backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Laparoskopi

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 18/04/2023

Laparoskopi

Ketika mendengar kata pembedahan, mungkin yang terlintas di pikiran Anda adalah operasi dengan pembukaan kulit yang besar. Padahal, kini pembedahan juga bisa dilakukan dengan sayatan yang lebih minim, salah satunya melalui prosedur laparoskopi.

Apa itu laparoskopi?

kolesistektomi adalah operasi batu empedu

Laparoskopi (laparoscopy) merupakan sejenis prosedur pembedahan untuk melihat bagian dalam tubuh tanpa harus membuat sayatan besar pada kulit.

Prosedur ini juga dikenal dengan sebutan operasi lubang kunci (keyhole surgery). Berdasarkan tujuannya, prosedur laparoskopi terbagi menjadi dua jenis, yakni diagnostik dan operatif.

Laparoskopi diagnostik dilakukan jika prosedur pemeriksaan sebelumnya tidak memberikan informasi yang cukup untuk membuat diagnosis.

Beberapa kondisi yang umum didiagnosis lewat prosedur ini adalah tumor, perdarahan yang tidak dapat dijelaskan, infeksi, kista, dan kehamilan ektopik.

Sementara itu, laparoskopi operatif biasanya dilakukan sebagai prosedur untuk menangani kelainan yang ada di dalam perut atau panggul.

Untuk melakukan laparoskopi, dokter menggunakan alat berupa tabung tipis yang disebut laparoskop. Tabung laparoskop memiliki lampu dan kamera yang berfungsi untuk menunjukkan tampilan organ dalam.

Nantinya, tabung ini akan dimasukkan ke dalam tubuh Anda melalui sayatan kecil.

Prosedur ini memakan waktu yang lebih sedikit daripada bedah terbuka. Karena sayatan yang dibuat juga lebih kecil, maka pemulihan lukanya bisa lebih cepat.

Kapan laparoskopi perlu dilakukan?

Anda mungkin perlu menjalani prosedur laparoscopy jika: mengalami nyeri parah dan/atau kronis di area perut atau panggul, merasa ada benjolan di perut, memiliki kanker perut (kanker lambung), mengalami periode menstruasi yang lebih berat dan lama dari biasanya, serta sulit hamil.

Risiko laparoskopi yang harus diketahui

Meski termasuk aman, laparoskopi juga bisa menimbulkan risiko komplikasi seperti prosedur medis lainnya. Beberapa komplikasi pascaoperasi yang ringan antara lain:

  • infeksi,
  • perdarahan kecil dan memar di sekitar sayatan, serta
  • mual dan muntah.

Ada pula berbagai komplikasi yang serius, meliputi:

  • kerusakan pada organ seperti usus atau kandung kemih yang menyebabkan hilangnya fungsi organ,
  • kerusakan pada arteri utama,
  • gelembung gas karbon dioksida yang memasuki pembuluh darah,
  • reaksi alergi akibat obat bius (anestesi), serta
  • pembekuan darah pada pembuluh vena yang bisa pecah dan menghalangi aliran darah di paru-paru.

Kendati demikian, Anda tidak perlu terlalu khawatir, sebab komplikasi serius sangat jarang terjadi.

Apa saja persiapan yang harus dilakukan?

perawatan hormon estrogen rendah

Sebelum menjalani laparoscopy, beri tahu dokter mengenai obat-obatan atau suplemen yang sedang Anda konsumsi.

Bila Anda sedang mengonsumsi obat antikoagulan (pengencer darah) seperti aspirin atau warfarin, dokter mungkin akan meminta Anda untuk berhenti meminumnya beberapa hari sebelum prosedur. Ini dilakukan untuk mencegah perdarahan berlebih.

Jangan lupa beri tahu dokter bila Anda memiliki alergi terhadap obat bius atau obat jenis lainnya. Informasi ini penting guna mengantisipasi reaksi alergi dari obat bius yang digunakan.

Kemudian, Anda harus berpuasa sebelum operasi, kira-kira sekitar 8–12 jam. Tergantung pada operasinya, dokter juga bisa saja menyuruh Anda minum obat pencahar yang dapat membersihkan usus sebelum operasi.

Biasanya, pasien dilarang mengemudikan kendaraan setidaknya sampai 24 jam setelah laparoskopi. Oleh karena itu, pastikan ada orang lain yang akan menjemput Anda pulang dari rumah sakit.

Bagaimana prosedur laparoskopi berlangsung?

Prosedur laparoskopi dilakukan saat Anda berada di bawah pengaruh anestesi umum. Sebelum memulai prosedur, dokter memberikan obat bius melalui jalur intravena (IV) atau dengan suntikan pada area yang akan ditangani.

Setelah efek bius muncul, dokter akan mulai membuat sayatan kecil pada tubuh. Kemudian, lewat sayatan itu, dokter memasukkan laparoskop ke dalam tubuh.

Selama prosedur, sejenis gas akan dimasukkan ke dalam perut. Pemberian gas bertujuan untuk membuat perut mengembang sehingga organ lebih mudah dilihat.

Selanjutnya, dokter akan menggerakkan laparoskop di sekitar area tersebut untuk mengamati kelainan atau kondisi apa yang mengenai organ Anda.

Pada prosedur operatif, dokter memperbaiki kelainan tersebut dengan panduan gambar organ tubuh yang ditangkap olej layar komputer.

Bila prosedur sudah selesai, alat bedah dan gas dikeluarkan. Lalu, dokter akan menjahit sayatan bekas laparoskopi.

Sebelum dipindahkan ke kamar rawat inap, Anda harus tinggal di ruang pemulihan terlebih dahulu sekitar satu jam. Pada saat itu, dokter dan petugas kesehatan lainnya akan memantau keadaan Anda.

Bila dari pengamatan tersebut tidak terlihat adanya tanda-tanda komplikasi, Anda akan dibawa ke unit rawat jalan.

Kebanyakan pasien bisa pulang ke rumah sekitar empat jam setelah laparoskopi. Jarang ada pasien yang harus tinggal di rumah sakit semalaman setelah prosedur. Namun, ini tergantung pada jenis laparoskopi yang dilakukan serta kondisi Anda sendiri.

Apa yang harus dilakukan setelah menjalani operasi?

pemeriksaan dokter gastroenterologi

Sebelum Anda pulang ke rumah, dokter akan memberikan informasi mengenai hal apa saja yang bisa membantu pemulihan usai operasi. Ini termasuk perawatan luka pasca prosedur.

Selama masa pemulihan, Anda harus menjaga luka bekas operasi tetap bersih dan kering. Namun, Anda tetap boleh mandi setiap hari, asalkan sesuai dengan petunjuk dokter.

Anda mungkin akan merasakan sakit dari gas karbon dioksida yang masih ada dalam perut. Sakit juga bisa menjalar sampai bahu. Untungnya, rasa sakit ini biasanya berlangsung selama beberapa hari saja.

Agar sakit tak menyiksa, Anda bisa minum obat pereda nyeri yang diberikan oleh dokter. Ingat, obat harus diminum berdasarkan arahan dari dokter. Hal ini penting untuk mencegah risiko perdarahan.

Anda tidak disarankan untuk minum minuman berkarbonasi selama 1–2 hari setelah prosedur. Pasalnya, minuman ini dapat mengganggu pencernaan yang mana akan memperburuk sakit perut.

Nantinya, Anda harus kembali ke rumah sakit untuk melepas jahitan dan staples bedah. Selanjutnya, Anda akan diberikan strip perekat untuk menutupi luka.

Bila Anda masih khawatir dan memiliki pertanyaan seputar operasi laparoskopi, konsultasikan kepada dokter.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 18/04/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan