Sebab, kista berkembang dari folikel berisi sel-sel telur yang sebulan sekali akan pecah atau mengalami peluruhan karena tidak dibuahi. Folikel yang gagal pecah lama-kelamaan akan membentuk kista.
Kista ovarium pada umumnya bisa hilang sendiri dan tidak menimbulkan gejala. Dokter juga dapat meresepkan pil KB untuk mengempiskan kista sekaligus mengurangi risiko pembentukan kista baru.
Namun pada beberapa kasus, kista bisa makin membesar sehingga menyebabkan keluhan seperti nyeri perut, kembung, dan pembengkakan perut. Bila kondisi Anda tidak makin membaik dan ukuran kista makin membesar, dokter akan menyarankan Anda untuk menjalani operasi kista ovarium.
Ada dua jenis operasi kista ovarium
Operasi kista ovarium harus dilakukan ketika benjolan kista tidak hilang dan terus membesar. Operasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi atau mencegah berkembangnya kista menjadi kanker.
Ada dua jenis operasi untuk kista ovarium, yaitu laparoskopi dan laparotomi. Laparoskopi adalah prosedur pemotongan kista dengan sebuah alat khusus berbentuk selang elastis yang dimasukkan lewat sayatan kecil pada perut. Sementara itu, sayatan yang dibuat oleh dokter selama prosedur laparotomi biasanya akan lebih besar dan dalam untuk memudahkan akses ketika mengangkat kista tersebut. Yang manapun prosedur yang Anda jalani, kemudian sayatan akan ditutup dengan jahitan.
Apakah operasi kista ovarium juga perlu mengangkat rahim?
Dilansir dari NHS Choice, operasi kista ovarium yang dilakukan dengan teknik laparoskopi tidak membutuhkan angkat rahim karena bertujuan hanya untuk mengangkat kistanya saja. Namun pada beberapa kasus, operasi mengharuskan dokter mengangkat salah satu indung telur sehingga hanya tersisa satu indung telur saja. Indung telur yang tersisa masih bisa melepaskan hormon estrogen dan progesteron serta memproduksi sel telur secara normal. Hanya saja, konsekuensinya Anda kemungkinan akan lebih sulit hamil.