Bagaimana cara mengetahui anak mengalami kekerasan atau pelecehan seksual?
Kekerasan atau pelecehan seksual dalam bentuk apapun dapat menimbulkan trauma bagi para korbannya, terutama pada anak remaja.
Banyak orang mengira bahwa pelaku kekerasan atau pelecehan seksual pada anak sudah pasti orang asing yang belum pernah ditemui atau dikenal anak sebelumnya.
Faktanya, pelecehan seksual bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk kerabat terdekat bahwa keluarga inti.
Tekanan yang ia dapat membuatnya tidak berani menceritakan kejadian yang ia alami, bahkan pada Anda sebagai orangtuanya.
Hal ini membuat ia cenderung menarik diri dan menjadi pendiam. Maka dari itu, Anda harus peka dan memerhatikan perubahan perilaku yang mungkin saja terjadi.
Tanda awal dari kekerasan seksual yang terjadi pada anak
Lalu, apa saja tanda dari kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak? Berikut di antaranya:
- Sering mengalami mimpi buruk hingga mengalami masalah tidur.
- Perilaku berubah, misalnya menggunakan mainan atau benda sebagai rangsangan seksual.
- Menjadi sangat tertutup dan pendiam.
- Dalam keadaan marah, emosinya akan sangat meledak dan tak terkendali.
- Menyebutkan kata-kata atau istilah yang tidak pantas.
- Melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.
- Menceritakan teman barunya yang berusia lebih tua dan menyebutkan kalau ia mendapatkan banyak hadiah dari orang tersebut tanpa alasan yang jelas.
- Tiba-tiba merasa ketakutan jika diajak ke suatu tempat tertentu atau ketika bertemu dengan orang lain padahal sebelumnya baik-baik saja.
- Anak mungkin menunjukkan tanda-tanda pemberontakan.
- Anak menjadi tidak nafsu makan.
- Anak mungkin mencoba untuk bunuh diri.
- Sering melamun atau menyendiri, padahal awalnya sangat ceria misalnya.
Jika Anda melihat tanda-tanda ini pada anak, sebaiknya dekati ia dan usahakan untuk membuatnya cerita apa yang terjadi pada dirinya.
Meskipun memang tanda-tanda tersebut bisa saja terjadi ketika ia mengalami hal lain dalam hidupnya.
Seperti ketika menghadapi masalah perceraian orangtua, sedang berduka akibat ada anggota keluarga yang meninggal, atau sekadar memiliki masalah dengan teman.
Namun, tak ada salahnya untuk menggali terus informasi pada anak dan buat ia nyaman agar ia mau menceritakan apa yang dirasakan saat itu.
Selain tanda tersebut, ada beberapa tanda fisik dari kekerasan seksual pada anak yang harus diwaspadai. Biasanya, tanda fisik ini dapat terlihat bila kekerasan seksual cukup parah.
Bahkan, ada kemungkinan telah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga meninggalkan bekas pada tubuh anak.
Tanda fisik akibat kekerasan seksual pada anak
Berikut berbagai tanda fisik akibat kekerasan seksual pada anak:
- Anak merasa sakit, terjadi perdarahan, atau keluar cairan dari kemaluan, anus, atau mulutnya.
- Merasa sakit yang berulang-ulang, setiap ia buang air kecil.
- Menjadi sering mengompol kembali.
- Nyeri atau kesulitan berjalan atau duduk.
- Terdapat darah di pakaian dalamnya.
- Memar di tempat-tempat yang tidak biasa, tanpa alasan jelas.
Dampak kekerasan atau pelecehan seksual pada anak

Kekerasan serta pelecehan seksual terhadap anak remaja tidak hanya berdampak pada masa sekarang.
Namun juga bisa berpotensi bahaya untuk masa depannya. Berikut beberapa dampak yang perlu Anda ketahui:;
Dampak kekerasan terhadap anak pada tumbuh kembangnya
Studi embriologi dan pediatri telah menyatakan bahwa otak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa selama tahap perkembangan awal bayi, anak-anak, juga remaja.
Paparan berulang terhadap kekerasan dan tekanan mental berat dapat memengaruhi respon stres otak, sehingga membuatnya menjadi lebih reaktif dan kurang adaptif.
Penelitian juga telah menemukan bahwa ada kaitan antara kekerasan serta pelecehan pada anak dengan sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari, seperti:
- Perkembangan otak yang terbelakang.
- Ketidakseimbangan antara kemampuan sosial, emosional dan kognitif.
- Gangguan berbahasa yang spesifik.
- Kesulitan dalam penglihatan, bicara dan pendengaran.
- Peningkatan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, penyakit paru kronis, penyakit hati, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi.
- Kebiasaan merokok, ketergantungan alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan.
Dampak kekerasan pada anak terhadap kesehatan mentalnya
Anak-anak yang pernah mengalami kekerasan dan pelecehan seksual cenderung tidak percaya diri dan tidak percaya pada orang dewasa.
Mereka mungkin tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, sehingga mengalami gangguan dalam mengendalikan emosi.
Trauma kekerasan juga pelecehan adalah salah satu faktor risiko dari gangguan kecemasan dan depresi kronis.
Beberapa kemungkinan efek samping kekerasan anak pada kesehatan mental mereka dapat meliputi:
Apa yang bisa dilakukan orangtua jika anak mengalami kekerasan seksual?
Sebagai orangtua yang telah menyadari adanya kekerasan atau pelecehan seksual pada anak, tetap tenang dan tarik napas dalam-dalam.
Jangan sekali-kali menyalahkan anak karena akan membuatnya semakin terpuruk.
Berikut langkah bijak yang sebaiknya dilakukan orangtua:
1. Tetap tenang dan berikan rasa percaya
Anak akan melihat perilaku Anda sebagai isyarat bahwa mereka akan baik-baik saja.
Kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dapat mengubah pandangan anak terhadap dunia, terutama jika terjadi di usia remaja.
Namun, terlepas dari seberapa hancur hati Anda, yakinkan anak bahwa ia akan baik-baik saja. Katakan bahwa tidak ada yang berubah darinya. Katakan bahwa ia masih sama seperti yang dulu.
3. Berikan rasa aman
Memulihkan rasa aman pada anak merupakan hal yang sangat penting. Kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dapat membuatnya kehilangan kontrol sehingga merasa ketakutan bahkan di rumah sendiri.
Maka dari itu, katakan padanya bahwa Anda akan selalu berada di sisinya. Sampaikan juga bahwa tidak semua orang bersikap jahat. Yakinkan bahwa di dunia ini masih banyak orang baik.
Hal ini dilakukan agar anak tidak merasa insecure di kemudian hari saat misalnya ia harus kembali berkegiatan di luar rumah.
4. Jangan biarkan anak menyalahkan diri
Buatlah anak percaya bahwa bukan dia yang menyebabkan terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual.
Katakan ia tidak bisa disalahkan karena tidak mengetahui bahwa peristiwa itu akan terjadi. Hal ini untuk menghindari terjadinya depresi pada anak terutama remaja.
Banyak juga orangtua yang menyalahkan anak karena menyembunyikan peristiwa tersebut atau tidak memberi tahu lebih cepat.
Ingat, anak memiliki beban psikologis tersendiri seperti ketakutan pada dirinya yang telah dijelaskan.
5. Minta bantuan ahli
Pertama-tama, tenangkan diri Anda dan selidiki apa yang sebenarnya terjadi dengan bertanya kepada anak mengenai rangkaian peristiwa yang telah dialami olehnya.
Jika anak sudah memberikan diri untuk menceritakan traumanya, segera laporkan ke pihak berwajib dan minta untuk menjalani visum di rumah sakit.
Selanjutnya dokter dapat merancang rencana perawatan fisik dan terapi khusus untuk memulihkan kondisi anak.
Menangkap pelaku kekerasan dan pelecehan seksual memang penting. Namun, memulihkan kondisi kejiwaan anak seperti semula jauh lebih penting.
Untuk itu, fokuslah pada pemulihan anak Anda dan dampingi selalu agar ia merasa aman dan dilindungi.
Jika Anda mencurigai anak atau kerabat terdekat Anda mengalami kekerasan seksual dalam bentuk apapun, amat disarankan untuk menghubungi nomor darurat polisi 110; KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) di (021) 319-015-56; Komnas Perempuan di (021) 390-3963; SIKAP (Solidaritas Aksi Korban Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan) di (021) 319-069-33; LBH APIK di (021) 877-972-89; atau menghubungi Pusat Krisis Terpadu – RSCM di (021) 361-2261.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar