala tidak muncul. Pada kondisi ini, dokter umumnya hanya melakukan pemeriksaan rutin untuk mengecek perkembangan AVM tersebut.
Namun, bila AVM menimbulkan sejumlah gejala yang mengganggu, dokter mungkin akan menyarankan pengobatan. Berikut adalah pengobatan yang umum dokter berikan untuk mengobati AVM:
-
Obat-obatan
Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan untuk membantu mengatasi gejala, seperti kejang, sakit kepala, atau sakit punggung.
-
Operasi
Operasi merupakan pengobatan utama untuk AVM. Biasanya, dokter merekomendasikan prosedur ini jika Anda berisiko tinggi mengalami pendarahan, dan area tempat AVM berada memungkinkan untuk diangkat dengan risiko kerusakan jaringan yang kecil.
-
Embolisasi
Embolisasi merupakan jenis operasi di mana ahli bedah akan memasukkan kateter melalui arteri ke AVM. Melalui kateter ini, dokter akan menyuntikkan zat yang dapat menutup AVM untuk mengurangi aliran darah ke pembuluh darah abnormal tersebut.
-
Radiosurgery stereotactic
Jenis pengobatan ini menggunakan sinar radiasi untuk merusak pembuluh darah dan menghentikan suplai darah ke AVM. Terkadang, dokter melakukan prosedur ini setelah embolisasi untuk mengurangi risiko komplikasi.
-
Skleroterapi
Skleroterapi menggunakan obat cair yang disebut sclerosant untuk mengecilkan atau menghancurkan pembuluh darah yang abnormal. Proses ini dapat mengurangi atau menghilangkan aliran darah melalui AVM.