Hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala yang berarti. Oleh sebab itu, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka punya darah tinggi. Padahal, bila dibiarkan dan tidak segera diatasi, bisa muncul komplikasi hipertensi yang berdampak serius bagi kesehatan tubuh.
Komplikasi hipertensi yang harus diwaspadai
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Jika dibiarkan begitu saja, hipertensi bisa merusak pembuluh darah dan mengganggu aliran darah ke organ tubuh.
Kondisi ini dapat memengaruhi kerja organ tubuh, seperti jantung, ginjal, atau otak. Bukan tidak mungkin, komplikasi akibat tekanan darah tinggi bisa mengancam nyawa.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang harus diwaspadai bila Anda mengidap hipertensi.
1. Aterosklerosis
Saat pembuluh arteri rusak akibat darah tinggi, lemak lebih rentan menumpuk di dalamnya. Ini bisa memicu timbunan lemak atau plak yang membuat arteri menyempit dan kaku.
Penyempitan pembuluh arteri atau aterosklerosis membuat darah yang membawa oksigen dan nutrisi tidak bisa mencapai organ tubuh, seperti jantung, otak, dan ginjal.
Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat menyebabkan masalah serius, seperti penyakit jantung koroner, stroke, hingga gagal ginjal.
2. Aneurisma
Hipertensi bisa menyebabkan pembuluh darah melemah dan membentuk tonjolan yang disebut aneurisma. Kondisi ini tidak bergejala dan bisa menjadi “bom waktu” di dalam tubuh.
Saat aneurisma terus membesar dan akhirnya pecah, ini bisa menimbulkan perdarahan dalam yang mengancam nyawa.
Aneurisma bisa terbentuk di pembuluh arteri mana pun. Namun, kondisi ini paling sering timbul di aorta atau pembuluh arteri terbesar di dalam tubuh.
3. Penyakit arteri perifer
Aterosklerosis akibat darah tinggi juga dapat mempersempit arteri perifer, yaitu pembuluh arteri di kaki, lengan, perut, dan kepala. Kondisi ini disebut dengan penyakit arteri perifer.
Penyakit arteri perifer paling sering memengaruhi arteri di kaki. Akibatnya, Anda mungkin dapat merasakan kram, nyeri, atau mudah kelelahan saat berjalan.
4. Penyakit arteri koroner
Pembuluh darah yang rusak dan menyempit akibat hipertensi bisa menghambat aliran darah ke jantung. Inilah awal dari penyakit arteri koroner.
Penyakit arteri koroner menyebabkan suplai darah menuju otot jantung terganggu. Tanpa suplai darah yang memadai, jantung tidak mampu bekerja dengan baik.
Lalu, kondisi ini akan menyebabkan nyeri dada (angina), detak jantung tidak beraturan (aritmia), dan bahkan serangan jantung.
5. Hipertrofi ventrikel kiri
Saat tekanan darah tinggi memaksa jantung bekerja ekstra, bagian ventrikel atau bilik kiri dapat menebal dan membesar. Kondisi ini disebut hipertrofi ventrikel kiri.
Kondisi ini membuat jantung perlu memompa darah lebih keras guna memenuhi suplai darah ke seluruh tubuh. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa memicu serangan jantung dan gagal jantung.
6. Serangan jantung

Hipertensi bisa menyempitkan arteri koroner dan membatasi aliran darah ke jantung. Jika aliran ini terhenti tiba-tiba, kondisi ini bisa menyebabkan serangan jantung.
Serangan jantung termasuk kondisi darurat. Orang yang terkena serangan jantung memerlukan penanganan medis sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi yang fatal.
Apabila serangan terjadi, Anda biasanya merasakan gejala seperti nyeri dada yang menjalar ke rahang, sesak napas, mual, keringat dingin, dan pusing.
7. Gagal jantung
Komplikasi hipertensi lainnya adalah gagal jantung. Kondisi ini terjadi saat jantung tidak mampu memberikan pasokan darah yang memadai ke organ dan jaringan tubuh.
Dikutip dari American Heart Association, gagal jantung terjadi karena tekanan darah tinggi akan membuat pembuluh arteri menyempit. Ini membuat darah sulit mengalir ke seluruh tubuh.
Gagal jantung juga memaksa jantung bekerja lebih keras. Hal ini bisa memicu munculnya gejala seperti sesak napas, kelelahan ekstrem, dan bengkak di kaki.
8. Glomerulosklerosis
Komplikasi darah tinggi yang dapat terjadi pada ginjal adalah glomerulosklerosis. Ini merupakan luka pada glomerulus, yaitu pembuluh-pembuluh darah kecil yang terdapat di ginjal.
Glomerulus berfungsi untuk menyaring limbah dari darah. Apabila luka makin parah, ginjal akan kehilangan kemampuannya untuk menyaring darah dengan baik.
Dengan demikian, glomerulosklerosis menjadi salah satu pemicu utama terjadinya gagal ginjal.
9. Aneurisma arteri ginjal
Aneurisma juga dapat terbentuk pada dinding pembuluh darah di ginjal. Jika aneurisma timbul di arteri menuju ginjal, kondisi ini disebut dengan aneurisma arteri ginjal.
Aneurisma arteri ginjal juga terjadi akibat aterosklerosis, yang salah satu penyebabnya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.
10. Penyakit ginjal kronis
Hipertensi menghambat kerja ginjal dalam menyaring cairan dan limbah. Ini akan menimbulkan penyakit ginjal kronis yang ditandai dengan hilangnya fungsi ginjal secara bertahap.
Di tahap awal, penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease) hanya menimbulkan gejala ringan.
Gejala yang dirasakan makin kuat sejalan dengan kerusakan ginjal. Saat makin parah, penyakit ginjal kronis dapat berkembang menjadi gagal ginjal atau end-stage renal disease (ESRD).
11. Gagal ginjal

Komplikasi pada ginjal akibat tensi tinggi lainnya adalah gagal ginjal. Menurut American Kidney Fund, gagal ginjal terjadi ketika ginjal sudah tidak mampu bekerja dengan baik.
Pada orang yang mengalami gagal ginjal atau end-stage renal disease (ESRD), ginjalnya sudah rusak sehingga tidak bisa lagi menyaring cairan dan limbah dari darah.
Seiring berjalannya waktu, cairan akan menumpuk di dalam tubuh. Pengidap gagal ginjal harus menjalani prosedur cuci darah (dialisis) atau transplantasi ginjal agar bisa bertahan hidup.
12. Kebutaan
Pembuluh darah mata juga bisa menyempit dan menebal akibat darah tinggi. Jika hal ini terjadi, aliran darah ke mata akan menjadi terbatas.
Kurangnya aliran darah ke retina bisa menyebabkan penglihatan kabur. Bahkan, kondisi ini bisa memicu kebutaan atau kehilangan penglihatan total. Kondisi ini disebut retinopati hipertensi.
Selain itu, kebutaan pada pengidap hipertensi bisa terjadi karena adanya penumpukan cairan di bawah retina (koroidopati) atau kerusakan saraf (neuropati optik).
13. Stroke
Hipertensi adalah penyebab utama stroke. Saat tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah di otak bisa sewaktu-waktu tersumbat atau bahkan pecah.
Suplai oksigen yang berkurang ke otak akan membuat sel-sel otak mati secara perlahan. Gejala stroke sering muncul tiba-tiba, seperti mati rasa pada wajah dan kesulitan berbicara.
Penanganan cepat sangat penting untuk mengurangi dampak fatal dari stroke. Pasalnya, stroke bisa menyebabkan kelumpuhan, gangguan bicara, hingga kematian.
14. Transient ischemic attack
Transient ischemic attack (TIA) merupakan “peringatan” stroke. Kondisi yang kerap juga disebut stroke ringan ini terjadi ketika aliran darah ke otak tersumbat sementara.
Walau gejalanya mirip stroke, seperti kesemutan, pusing, atau sulit bicara, TIA umumnya hilang dalam beberapa hitungan menit hingga jam.
15. Demensia
Menurut Alzheimer’s Society, orang yang mengidap tekanan darah tinggi pada usia paruh baya (40–64 tahun) lebih mungkin mengembangkan demensia di kemudian hari.
Demensia merupakan sekumpulan gejala yang memengaruhi fungsi kognitif otak. Ini membuat pengidapnya hilang ingatan, kebingungan, dan sulit berbicara.
Kondisi yang muncul sebagai komplikasi hipertensi umumnya bersifat progresif. Artinya, gejala demensia akan memburuk seiring berjalannya waktu.
16. Sindrom metabolik

Hipertensi ialah salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik. Kumpulan kelainan metabolisme tubuh ini ditandai dengan kadar gula darah tinggi, kolesterol tinggi, dan obesitas sentral.
Kombinasi ini meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan stroke. Perubahan pola hidup sehat perlu dilakukan untuk mencegah risiko tersebut.
17. Disfungsi seksual
Seiring bertambahnya usia, kerusakan dinding pembuluh darah akibat tekanan darah tinggi bisa memengaruhi fungsi organ reproduksi pria dan wanita.
Hipertensi pada pria dapat menyebabkan impotensi atau disfungsi ereksi. Sementara itu, wanita dengan darah tinggi lebih mungkin untuk mengalami penurunan gairah seksual.
Komplikasi hipertensi dapat dicegah melalui pola hidup sehat, seperti melakukan diet hipertensi, olahraga rutin, berhenti merokok dan minum alkohol, serta mengelola stres dengan baik.
Jika perlu, dokter dapat memberikan obat darah tinggi untuk mengontrol tekanan darah. Jangan lupa untuk berkonsultasi dengan dokter tentang perkembangan kesehatan Anda.
Kesimpulan
- Hipertensi yang tidak terkontrol dapat mengganggu berbagai organ vital, seperti jantung, otak, ginjal, mata, hingga sistem reproduksi.
- Komplikasi darah tinggi mencakup penyakit serius, seperti stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal, yang berpotensi mengancam nyawa pengidapnya.
- Pencegahan komplikasi ini bisa dilakukan dengan gaya hidup sehat serta konsumsi obat darah tinggi sesuai anjuran dokter.
[embed-health-tool-heart-rate]