Masalah hormonal: kista fungsional dapat muncul karena masalah hormonal atau obat-obatan pemicu ovulasi. Endometriosis: wanita dengan endometriosis dapat menderita kista ovarium. Kehamilan: biasanya, pada kehamilan awal, sepasang kista ovarium dapat muncul secara alami untuk mendukung janin hingga cairan amnion terbentuk. Meski begitu, kista dapat bertahan hingga akhir kehamilan. Infeksi panggul: infeksi ini dapat menyebar ke ovarium dan tuba falopi menyebabkan kista ovarium. Faktor-faktor risiko
Apa saja faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko saya untuk terkena kista ovarium?
Kista ovarium adalah penyakit yang dapat terjadi pada hampir setiap orang, tidak memandang berapa usia dan apa kelompok rasnya. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengalami kondisi ini.
Penting untuk Anda ketahui bahwa memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti Anda pasti akan terkena suatu penyakit atau kondisi kesehatan.
Dalam beberapa kasus, tidak menutup kemungkinan seseorang dapat terkena penyakit atau kondisi kesehatan tertentu tanpa adanya satu pun faktor risiko.
Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat memicu munculnya kista di dalam ovarium Anda:
1. Usia
Kista lebih banyak ditemukan pada pasien berusia dewasa awal, yaitu 30-54 tahun. Namun, tidak jarang pula kondisi ini ditemukan pada pasien remaja.
Selain itu, wanita yang akan memasuki masa menopause (pramenopause) juga lebih rentan mengalami kondisi ini.
2. Memiliki masalah hormon
Apabila tubuh memiliki gangguan hormonal, hal tersebut dapat memengaruhi produksi sel-sel telur di dalam ovarium Anda. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko mengembangkan kista di dalam ovarium.
3. Kehamilan
Terkadang, kista yang terbentuk saat Anda berovulasi atau memproduksi sel telur akan terus ada selama masa kehamilan Anda, terutama ketika kehamilan memasuki trimester kedua dan kadar hCG di dalam tubuh meningkat.
4. Menjalani pengobatan kesuburan
Beberapa pasien yang menjalani pengobatan untuk mengatasi kesuburan, seperti obat-obatan gonadotropin dan letrozole, dapat merangsang pertumbuhan kista di dalam indung telur.
5. Menderita hipotiroidisme
Karena hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid (TSH) memiliki bentuk yang menyerupai hCG, kondisi hipotiroidisme kemungkinan berpotensi memicu pertumbuhan kista.
6. Menjalani pengobatan kanker payudara
Jika Anda pernah atau sedang menderita kanker payudara dan menjalani pengobatan seperti Tamoxifen (Soltamox), Anda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kondisi ini.
7. Merokok
Risiko terkena kista jenis fungsional dapat meningkat apabila Anda merupakan perokok aktif. Selain itu, kondisi ini juga dapat diperparah apabila Anda mengalami penurunan atau peningkatan indeks massa tubuh yang cukup banyak.
8. Pernah memiliki kista ovarium sebelumnya
Apabila Anda pernah menderita kondisi ini dan sudah disembuhkan, ada kemungkinan kista dapat kembali muncul di lain waktu.
9. Siklus menstruasi tidak teratur
Siklus menstruasi yang tidak teratur berkaitan dengan naik turunnya hormon di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan risiko untuk memiliki kista menjadi lebih tinggi.
Faktor risiko lainnya yang turut berpengaruh adalah:
- Berat badan berlebih atau obesitas
- Bertambahnya usia
- Memiliki anggota keluarga dengan kista ovarium
- Terdapat mutasi genetik
Komplikasi
Apa saja komplikasi kesehatan yang diakibatkan oleh kista ovarium?
Kebanyakan kasus kista ovarium memang tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala yang berarti. Namun, dalam beberapa kasus, terdapat pula kemungkinan kista mengakibatkan komplikasi kesehatan yang serius.
1. Torsi ovarium
Kista yang memiliki ukuran terlalu besar dapat terpelintir atau bergeser dari posisi semula. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa. Beberapa gejala yang biasanya timbul berupa nyeri panggul, mual, dan muntah.
Selain itu, ada pula kemungkinan torsi dapat mengurangi atau menghentikan aliran darah menuju ovarium.
2. Kista pecah dan terjadi pendarahan
Kista yang pecah dapat menimbulkan rasa sakit yang cukup parah, disertai dengan pendarahan dalam. Semakin besar ukuran kistanya, semakin tinggi pula risiko kista untuk pecah.
Aktivitas fisik yang terlalu berat di bagian bawah tubuh, seperti hubungan seksual, juga dapat meningkatkan risiko pecahnya kista.
Diagnosis & pengobatan
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium?
Kista yang terdapat di dalam ovarium Anda dapat ditemukan pada saat tes pemeriksaan panggul. Tergantung pada ukuran, jenis, dan teksturnya, dokter akan merekomendasikan beberapa jenis tes untuk mendiagnosis kista secara lebih akurat.
Selain itu, dengan mendapatkan hasil diagnosis yang tepat, dokter juga dapat memberikan pilihan pengobatan yang sesuai.
1. Tes kehamilan
Dokter akan meminta Anda melakukan tes kehamilan. Jika tes tersebut menunjukkan hasil positif, ada kemungkinan Anda memiliki kista jenis corpus luteum.
2. USG panggul
Dalam tes ini, dokter akan menggunakan alat transducer yang memancarkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar dari rahim dan ovarium Anda.
Melalui USG, dokter dapat menganalisis gambar tersebut untuk melihat adanya kista, letaknya, serta teksturnya.
3. Laparoskopi
Tes ini dilakukan dengan alat bernama laparoskop, sebuah alat kecil dan tipis yang dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan kecil di tubuh Anda. Dokter dapat melihat ovarium Anda, bahkan mengangkat kista melalui prosedur ini.
4. Tes darah CA 125
Beberapa wanita dengan ovarium yang bermasalah, terutama dengan kista yang berpotensi menjadi sel kanker, memiliki protein antigen 125 (CA 125) di dalam darahnya. Dengan tes darah, dokter akan mengecek apakah terdapat antigen tersebut di dalam darah Anda.
Apa saja pilihan pengobatan saya untuk kista ovarium?
Pengobatan tergantung dari apa jenis kista, usia Anda, kondisi kesehatan Anda, serta gejala-gejala yang Anda rasakan.
Sebanyak 90% kista ovarium tidak bersifat kanker dan hanya butuh pengobatan yang sederhana. Kebanyakan kista tidak membutuhkan terapi; biasanya kista akan hilang setelah 8-12 minggu.
Jika kista ovarium sering muncul, dokter akan memberikan Anda obat kontrasepsi oral. Obat tersebut dapat menurunkan risiko kambuhnya kista ovarium. Satu hal yang harus diketahui yaitu obat tidak dapat memperkecil ukuran kista.
Pada kasus yang jarang, pembedahan dibutuhkan jika pasien memiliki:
1. Pengobatan dengan pil KB
Apabila Anda memiliki kista yang cukup sering muncul kembali, dokter akan meresepkan pil KB yang dapat menghentikan ovulasi untuk sementara waktu.
Pil KB juga dapat mencegah pembentukan kista baru, serta mengurangi risiko Anda terkena kanker ovarium.
2. Laparotomi
Apabila kista tidak kunjung hilang, menimbulkan gejala tertentu, serta berukuran lebih dari 5-10 cm, dokter mungkin akan menyarankan Anda menjalani prosedur operasi pengangkatan kista ovarium atau laparotomi.
Tim medis akan melakukan biopsi terlebih dahulu pada kista yang Anda miliki. Jika ternyata terdapat sel kanker di dalam kista, Anda harus menjalani prosedur histerektomi, yaitu pengangkatan ovarium dan rahim.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan-perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kista ovarium?
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi kista ovarium:
- Lakukan kontrol sesuai jadwal untuk melihat perkembangan gejala dan kondisi kesehatan Anda
- Ikuti anjuran dokter, minum obat yang diresepkan, jangan berhenti meminum obat atau mengganti dosis kecuali kalau dokter Anda yang menganjurkan.
- Ketahuilah siklus menstruasi Anda dan beritahu dokter Anda jika ada tanda yang tidak normal.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar