Satu dari beberapa kelainan tulang belakang yang mungkin familier bagi Anda adalah skoliosis. Kondisi ini bisa terjadi di usia berapa pun dan biasanya cukup mengganggu. Seperti apa gejalanya dan bagaimana perawatannya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa itu penyakit skoliosis?
Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang ditandai dengan tulang belakang melengkung ke arah samping, yaitu di atas 10 derajat pada gambaran X-ray.
Jika diperhatikan tulang belakang akan membentuk huruf “S” atau “C”.
Kebanyakan kasus gangguan muskuloskeletal ini tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, lengkungan tulang punggung berpotensi memburuk.
Skoliosis yang menyebabkan lengkungan badan yang cukup parah dapat memengaruhi kinerja organ vital di sekitarnya.
Jenis-jenis skoliosis
Penyakit skoliosis dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
1. Skoliosis kongenital
Skoliosis kongenital merupakan kelainan tulang belakang yang disebabkan oleh gangguan perkembangan tulang belakang sejak janin masih dalam kandungan.
Ini ditandai dengan adanya ketidaksempurnaan pada pembentukkan tulang belakang atau antar ruas tulang belakang saling menyatu.
Tipe skoliosis ini sudah terjadi sejak bayi baru lahir dan kasusnya cenderung lebih sulit ditangani secara medis dibandingkan skoliosis idiopatik
2. Skoliosis idiopatik
Skoliosis idiopatik adalah skoliosis yang penyebabnya masih belum diketahui secara jelas dan tidak ada penyakit lain yang mendasari terjadinya skoliosis.
Ini merupakan kasus skoliosis yang paling banyak terjadi dan umumnya dialami usia pertumbuhan, yaitu 10—18 tahun.
3. Skoliosis degeneratif
Skoliosis degeneratif umumnya muncul di usia 40—50 tahun atau seringnya pada orang dewasa yang pernah mengalami skoliosis sebelumnya.
Jenis ini terjadi karena proses penuaan pada sendi-sendi dan ligamen tulang belakang seiring dengan bertambahnya usia.
Jenis skoliosis ini terjadi karena proses penuaan pada sendi-sendi dan ligamen-ligamen tulang belakang seiring dengan bertambahnya usia. Osteoporosis (pengeroposan tulang) juga turut berperan menyebabkan tulang belakang dapat bengkok.
4. Skoliosis neuromuskular
Skoliosis neuromuskular terjadi karena badan tidak mampu mempertahankan tonus dan postur akibat kelainan pada sistem saraf dan otot.
Jenis kelainan tulang belakang ini disebabkan oleh kelainan pada sistem saraf atau sistem otot. Biasanya, berkaitan dengan penyakit cerebral palsy dan spina bifida.
5. Skoliosis sindromik
Kelainan tulang belakang tipe ini terjadi akibat adanya sindrom yang dimiliki seseorang, seperti gangguan jaringan ikat (sindrom Marfan dan Ehlers-Danlos), trisomi 21, Prada-Willi, sindrom Retts, dan sindrom Beale.
Seberapa umumkah penyakit ini?
Penyakit skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang cukup umum terjadi. Gangguan pada sistem rangka, terutama pada tulang belakang jenis ini dapat menyerang segala usia.
Bayi yang baru lahir, anak dalam masa pertumbuhan, orang dewasa, hingga lansia bisa mengalami kondisi ini..
Tanda dan gejala skoliosis
Pada kasus ringan, skoliosis kadang tidak menimbulkan gejala. Namun, gejala bisa diamati oleh orang lain lewat tampilan fisik Anda yang berubah.
Beberapa gejala atau ciri-ciri skoliosis tersebut adalah sebagai berikut.
- Bahu miring.
- Pinggang kiri dan kanan tidak sejajar.
- Satu pinggul lebih tinggi dari pinggul lain saat berdiri tegak.
- Adanya tonjolan tulang belikat pada satu sisi tubuh.
- Satu kaki memiliki panjang yang berbeda saat berdiri tegak.
- Posisi kepala tidak berada tepat di tengah pundak.
- Hampir 23% orang yang menderita skoliosis dapat mengeluhkan nyeri punggung.
Kapan harus periksa ke dokter?
Jika Anda mengalami
gejala skoliosis, berupa kelainan tulang belakang berbentuk S atau C, seperti yang disebutkan di atas, segera periksa ke dokter. Pada kasus ringan, Anda mungkin tidak menyadari gejala. Akan tetapi, orang lain bisa melihat gejalanya dari tampilan fisik Anda.
Penyebab skoliosis
Sebagian besar kasus yang ditemukan adalah skoliosis idiopatik dengan penyebab skoliosis yang masih belum diketahui secara jelas. Namun, peneliti menyebutkan jika ada kemungkinan penyakit ini diturunkan dalam keluarga.
Sementara itu, penyebab skoliosis yang kurang umum adalah berikut ini.
1. Kondisi neuromuskuler
Kondisi yang menandakan adanya gangguan fungsi saraf dan otot, seperti distrofi otot atau cerebral palsy.
2. Cacat bawaan lahir
Kondisi ini menandakan perkembangan tulang belakang yang tidak sempurna saat janin berada di dalam kandungan.
3. Cedera atau infeksi pada tulang belakang
Terjatuh dari tempat tinggi, kecelakan, tertimpa benda berat di punggung, atau infeksi pada tulang belakang bisa menimbulkan cedera tulang dan perubahan bentuk pada tulang belakang sehingga menjadi skoliosis.
4. Osteoporosis
Osteoporosis tak hanya dapat membuat tulang belakang jadi mudah patah, tapi juga menambah derajat kelengkungan tulang belakang.
Faktor-faktor risiko skoliosis
Selain penyebab, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kelainan tulang belakang. Dilansir dari Mayo Clinic, faktor risiko dari penyakit skoliosis adalah berikut ini.
- Mendekati masa pubertas.
- Berjenis kelamin perempuan.
- Riwayat skoliosis dalam keluarga.
Komplikasi skoliosis
Kelainan tulang belakang yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi. Bahaya komplikasi akibat skoliosis yang umumnya terjadi adalah sebagai berikut ini.
1. Sesak napas
Pada kasus skoliosis yang berat, semakin besar derajat kelengkungan skoliosis, akan membuat volume rongga dada di satu sisi menjadi lebih sempit.
Akibatnya, kapasitas paru-paru juga akan menurun dan muncul gejala gangguan pada sistem pernapasan, seperti sesak nafas atau mudah lelah ketika beraktivitas.
2. Masalah punggung
Beberapa pasien dengan skoliosis dapat mengeluhkan sakit punggung. Hal ini dapat mengganggu berbagai aktivitas, bahkan tidur.
3. Penampilan buruk
Apabila kondisi penderita semakin memburuk akan terjadi perubahan-perubahan fisik yang cukup jelas.
Perubahan fisik tersebut seperti bahu atau pinggang yang tidak rata, tulang rusuk menonjol, atau pinggang miring ke salah satu sisi.
Diagnosis skoliosis
Dalam mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan X-ray untuk melihat apakah tulang belakang Anda mengalami kelainan.
Pemeriksaan lainnya biasanya tidak diperlukan kecuali ada indikasi tertentu.
1. Pemeriksaan fisik
Dokter akan mengecek punggung Anda ketika Anda sedang dalam posisi berdiri tegak.
Dari posisi berdiri tersebut, dokter dapat mengetahui apakah ada lengkungan pada tulang belakang, serta apakah bahu dan pinggang Anda berada dalam posisi yang simetris atau tidak.
Setelah itu, dokter mungkin akan meminta Anda untuk membungkuk, sehingga dokter dapat mengecek apakah ada punuk di satu sisi baik di bagian punggung maupun pinggang.
2. Tes pencitraan
Tes pencitraan atau pengambilan gambar akan membantu dokter melihat struktur tulang belakang Anda dengan jelas.
Berikut adalah jenis-jenis tes pencitraan yang direkomendasikan.
- X-ray dalam posisi berdiri. Sinar radiasi akan menghasilkan gambar struktur tulang belakang Anda. Dari hasil x-ray, dokter dapat melihat tipe kurva skoliosis Anda dan dokter akan mengukur derajat kurva dengan metode Cobb untuk melihat derajat keparahan skoliosis.
- MRI. Tes ini menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar detail mengenai tulang belakang serta jaringan-jaringan yang berada di sekelilingnya.
- CT scan. Gambar tulang belakang akan diambil dari berbagai sudut dengan menggunakan teknik x-ray. Dengan CT scan, gambar yang dihasilkan adalah berupa foto 3 dimensi.
- Bone scan. Tes scan tulang menggunakan cairan radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh Anda. Cairan ini kemudian akan dideteksi dengan alat tertentu untuk melihat adanya peningkatan sirkulasi darah, yang menunjukkan kelainan pada tulang belakang.
Pemeriksaan seperti MRI, CT scan, dan bone scan tidak rutin dilakukan kecuali ada indikasi tertentu.
Pengobatan skoliosis
Cara mengobati penyakit skoliosis yang umumnya dilakukan adalah berikut ini.
1. Minum obat pereda nyeri
Beberapa pasien dengan skoliosis bisa mengeluhkan nyeri pada punggung, terutama pasien dewasa.
Bagi Anda yang mengalami gejala nyeri pada punggung, dokter mungkin meresepkan obat pereda nyeri, seperti acetaminophen atau ibuprofen, untuk meredakan gejala tersebut.
2. Terapi bracing
Terapi bracing adalah salah satu cara untuk mengobati skoliosis. Bracing sendiri adalah alat penyangga tulang belakang yang berfungsi untuk mengoreksi kemiringan tulang pada skoliosis.
Jika masih dalam usia pertumbuhan, brace dapat membantu mengurangi derajat kelengkungan skoliosis dan mencegah agar tidak bertambah parah.
Jenis brace untuk skoliosis yang umumnya digunakan adalah tipe hard brace, yakni terbuat dari plastik khusus dan brace tersebut didesain khusus sesuai dengan tubuh pasien.
Waktu pemakaian brace akan ditentukan oleh dokter. Efektivitas brace akan meningkat seiring dengan jumlah jam pemakaiannya.
Anak-anak yang memakai alat ini biasanya tetap dapat menjalani aktivitas seperti biasa meski ada sedikit keterbatasan.
Penggunaan brace biasanya dihentikan setelah melewati usia pertumbuhan, yaitu saat tulang sudah berhenti tubuh sekitar usia 16—17 tahun. Namun, tetap disesuaikan dengan anjuran dari dokter.
3. Operasi tulang belakang
Cara mengobati dan penyembuhan skoliosis ringan kerap kali dilakukan tanpa operasi.
Tindakan operasi hanya dilakukan jika kasusnya cukup parah ketika derajat skoliosis membesar dengan cepat walaupun sudah dilakukan terapi konservatif yang adekuat. Biasanya, operasi dilakukan setelah selesai masa pertumbuhan.
Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi kelainan tulang belakang ini adalah spinal fusion atau fusi tulang belakang.
Ahli bedah akan menyejajarkan tulang belakang dan menyatukan dengan plat agar menjadi lebih tegak. Operasi ini dapat dilakukan dengan atau tanpa dekompresi, sesuai ada tidaknya gejala penekanan pada saraf.
Komplikasi dari operasi antara lain perdarahan, infeksi, nyeri, atau kerusakan saraf. Operasi ini termasuk operasi yang cukup besar dan membutuhkan proses penyembuhan dan rehabilitasi yang panjang, yaitu sekitar 1 tahun.
Perlu Anda ketahui
Pada usia anak, tulang masih bertumbuh sehingga masih ada kesempatan untuk mengkoreksi tulang belakangnya. Jadi, tujuan pengobatan
skoliosis pada anak adalah mencegah perburukan, mengurangi derajat kelengkungan skoliosis, dan memperbaiki postur tubuh.
Sementara pada usia dewasa, karena sudah melewati masa pertumbuhan, maka pengobatannya lebih bertujuan untuk mengurangi gejala nyeri dan memperbaiki postur tubuh.
Perawatan rumahan skoliosis
Selain pengobatan dokter, cara mengatasi penyakit skoliosis juga perlu dilakukan lewat pengobatan rumahan, di antaranya berikut ini.
1. Ikuti latihan fisik
Olahraga yang aman untuk skoliosis meliputi olahraga low-impact, seperti seperti berenang atau bersepeda.
Jenis olahraga ini berfungsi membantu untuk melatih kekuatan otot tubuh khususnya otot punggung, sehingga dapat menopang tulang belakang dengan lebih baik dan melatih otot-otot pernapasan.
Olahraga yang sebaiknya dihindari untuk penderita skoliosis adalah olahraga yang memberi tekanan besar pada tulang belakang, melibatkan gerakan hiperekstensi (back-bending) tulang belakang bagian tengah, dan membebani tulang belakang secara tidak seimbang.
Hal ini justru dapat menyebabkan kelengkungan tulang belakang semakin bertambah.
2. Jauhi pantangan
Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan yang menyehatkan tulang, seperti sayur, buah-buahan, kacang-kacangan, ikan, dan biji-bijian.
Selain itu, Anda juga harus menghindari makanan pantangan untuk penderita skoliosis, seperti makanan tinggi gula dan lemak atau minuman bersoda dan berakohol.
3. Tidur dengan posisi yang sesuai
Posisi tidur yang baik untuk penderita skoliosis adalah yang paling menurut Anda nyaman.
Namun, Anda harus menghindari posisi tidur tengkurap dan posisi tidur yang meringkuk. Usahakan tidur dengan posisi telentang atau menyamping.
4. Kompres air hangat
Jika penggunaan obat pereda nyeri menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan, Anda bisa mengurangi rasa nyeri dengan menempelkan kompres air hangat pada area punggung yang nyeri.
Tempelkan kompres tersebut setiap kali punggung terasa sakit. Setiap menempelkan kompres, tidak boleh lebih dari 15 menit guna menghindari masalah pada permukaan kulit terluar karena paparan panas.
Pencegahan skoliosis
Kebanyakan kasus penyakit skoliosis tidak dapat dicegah karena ini berhubungan dengan cacat bawaan lahir dan masalah genetik. Kecuali, jika penyebab yang mendasarinya adalah penyakit osteoporosis.
Menghindari skoliosis yang terkait dengan osteoporosis dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan osteoporosis, seperti berikut.
- Meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D pada makanan, seperti sayuran hijau, ikan, telur, daging merah serta susu dan yogurt yang difortifikasi dengan vitamin D.
- Berolahraga secara rutin, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi alkohol.
- Jika berisiko mengalami pengeroposan tulang, konsumsi obat pembangun tulang bisa jadi pertimbangan.
Sejauh ini, memperbaiki postur tubuh belum terbukti ampuh sebagai cara mencegah penyakit skoliosis.
Namun, Anda tetap harus membiasakan diri untuk duduk dengan posisi yang benar untuk mencegah masalah tulang belakang lainnya.
[embed-health-tool-bmi]