backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

4

Tanya Dokter
Simpan

5 Jenis Penyakit yang Membuat Perut Besar dan Keras

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    5 Jenis Penyakit yang Membuat Perut Besar dan Keras

    Sebagian orang mungkin merasa kurang percaya diri bila punya perut buncit. Tak hanya karena pola hidup kurang sehat, perut buncit juga bisa disebabkan oleh beragam penyakit. Lantas, kondisi perut besar dan keras ini tanda penyakit apa? Berikut ini penjelasannya.

    Penyakit apa saja yang menyebabkan perut besar dan keras?

    Selain disebabkan penumpukan lemak akibat gaya hidup tidak sehat, terdapat berbagai jenis penyakit yang bisa menjadi penyebab perut buncit.

    Berikut ini ialah beberapa penyakit serius yang bisa membuat perut Anda besar dan keras.

    1. Busung lapar

    perbedaan marasmus dan kwashiorkor

    Salah satu penyakit penyebab perut buncit ialah busung lapar, terutama dari jenis kwashiorkor. Penyakit ini terjadi akibat kekurangan asupan protein yang parah. 

    Tubuh yang sangat kurus menjadi ciri khas pada orang dengan busung lapar. Akan tetapi, ada beberapa bagian tubuh yang mengalami pembengkakan, termasuk perut yang tampak besar.

    Kwashiorkor biasanya menimpa bayi dan anak-anak setelah disapih. Kondisi ini banyak dialami oleh mereka yang tinggal di kawasan pedalaman Afrika.

    Selain itu, kasus busung lapar juga masih ditemukan di Indonesia, terutama di daerah yang tidak memiliki pelayanan kesehatan yang memadai.

    2. Gangguan hati

    Berbagai gangguan pada hati, seperti penyakit liver, sirosis hati, dan hepatitis bisa membuat perut besar dan keras akibat penumpukan cairan di dalamnya.

    Gangguan hati bisa menyebabkan fungsi alat eksresi pada tubuh manusia ini terganggu. Salah satu akibatnya ialah tubuh tidak bisa mengeluarkan garam melalui urine.

    Akibatnya, terjadi peningkatan kadar garam dalam tubuh sehingga membuat cairan menumpuk pada perut. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai asites.

    Menurut American College of Gastroenterology, asites umumnya menandakan penyakit hati serius. Orang dengan perut besar dan buncit akibat penyakit hati disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter spesialis hati.

    3. Penyakit ginjal

    Gastropatik diabetik komplikasi diabetes

    Gangguan kesehatan lainnya yang ditandai dengan perut buncit dan bengkak ialah penyakit ginjal. Sama seperti hati, ginjal merupakan alat ekskresi untuk  mengeluarkan sisa metabolisme.

    Organ ekskresi yang sudah terganggu fungsinya akan menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Hal ini bisa menyebabkan pembengkakan pada bagian kaki, tangan dan perut. 

    Jika ginjal sudah tidak lagi berfungsi dengan baik, cairan yang menumpuk pada tubuh perlu dikeluarkan melalui prosedur cuci darah (dialisis).

    4. Diabetes

    Pengidap diabetes memiliki kadar gula yang tinggi dalam tubuhnya. Kelebihan gula ini mungkin disimpan dalam bentuk lemak dan menumpuk pada area perut.

    Apabila tidak ditangani dengan baik, diabetes melitus juga dapat memicu berbagai komplikasi pada saluran pencernaan yang disebut sebagai gastropati diabetik.

    Sebuah studi dalam Journal of Diabetes Science and Technology (2010) menyebutkan salah satu gangguan yang sering terjadi akibat komplikasi diabetes ini ialah gastroparesis. 

    Gastroparesis merupakan gangguan kontraksi saluran pencernaan yang menyebabkan makanan sulit dikeluarkan dari lambung. Kondisi ini bisa membuat perut terasa penuh, buncit, dan keras.

    5. Kanker lambung stadium akhir

    Perut besar juga dapat menjadi tanda kanker lambung stadium akhir. Pertumbuhan sel kanker pada lambung umumnya menyebabkan pembengkakan pada perut bagian atas.

    Saat stadium kanker lambung telah mencapai stadium IV, sel kanker telah menyebar makin jauh ke organ tubuh lain, mulai dari hati, paru-paru, dan jaringan yang melapisi perut.

    Kondisi ini juga akan memperparah penumpukan cairan dalam perut. Salah satu metode untuk mengeluarkan cairan tersebut yakni dengan menyedotnya.

    Tak cukup dengan itu, pasien kanker juga perlu menjalani pengobatan kanker lainnya, meliputi kemoterapi dan terapi radiasi untuk membunuh sel kanker di dalam tubuh.

    Seperti apa ciri perut buncit karena penyakit?

    penyebab perut buncit

    Penumpukan lemak yang terpusat pada bagian perut bisa menyebabkan perut buncit. Kondisi ini juga disebut sebagai obesitas perut atau obesitas sentral.

    Sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah perut buncit Anda berbahaya atau tidak, coba ukurlah lingkar pinggang. Ini berguna untuk mengetahui risiko obesitas perut. 

    Anda dapat menggunakan meteran yang dilingkarkan pada perut Anda. Posisikan meteran itu sejajar dengan ujung tulang panggul dan pusar Anda.

    Pria dinyatakan mengalami obesitas perut bila lingkar pinggang melebihi 90 cm. Sementara itu, wanita mengalami kondisi ini bila ukuran lingkar pinggang di atas 80 cm.

    Perut buncit pada dasarnya dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk kolesterol tinggi, hipertensi, hingga gangguan kardiovaskular.

    Meski biasanya perut buncit disebabkan kebiasaan yang tidak sehat, terdapat juga ciri perut buncit dan keras karena penyakit serius yang bisa membahayakan kesehatan Anda. 

    Anda bisa mencegah penyakit penyebab perut buncit dengan pola hidup sehat, terutama dengan konsumsi makanan bergizi seimbang dan berolahraga rutin.

    Penting untuk segera konsultasi dengan dokter bila gejala perut besar dan keras memburuk. Dengan begitu, Anda dapat mengetahui diagnosis dan perawatan yang tepat.

    Kapan harus periksa ke dokter?

    Segera periksa ke dokter bila perut tampak besar dan buncit selama beberapa hari dan disertai gejala penyakit lain, seperti:
    • sulit bernapas,
    • sakit perut parah,
    • feses berdarah,
    • mual dan muntah terus-menerus,
    • kulit dan mata menguning (jaundice), dan
    • penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan