backup og meta

Amankah Melakukan Tato pada Alat Kelamin?

Amankah Melakukan Tato pada Alat Kelamin?

Pernahkah berpikir memasang tato di alat kelamin Anda? Jika iya, Anda perlu memahami risiko dan cara pencegahannya sebelum memutuskan memasang tato. Pasalnya, risiko yang mungkin terjadi bukan perkara main-main. Bila tertarik melakukan hal ini, simak dulu ulasan lengkapnya, yuk!

Berbagai risiko pakai tato di alat kelamin

Tato tampaknya sudah lebih populer dalam beberapa tahun terakhir.

Seni melukis atau mewarnai tubuh ini menampilkan warna-warna cantik bahkan simbol-simbol yang bermakna bagi tiap pemilik tubuh itu sendiri.

Bagian tubuh yang hendak ditato akan disuntikkan tinta ke bawah lapisan atas kulit Anda.

Artinya, tato mungkin dapat menyebabkan berbagai risiko, termasuk infeksi, seperti yang dijelaskan di bawah ini.

1. Lebih sakit dari tato di bagian tubuh yang lain

ditato meningkatkan kekebalan tubuh

Proses ini dilakukan dengan jarum berisi tinta yang ditusuk sesuai pola yang diinginkan untuk membuat tato.

Pembuatan tato bisa berlangsung selama berjam-jam tergantung pada besar dan tingkat kesulitan tato yang Anda inginkan.

Pada alat kelamin atau kemaluan pria atau wanita, tato mungkin dibuat di area bundel saraf di klitoris dan penis yang berfungsi untuk mengalirkan darah dan membantu proses reproduksi.

Alhasil, kemungkinan tingkat sakit yang Anda rasakan akan lebih parah di bagian kelamin ini daripada memasang tato di bagian tubuh yang lain.

2. Infeksi

infeksi jamur pada penis

Peralatan dan jarum tato yang tidak steril dapat menyebabkan penyakit menular, seperti HIV, hepatitis, dan infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus

Infeksi juga dapat disebabkan oleh tinta tato yang terkontaminasi, bahkan ketika seniman tato telah melakukan prosedur higienis.

Sebenarnya, proses tato yang melibatkan jarum menusuk kulit dan menyuntikkan tinta ke dalam tubuh pasti ada risiko infeksinya.

Ketika Anda ingin membuat tato di area kelamin, risiko infeksi pada kelamin tentu saja ada dan bisa diperburuk oleh kondisi kelamin yang tidak sehat dan peralatan yang kotor.

3. Kerusakan pada kulit

penyakit kelamin paling berbahaya

Tato pada alat kelamin dapat menyebabkan jaringan parut alias bekas luka pada area kulit yang ditato.

Kulit penis dan vagina jauh lebih rapuh dan lebih rentan terhadap jaringan parut daripada bagian kulitnya.

Selain itu, tato di area alat kelamin mungkin dapat membentuk granuloma (peradangan kulit) yang muncul di sekitar tinta tato.

4. Ereksi permanen

ereksi

Bagi pria, jika ingin membuat tato di bagian penis sebaiknya waspada ereksi permanen bisa terjadi ketika darah tidak mampu keluar dari penis.

Tak hanya itu, tato di alat kelamin pria juga dapat menimbulkan pembengkakan yang menyakitkan.

Kerusakan saraf potensial (impotensi) bisa saja Anda alami jika tidak pembengkakan diobati.

Salah satu kasus ereksi permanen terjadi adalah diduga karena jarum yang menembus penis terlalu dalam sehingga tercipta fistula pada penis.

Alhasil, terjadilah ereksi permanen.

5. Komplikasi MRI

yang harus diketahui sebelum melakukan pemeriksaan MRI

Situs The United States Food and Drug Administration menyebutkan ada laporan adanya orang-orang yang pembengkakan atau rasa terbakar di area tato ketika melakukan pencitraan resonansi magnetik (MRI).

Ada juga laporan tentang pigmen tato yang mengganggu kualitas gambar MRI.

Meskipun begitu, Anda tidak perlu terlalu khawatir akan komplikasi atau risiko ini. Pasalnya, pemindaian MRI mungkin lebih berguna untuk kondisi Anda.

Sebagai solusinya, Anda dapat memberi tahu petugas kesehatan tentang tato yang dimiliki sebelum menjalani pemeriksaan MRI.

Cara mengurangi risiko tato di alat kelamin

Sebenarnya sah-sah saja Anda mau membuat tato di bagian tubuh manapun.

Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika memang mau mendapat tato di alat kelamin.

Berikut tips yang dapat Anda lakukan untuk mencegah risiko tato di alat kelamin.

  • Pastikan alat kelamin bersih sebelum dan sesudah proses tato.
  • Bersihkan daerah yang ditato secara teratur dengan antiseptik tanpa kandungan alkohol.
  • Kenakan pakaian dalam longgar untuk menghindari sakit memar pasca tato.
  • Jangan berhubungan seks setidaknya dua minggu setelah tato di alat kelamin. Ketika Anda melakukan hubungan seks, jangan lupa bersihkan kembali.
  • Pilih tattoo artist yang profesional dengan rekam jejak yang baik.
  • Gunakan salep atau lotion pelembab jika alat kelamin Anda gatal, atau berikan kompres es pada luar area yang gatal.

Ingatlah untuk mempertimbangkan keputusan Anda untuk membuat tato di bagian intim secara matang.

Jika merasa nyeri, keluar darah, kemerahan lebih lama dari proses pasca tato, segera hubungi dokter.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Body Art: What You Need to Know before Getting a Tattoo or Piercing | University Health Service. (2021). Retrieved 28 April 2021, from https://uhs.umich.edu//bodyart

Think Before You Ink: Are Tattoos Safe?. (2020). Retrieved 28 April 2021, from https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/think-you-ink-are-tattoos-safe

Penis Piercings, Tattoos + Myths About Sexual Pleasure. (2018). Retrieved 28 April 2021, from https://health.clevelandclinic.org/penis-piercings-tattoos-myths-about-sexual-pleasure/

Think before you ink: Tattoo risks. (2021). Retrieved 28 April 2021, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/adult-health/in-depth/tattoos-and-piercings/art-20045067

Tattoos & Permanent Makeup: Fact Sheet. (2020). Retrieved 28 April 2021, from https://www.fda.gov/cosmetics/cosmetic-products/tattoos-permanent-makeup-fact-sheet

Versi Terbaru

07/07/2021

Ditulis oleh Fajarina Nurin

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

9 Bahaya yang Bisa Terjadi Jika Nekat Bikin Tato di Mata

Tato Alis, Begini Persiapan, Proses, dan Risiko yang Bisa Muncul


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 07/07/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan