Dalam program vaksinasi COVID-19 di Indonesia, setiap orang hanya akan mendapatkan satu jenis vaksin. Daftar penerima vaksin akan dicatat dalam sistem yang terpusat dan terintegrasi untuk memastikan setiap orang tidak akan mendapat dobel vaksinasi.
Vaksin yang akan digunakan di Indonesia sudah ditentukan. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan, hanya ada 6 vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi COVID-19 di Indonesia.
Vaksin tersebut yakni vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca, Moderna, Pfizer & BioNTech, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), PT Bio Farma (Persero), dan Sinovac Biotech Ltd.
Secara umum vaksin COVID-19 memiliki efek samping ringan dan cepat hilang. Keenam vaksin yang masuk dalam daftar pemerintah ini memiliki dosis, efektivitas, efek samping, dan keamanan yang berbeda-beda. Berikut penjelasannya.
Vaksin COVID-19 Pfizer & BioNTech: Keamanan, Efek Samping, dan Dosis

Vaksin Pfizer & BioNtech dibuat dari mengambil molekul genetik virus SARS-CoV-2 yang disebut RNA (mRNA). Vaksin ini dikembangkan oleh peneliti dari perusahaan Pfizer yang berbasis di New York dan perusahaan Jerman BioNTech.
Pada Senin (9/11), perusahaan Pfizer & BioNTech mengumumkan vaksin COVID-19 mereka memiliki efektivitas lebih dari 90%. Mereka menjadi tim pertama yang mengumumkan hasil uji klinis tahap akhir vaksin COVID-19. Dua hari kemudian yakni pada Jumat (11/12), Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin ini.
Para peneliti memastikan orang dengan komorbid obesitas dan diabetes bisa menerima vaksin dan mendapatkan perlindungan yang sama. Vaksin ini efektif untuk kelompok usia 65 tahun ke bawah. Penggunaan vaksin ini pada lansia juga menunjukkan tingkat kemanjuran yang sama dengan orang di bawah 65 tahun.
Vaksin Pfizer disebut tidak menimbulkan efek samping yang serius, hanya menyebabkan kelelahan, demam, dan nyeri otot dalam waktu singkat.
Namun belakangan diketahui ada reaksi alergi yang terjadi pada beberapa penerima vaksin Pfizer/BioNTech. Untuk sementara waktu, beberapa negara mengimbau agar orang yang memiliki riwayat alergi untuk tidak menerima vaksin ini. Imbauan ini termasuk bagi mereka yang alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
- Nama Vaksin: Comirnaty/tozinameran/ BNT162b2
- Efisiensi: 95%
- Dosis: 2 dosis, berselang 3 minggu
- Penyimpanan: Penyimpanan freezer hanya pada -70°C
Vaksin COVID-19 Moderna: Keamanan, Efek Samping, dan Dosis
Seperti Pfizer dan BioNTech, vaksin Moderna membuat vaksinnya dari mRNA. Senin (16/11), Moderna mengumumkan vaksin COVID-19 buatannya 94,5% efektif menangkal gejala COVID-19. Selang dua hari setelah pengumuman tersebut, FDA mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin untuk didistribusikan di seluruh Amerika Serikat.
Meskipun belum dipastikan berapa lama antibodi ini akan bertahan, Moderna menemukan para relawan uji coba masih memiliki antibodi kuat setelah 3 bulan.
Vaksin ini diperuntukan bagi kelompok usia 18-55 tahun. Pada 2 Desember, Moderna mendaftarkan uji coba vaksin tersebut pada remaja berusia antara 12 dan 18 tahun.
Efek samping vaksin COVID-19 seperti demam, menggigil, kelelahan, dan sakit kepala umum terjadi setelah mendapatkan dosis kedua. Pada bagian yang disuntik kemungkinan akan timbul sedikit bengkak, kemerahan, dan nyeri yang akan hilang dengan sendirinya.
Efek samping ini tidak berbahaya dan akan hilang dalam waktu kurang lebih 7 hari. Namun pada beberapa orang, efek samping ini lebih berat dan mungkin memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Selain itu, reaksi alergi kemungkinan terjadi lebih parah pada mereka yang memiliki riwayat alergi terhadap bahan apapun. Pusat pengendalian penyakit Amerika (CDC) mengingatkan agar orang yang memiliki riwayat alergi tidak menerima vaksin Moderna.
- Nama Vaksin: mRNA-1273
- Efisiensi: 94,5%
- Dosis: 2 dosis, berselang 4 minggu
- Penyimpanan: Bertahan 6 bulan pada suhu -20°C
Vaksin AstraZeneca: Keamanan, Efek Samping, dan Dosis

Vaksin COVID-19 dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, bekerja sama dengan perusahaan farmasi AstraZeneca. Vaksin ini dibuat dari adenovirus yang direkayasa dengan menambahkan kode genetika virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Cara ini disebut sebagai teknologi yang paling mutakhir dalam pengembangan vaksin.
Pada Selasa (8/12), peneliti vaksin COVID-19 ini menerbitkan laporan bahwa vaksin Oxford-AstraZeneca memiliki keefektifan 70% mencegah seseorang menjadi sakit akibat infeksi COVID-19.
Namun pada Sabtu (26/12), Kepala Eksekutif AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan, data baru menunjukkan vaksin COVID-19 mereka memiliki tingkat kemanjuran setinggi Moderna atau Pfizer-BioNTech yakni di atas 90%. Ia juga mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca 100% mampu melindungi masyarakat dari gejala parah akibat COVID-19.
Para peneliti secara khusus mempelajari vaksin ini pada 160 orang relawan berusia 18-55 tahun, 160 orang berusia 56-69 tahun, dan 240 orang berusia 70 tahun ke atas. Peneliti mencatat tidak ada efek samping serius pada semua usia dan relawan usia lanjut pun menghasilkan antibodi sebanyak yang dihasilkan oleh relawan usia lebih muda.
Hasil ini menjadi berita baik bagi para lansia yang termasuk dalam kelompok rentan mengalami gejala berat jika terinfeksi COVID-19.
Masih banyak pertanyaan mengenai keamanan dan efektivitas vaksin COVID-19 ini yang belum terjawab seperti efek samping pada orang dengan alergi dan perbedaan laporan mengenai efektivitas vaksin.
- Nama vaksin: AZD1222
- Efektivitas: 70,4%
- Dosis: 2 dosis, berselang 4 minggu
- Penyimpanan: Stabil di lemari es selama minimal 6 bulan suhu 2-8°C, tidak perlu dibekukan.
Vaksin Sinovac: Keamanan, Efek Samping, dan Dosis

Vaksin Sinovac satu-satunya yang diumumkan telah resmi dibeli Pemerintah Indonesia. Pada awal Desember lalu vaksin ini telah tiba di Indonesia sebanyak 1,2 juta. Sedangkan sisanya, menurut rencana akan dikirim pada Januari 2021.
Rabu (23/12), Brasil mengumumkan kabar hasil uji klinis fase vaksin COVID-19 Sinovac di negaranya. Peneliti Brasil mengatakan kandidat vaksin COVID-19 Sinovac hanya memiliki keefektifan lebih dari 50%. Meskipun masih dalam ambang batas yang diizinkan WHO, hasil ini adalah yang terendah dibandingkan vaksin COVID-19 lainnya.
Sementara hasil uji klinis tahap akhir vaksin ini di Turki menunjukkan hasil berbeda. Sinovac dilaporkan memiliki efikasi mencapai 91,25%. Efek samping yang dirasakan setelah menerima vaksin ini adalah demam, sedikit ngilu di badan, dan rasa kelelahan yang akan hilang dengan sendirinya.
Namun tak ada efek samping yang berbahaya, kecuali bagi mereka yang memiliki alergi. Hasil uji tersebut berdasarkada data 1.322 dari total 7.000 relawan yang ikut serta uji klinis.
Sinovac juga melaksanakan uji klinis tahap 3 di Indonesia. Namun hasil uji klinis tersebut diprediksi baru akan diketahui pada Mei 2021.
- Nama vaksin: CoronaVac
- Efisiensi: Lebih dari 50%
- Dosis: 2 dosis, berselang 2 minggu
- Penyimpanan: lemari pendingin (refrigerator)