backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Gambaran Kondisi Paru-paru Pasien Terinfeksi COVID-19

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Gambaran Kondisi Paru-paru Pasien Terinfeksi COVID-19

    e=”font-weight: 400;”>Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.

    Wabah coronavirus (COVID-19) telah menyebar dari Wuhan, Tiongkok, hingga ke beberapa negara di Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat. Para peneliti pun sibuk meneliti segala sesuatu tentang virus ini, termasuk kondisi paru pasien yang terinfeksi COVID-19. Begini gambarannya.  

    COVID-19 hingga hari ini telah menelan lebih dari 1.700 korban jiwa dan menyebabkan sekitar 71.000 kasus ini sedang diteliti oleh banyak ahli di berbagai negara. Salah satu penelitian tersebut menyangkut kondisi paru pasien coronavirus COVID-19. 

    Bagaimana kondisi paru pasien yang terinfeksi virus yang disebut-sebut mirip dengan SARS dan MERS-CoV ini?

    Kondisi paru pasien coronavirus COVID-19 

    Sumber: Radiological Society of North America

    Hampir sebagian pasien yang menderita COVID-19, virus ini muncul dan berakhir di organ tubuh yang sama, yaitu paru-paru. Hal ini dikarenakan wabah disinyalir berasal dari trenggiling dan satwa liar lainnya ini termasuk virus yang menyerang saluran pernapasan. 

    Sebenarnya, COVID-19 hampir mirip dengan SARS-CoV mengingat keduanya berada dalam satu payung virus yang sama, yaitu coronavirus. 

    Setelah wabah SARS selesai, WHO melaporkan bahwa penyakit ini menyerang paru dalam tiga fase, yaitu:

    • replikasi virus
    • hiper-reaktivitas imun
    • kerusakan paru

    Walaupun demikian, tidak semua pasien menghadapi ketiga fase di atas. Faktanya, hanya ada 25% pasien SARS yang mengalami kesulitan bernapas. 

    Kondisi yang sama juga berlaku pada COVID-19. Menurut beberapa laporan di awal wabah coronavirus dimulai, gejala COVID-19 tidak terlalu berat, alias ringan pada 82% kasus, sisanya dalam kondisi parah atau kritis. 

    Sementara itu, menurut penelitian dari jurnal Radiological Society of North America, kondisi paru pada pasien coronavirus COVID-19 ternyata memiliki bercak putih di dalamnya. 

    [covid_19]

    Para peneliti mengetahui kondisi tersebut melalui pemeriksaan CT scan. Mereka yang menjalani pemeriksaan tersebut merupakan pasien yang menunjukkan gejala menyerupai pneumonia

    Dari CT scan tersebut terlihat adanya bercak putih pada paru pasien yang terinfeksi coronavirus COVID-19. Bercak putih tersebut disebut sebagai ground glass opacity (GGO) dan biasanya ditemukan pada subpleural di lobus bawah. 

    Adanya bercak putih tersebut menandakan bahwa pasien memiliki cairan pada rongga parunya. Cairan ini sebenarnya tidak khusus untuk COVID-19 saja, melainkan juga pada infeksi lainnya. 

    Oleh karena itu, para ahli masih perlu meneliti tentang cairan atau flek di paru pasien COVID-19. Di dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa pasien yang sembuh dari pneumonia COVID-19 menunjukkan kondisi yang cukup parah. Kondisi parah tersebut muncul sekitar 10 hari setelah gejala awal dari coronavirus. 

    Kemudian, ketika sudah menjalani pengobatan dan pemeriksaan CT scan setelah 14 hari munculnya gejala awal, tanda-tanda perbaikan pada paru mulai muncul. 

    Bagaimana coronavirus menyerang paru-paru?

    gejala novel coronavirus

    Sebenarnya, mendiagnosis kondisi paru pasien yang terinfeksi coronavirus COVID-19 lewat CT scan belum cukup untuk menetapkan, apakah mereka positif atau tidak. Masih diperlukan faktor lainnya untuk memastikan hal tersebut, seperti gejala, riwayat klinis, dan penggunaan alat uji khusus COVID-19. 

    Sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya, apa yang terjadi pada tubuh ketika virus yang menyerupai mahkota ini menyerang saluran pernapasan?

    Fase pertama coronavirus menyerang paru

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hampir sebagian besar pasien yang terinfeksi coronavirus berawal dan berakhir di organ yang sama, yaitu paru-paru. 

    Apabila sudah masuk ke dalam tubuh, biasanya akan menimbulkan gejala yang mirip dengan flu biasa, seperti demam, batuk, bersin, dan kemungkinan menyebabkan pneumonia. 

    Pada saat infeksi virus baru masuk ke dalam tubuh, coronavirus akan menyerang sel paru manusia. Sel paru-paru terbagi dalam dua kelas, yaitu memproduksi lendir dan berbentuk seperti tongkat rambut, yaitu silia. 

    Apabila lendir kotor berada dalam tubuh, fungsinya masih tetap sama, yaitu melindungi jaringan paru dari bakteri dan menjaga kelembapan organ pernapasan. Selain itu, sel silia berdetak di sekitar lendir untuk membersihkan serbuk sari dan virus. 

    Virus pada penyakit SARS dapat menginfeksi dan membunuh sel silia. Kemudian, coronavirus akan mengisi paru-paru pasien dengan cairan. Maka itu, para ahli menduga kondisi yang sama terjadi pada paru pasien coronavirus COVID-19 dan mengembangkan pneumonia.

    Fase kedua

    Jika kondisi tersebut terjadi, tubuh akan bereaksi dengan mengaktifkan sistem imun dan mengisi paru dengan sel kekebalan. Sel kekebalan tubuh ini berfungsi untuk membersihkan kerusakan dan memperbaiki jaringan paru pasien coronavirus COVID-19. 

    Apabila sel bekerja dengan benar, proses melawan virus ini biasanya terjadi pada area yang hanya terinfeksi. Namun, tidak jarang sistem imun manusia rusak dan sel tersebut justru tidak hanya membunuh virus, melainkan juga jaringan sehat yang ada di tubuh. 

    Akibatnya, pasien berisiko mengembangkan kondisi yang parah, seperti virus atau cairan menyumbat paru-paru dan kondisi pneumonia pun memburuk. 

    COVID-19

    Fase ketiga

    Masuk ke fase ketiga, kondisi paru pada pasien coronavirus (COVID-19) mulai memburuk. Kerusakan paru terus meningkat dan berisiko menyebabkan gagal napas.

    Apabila kegagalan pernapasan tidak menyebabkan kematian, pasien biasanya hanya dapat bertahan hidup dengan kerusakan permanen pada paru. 

    Kondisi ini juga terjadi pada SARS. Virus SARS menyebabkan lubang di paru-paru yang menyerupai sarang lebah, sehingga berisiko terkena coronavirus baru. 

    Lubang dari virus tersebut kemungkinan besar muncul karena adanya respons hiperaktif pada sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi dan mengencangkan paru-paru ini justru membuat lubang dan luka pada organ pernapasan.

    Jika kondisi ini terjadi, pasien perlu menggunakan ventilator agar mereka bisa bernapas. Selain itu, peradangan pada paru juga menyebabkan membran antara kantung udara dan pembuluh darah dapat ditembus. Akibatnya, paru-paru dapat terisi cairan dan kemungkinan kadar oksigen dalam darah berkurang

    Kondisi paru yang seperti ini tentu dapat menyebabkan pasien coronavirus COVID-19 tersumbat oleh cairan dan menyulitkan mereka untuk bernapas hingga menyebabkan kematian. 

    Sebenarnya, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengingat kondisi paru pada setiap pasien coronavirus COVID-19 berbeda-beda. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa orang yang mengalami gejala tidak terkait dengan pneumonia, sehingga peneliti masih berusaha mencari tahu lebih dalam lagi.

    Waspada, COVID-19 Bisa Menular Sebelum Gejala Muncul

    Kondisi paru pada pasien coronavirus COVID-19 lainnya

    Pada dasarnya, kondisi paru pada pasien coronavirus COVID-19 memiliki kemiripan, termasuk pada orang dewasa maupun lansia. 

    Kondisi tersebut dapat diperburuk oleh riwayat penyakit yang diderita oleh pasien. Mulai dari diabetes, jantung, hingga gangguan pada sistem pernapasan. 

    Sebagai contoh, para remaja berusia 18 tahun tanpa memiliki masalah kesehatan apapun akan mempunyai kapasitas paru tambahan yang tidak digunakan kecuali sedang berlari. 

    Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi paru untuk mengolah udara yang dihirup akan menurun bahkan pada orang sehat. Maka itu, kapasitas tambahan tersebut akan hilang ketika sudah tua, baik pada wanita maupun pria yang lebih tua. 

    Terlebih lagi, jika Anda adalah seorang lansia yang terinfeksi COVID-19, virus akan memenuhi paru ketika fungsi cadangan tidak lagi berfungsi. Bahkan, fungsi paru setelah sembuh dari COVID-19 pun kemungkinan besar tidak kembali normal. 

    Berikut ini beberapa kondisi paru pada pasien coronavirus COVID-19 selain orang dewasa dan lansia. 

    1. Anak

    penyebab sesak napas nafas pada anak

    Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun dapat menjadi pasien coronavirus COVID-19 dan memiliki kondisi paru yang bermasalah ketika terinfeksi. 

    Menurut penelitian dari jurnal Pediatrics, setengah dari anak-anak yang menjalani penelitian mengalami gejala ringan. Mulai dari demam, cepat lelah, batuk kering, hingga mual dan diare. 

    Lebih dari satu pertiga, yaitu sekitar 39% anak mengembangkan kondisi yang sedang dengan gejala tambahan, seperti pneumonia dan masalah paru-paru. Bahkan, mereka juga mengalami sesak napas yang tidak tahu dari mana datangnya. 

    Terlebih lagi ada 125 anak, yaitu sekitar 6 persen, yang mengalami kondisi yang cukup serius dan satu diantara mereka meninggal akibat infeksi coronavirus.

    Peristiwa ini mungkin dapat terjadi karena beberapa anak tersebut mempunyai riwayat masalah paru-paru yang dapat menyebabkan gagal napas dan organ lainnya. 

    Walaupun demikian, angka kematian akibat COVID-19 yang dialami oleh anak-anak jauh lebih rendah dibandingkan orang dewasa dan lansia. Hal ini mungkin dikarenakan anak-anak memiliki paru-paru yang lebih sehat. 

    Begini, orang dewasa lebih sering terpapar polusi selama hidup mereka, sehingga ketika terinfeksi coronavirus berisiko mengembangkan kondisi yang parah. Akibat dari paparan polusi tersebut pun dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat penuaan tubuh. 

    2. Perokok

    cara mencegah penyakit kanker paru-paru

    Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa rokok merupakan salah satu benda yang dapat merusak fungsi paru, terlebih lagi jika Anda adalah pasien positif coronavirus COVID-19. 

    Sebenarnya, sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa perokok lebih berisiko mengembangkan komplikasi yang parah akibat infeksi virus SARS-CoV-2. Hal ini dikarenakan rokok dapat merusak paru, sehingga melemahkan fungsinya hingga membuatnya tidak bekerja. 

    Sebagai contoh, paru memproduksi lendir, tetapi paru perokok menghasilkan lendir lebih banyak dan tebal yang sulit dibersihkan dari organ pernapasan ini. 

    Akibatnya, lendir menyumbat paru dan lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu, rokok juga berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh dan membuatnya lebih sulit melawan infeksi.

    3. Penyandang diabetes

    akibat kena diabetes dan TBC

    Bagi para penyandang diabetes yang menjadi pasien positif COVID-19 mungkin sudah diperingatkan berkali-kali tentang kondisi tubuh mereka, terutama fungsi paru. 

    Penelitian awal memperlihatkan bahwa terdapat sekitar 25% orang yang berobat ke rumah sakit akibat infeksi COVID-19 juga menyandang penyakit diabetes. 

    Pasien COVID-19 yang menyandang diabetes lebih berpotensi mengalami komplikasi serius hingga meninggal akibat virus. Salah satu alasannya adalah kadar gula darah yang tinggi menyebabkan daya tahan tubuh melemah, sehingga kurang mampu melawan infeksi. 

    Terlebih lagi jika Anda memiliki riwayat penyakit diabetes beserta penyakit jantung dan paru-paru. Selain itu, penyandang diabetes yang terinfeksi COVID-19 juga berisiko terhadap komplikasi diabetes, seperti ketoasidosis diabetik (DKA). Kondisi ini dapat terjadi jika asam tingkat tinggi yang disebut keton menumpuk di dalam darah. 

    Hal ini dapat menyebabkan Anda kehilangan elektrolit yang membuat infeksi virus lebih sulit dikendalikan. 

    Pengobatan yang dijalani pasien

    terapi oksigen pengobatan ppok

    Sebenarnya sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dibuat khusus untuk mengobati pasien positif coronavirus COVID-19, termasuk merawat infeksi paru yang mereka alami.

    Maka itu, pemerintah di setiap negara yang terinfeksi berupaya untuk menggalakkan upaya mencegah penularan COVID-19Sementara itu, pasien yang sudah dikonfirmasi menderita COVID-19 kemungkinan besar akan dirawat dengan berbagai metode. 

    Sebagai contoh, pasien COVID-19 yang juga menderita pneumonia mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit. Mulai dari oksigen, ventilator untuk membantu bernapas, hingga cairan intravena (IV) agar pasien tidak dehidrasi. 

    Bosan Saat Social Distancing dan Karantina di Rumah? Coba 6 Kegiatan Ini, Yuk!

    Selain itu, ada beberapa cara lainnya yang dilakukan dokter untuk meringankan gejala yang dialami oleh pasien positif COVID-19 agar fungsi paru membaik, seperti:

    • pemberian antivirus, seperti remdesivir yang digunakan untuk mengobati Ebola
    • obat malaria chloroquine dan hydroxychloroquine yang digabung dengan antibiotik

    Normalnya, paru adalah organ yang pertama kali diserang oleh coronavirus pada pasien positif COVID-19. Terlebih lagi, jika pasien menderita masalah pada sistem pernapasan lebih berisiko terhadap komplikasi serius.

    Maka itu, masyarakat tidak boleh menyepelekan efek COVID-19 pada penderitanya, sehingga harus terus melakukan upaya pencegahan dan physical distancing.

    Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan