backup og meta

TBC (Tuberkulosis) pada Kelenjar Getah Bening

TBC (Tuberkulosis) pada Kelenjar Getah Bening

Tuberkulosis, juga disingkat TBC atau TB, adalah salah satu penyakit infeksi yang banyak ditemui di Indonesia. Bahkan, TBC di Indonesia dinyatakan sebagai infeksi penyebab kematian nomor satu. Kebanyakan kasus tuberkulosis menyerang paru-paru. Namun, tahukah Anda kalau TB juga bisa menyerang kelenjar getah bening? Berikut informasinya.

Apa itu TB kelenjar getah bening?

TB kelenjar getah bening adalah penyakit TB yang menyerang kelenjar getah bening.

Kelenjar getah bening sendiri merupakan sistem jaringan yang terletak di leher, ketiak, dan selangkangan. Fungsinya antara lain menjaga kekebalan tubuh.

Jika leher, ketiak, atau selangkangan Anda mengalami infeksi TB, Anda berisiko mengalami pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). Kekebalan tubuh Anda juga akan melemah cukup drastis.

Bakteri penyebab tuberkulosis memang bisa ditularkan melalui udara. Bila seorang pengidap tuberkulosis paru-paru batuk atau bersin, bakteri yang ikut keluar dari tubuh akan menyebar di udara bebas.

Dalam udara, bakteri ini bisa bertahan selama 1—2 jam. Bila Anda menghirupnya, Anda pun bisa tertular tuberkulosis paru-paru.

Namun bila Anda mengalami TB kelenjar getah bening tanpa menunjukkan gejala TBC paru, maka Anda tidak akan menularkan penyakit ini pada orang lain.

Pasalnya, bakteri penyebab TB di kelenjar getah bening tidak akan “terdorong” keluar saat batuk atau bersin layaknya bakteri yang menyebabkan infeksi di saluran pernapasan.

Seberapa umum penyakit ini?

  • Menurut jurnal BMC Infectious Diseases tahun 2019, TB kelenjar getah bening mencakup 30—50% dari seluruh kasus tuberkulosis.
  • Kelenjar getah bening menjadi organ kedua yang paling sering terinfeksi tuberkulosis, sementara yang pertama adalah paru-paru.
  • Penyakit TB kelenjar getah bening diketahui lebih sering terjadi pada pasien wanita ketimbang pria, dengan rata-rata usia sekitar 20—40 tahun saat penyakit ini pertama terdiagnosis.
  • Tidak hanya orang dewasa, TB kelenjar getah bening juga sangat umum terjadi pada anak-anak, terutama di Indonesia.

Tanda dan gejala TB kelenjar getah bening

fungsi kelenjar getah bening

Gejala TB kelenjar yang muncul biasanya meliputi pembengkakan di getah bening, seperti berikut ini.

  • Muncul benjolan di leher bagian depan, tepatnya di bawah rahang. Meski jarang dilaporkan, benjolan akibat TBC kelenjar getah bening juga bisa muncul di selangkangan atau ketiak.
  • Benjolan tersebut pada awalnya kecil dan tidak terasa sakit, tetapi lama-lama akan membesar dan kulit di sekitarnya jadi kemerahan. Beberapa orang juga merasakan nyeri atau sakit pada area munculnya benjolan.

Perlu diingat, terkadang gejala TB kelenjar getah bening tidak terdeteksi meskipun bakterinya sudah menyebar ke seluruh tubuh. Padahal, terlambat menangani tuberkulosis bisa berakibat fatal.

Maka dari itu, jika muncul gejala TBC kelenjar getah bening yang utama, yaitu munculnya benjolan atau pembengkakan, segera hubungi dokter.

Penyebab TB kelenjar getah bening

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Umumnya, bakteri penyebab TBC akan menyerang paru-paru melalui kontak udara. Ketika masuk ke dalam tubuh, bakteri akan mencapai alveoli yang terdapat di dalam paru-paru.

Saat masuk ke dalam alveoli, sebenarnya sebagian besar dari bakteri tersebut sudah mati berkat adanya makrofag, yaitu salah satu bagian dari sel darah putih.

Namun, sebagian kecil dari bakteri yang tersisa akan berkembang biak di dalam sel-sel pada alveoli paru-paru Anda.

Dalam 2—8 minggu, makrofag akan mengelilingi sisa bakteri yang ada. Sel-sel makrofag akan membentuk dinding yang menyelimuti sisa bakteri di dalam alveoli.

Dinding yang disebut dengan granuloma ini akan menjaga supaya perkembangan bakteri-bakteri tersebut tetap terkendali.

Akan tetapi, jika sistem kekebalan tubuh tidak dapat menahan perkembangan M. tuberculosis, bakteri tersebut akan tumbuh secara tidak terkendali.

Lama-kelamaan, dinding granuloma pun dapat dirusak dan bakteri menyebar ke luar paru-paru.

Bakteri M. tuberculosis tersebut dapat memasuki aliran darah atau kanal limfatik tubuh Anda.

Kemudian, bakteri yang telah memasuki aliran darah berpotensi mencapai organ-organ tubuh lainnya, seperti ginjal, otak, tulang, serta kelenjar getah bening.

Faktor risiko TB kelenjar getah bening

Gejala tbc kelenjar getah bening

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit TB kelenjar, yaitu sebagai berikut.

1. Berada di daerah dengan kasus TBC yang tinggi

Apabila Anda bepergian atau tinggal di suatu daerah dengan kasus kejadian TBC yang cukup tinggi, risiko Anda untuk terjangkit TBC kelenjar getah bening juga meningkat.

Berikut adalah negara-negara dengan kasus TB yang tinggi.

  • Afrika.
  • Eropa Timur.
  • Asia, terutama Asia Tenggara.
  • Rusia.
  • Amerika Latin.
  • Kepulauan Karibia.

Selain itu, apabila Anda bekerja di tempat dengan bakteri TBC yang banyak, seperti rumah sakit, klinik, penampungan, panti, atau pengungsian, peluang untuk terkena penyakit ini pun lebih besar.

2. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang buruk

Tidak hanya berada di lingkungan tertentu, beberapa orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk berpeluang lebih besar menderita TBC.

Jika terjadi penurunan sistem imun tubuh, penyebab infeksi dari luar tidak dapat ditangani dengan maksimal, termasuk M. tuberculosis.

Terdapat beberapa jenis penyakit yang dapat memengaruhi sistem imun tubuh Anda, yaitu HIV/AIDS, diabetes, rheumatoid arthritis, psoriasis, dan penyakit ginjal.

3. Terpapar zat berbahaya

Faktor risiko lain yang memicu pertumbuhan bakteri TB di kelenjar getah bening adalah rokok, alkohol, serta obat-obatan rekreasional, seperti narkoba.

Zat-zat berbahaya yang terdapat di dalam rokok, alkohol, dan obat-obatan tersebut berpotensi melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Ini artinya, risiko menderita penyakit TBC kelenjar getah bening juga dapat meningkat.

Diagnosis TB kelenjar getah bening

Untuk mendiagnosis TBC kelenjar getah bening, Anda akan menjalani pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Dokter juga akan mengecek apakah terdapat benjolan, terutama di bagian leher.

Jika dokter mencurigai adanya tanda-tanda TB kelenjar, dokter akan menyarankan Anda untuk menjalani beberapa tes tambahan, seperti berikut ini.

1. Aspirasi jarum

Pada tes ini, dokter akan menggunakan jarum tipis dan kecil untuk mengambil cairan dari kelenjar getah bening. Kemudian, cairan tersebut akan diperiksa di laboratorium untuk mengecek adanya bakteri TBC.

2. Biopsi kelenjar getah bening

TBC kelenjar getah bening juga dapat dideteksi melalui biopsi. Biasanya, dokter akan mengambil sedikit jaringan getah bening Anda untuk diperiksa di laboratorium.

3. Tes kulit tuberkulin

Pada tes kulit tuberkulin, zat khusus akan disuntikkan tepat di bawah kulit lengan bagian dalam. Jika terjadi pembengkakan keras dan terlihat merah di lengan, kemungkinan diagnosis TBC adalah positif.

Pengobatan TB kelenjar getah bening

limfadenopati

Tujuan utama dari pengobatan TBC kelenjar getah bening adalah mencegah penularan bakteri, menurunkan risiko kekambuhan, meredakan gejala, serta mencegah terjadinya resistensi obat.

Pemberian penanganan biasanya bergantung pada tingkat keparahan kondisi. Berikut adalah dua pilihan pengobatan TBC yang biasa diberikan pada penderita TB kelenjar.

1. Obat-obatan

Dokter biasanya akan menangani tuberkulosis dengan kombinasi empat obat-obatan, seperti:

  • isoniazid (INH),
  • rifampicin (Rifadin, Rimactane),
  • pyrazinamide (pms-Pyrazinamide, Tebrazid), dan
  • ethambutol (Myambutol).

Kombinasi ini biasanya disebut dengan pengobatan lini pertama, atau yang diberikan pertama kali sebagai pilihan pengobatan TBC.

Pengobatan umumnya berlangsung selama 6 bulan atau lebih. Penting diketahui bahwa obat TBC tersebut harus diminum sesuai dengan resep dokter dan pastikan Anda meminum obat sampai habis.

Hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi obat, di mana bakteri tidak akan merespons obat-obatan.

Jika ternyata resistensi obat tetap terjadi, dokter akan memberikan obat-obatan lini kedua, yang meliputi:

  • ethionamide (Trecator-SC),
  • moxifloxacin (Avelox),
  • levofloxacin (Levaquin),
  • cycloserine (Seromycin), serta
  • kanamycin (Kantrex).

Obat-obatan lini kedua akan menimbulkan efek samping lebih banyak dibandingkan pengobatan lini pertama.

2. Operasi

Operasi untuk mengatasi TB kelenjar getah bening umumnya dilakukan ketika pengobatan di atas sudah tidak bekerja dan bakteri menjadi semakin resisten terhadap obat-obatan.

Selain itu, prosedur operasi juga biasanya ditujukan pada pasien dengan keluhan benjolan yang lebih keras dan mudah digerakkan.

Pencegahan TB kelenjar getah bening

Cara paling efektif untuk mencegah penyakit TB kelenjar getah bening adalah dengan suntik vaksinasi.

Pada beberapa daerah dengan kasus kejadian TBC yang tinggi, terdapat vaksinasi TBC bernama Bacillus Calmette-Guerin (BCG) yang dapat diberikan untuk mencegah penyebaran penyakit.

Vaksinasi ini efektif dalam mengendalikan infeksi TB, terutama pada anak-anak.

Selain dengan pemberian vaksinasi, mencegah penyebaran TBC juga dapat dilakukan dengan mengobati orang-orang dengan bakteri TBC di dalam tubuhnya, baik yang bersifat aktif maupun laten.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Seok, H., Jeon, J., Oh, K., Choi, H., Choi, W., & Lee, Y. et al. (2019). Characteristics of residual lymph nodes after six months of antituberculous therapy in HIV-negative individuals with cervical tuberculous lymphadenitis. BMC Infectious Diseases19(1). https://doi.org/10.1186/s12879-019-4507-0

Reddy, D., Venter, W., & Pather, S. (2015). Patterns of Lymph Node Pathology; Fine Needle Aspiration Biopsy as an Evaluation Tool for Lymphadenopathy: A Retrospective Descriptive Study Conducted at the Largest Hospital in Africa. PLOS ONE10(6), e0130148. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0130148

Chapter 2 Transmission and Pathogenesis of Tuberculosis. (N.d.). Retrieved 2 August 2023, from https://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/chapter2.pdf

Hegde, S., Rithesh, K., Baroudi, K., & Umar, D. (2014). Tuberculous Lymphadenitis: Early Diagnosis and Intervention. Journal Of International Oral Health : JIOH6(6), 96. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4295467/

Esposito, S. (2013). TUBERCULOSIS IN CHILDREN. Mediterranean Journal Of Hematology And Infectious Diseases5(1), e2013064. https://doi.org/10.4084/mjhid.2013.064

Tuberculosis-Tuberculosis – Symptoms & causes – Mayo Clinic. (2023). Retrieved 2 August 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tuberculosis/symptoms-causes/syc-20351250

View of An atypical manifestation of lymph node tuberculosis: A case report. (2023). Retrieved 2 August 2023, from https://www.pagepressjournals.org/index.php/tmr/article/view/8418/8294

Gaillard, F. (2023). Tuberculous cervical lymphadenitis | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org. Retrieved 2 August 2023, from https://radiopaedia.org/articles/tuberculous-cervical-lymphadenitis

Lymph Nodes – Tuberculosis. (2023). Retrieved 2 August 2023, from https://www.monash.edu/museumofpathology/lymphoreticular-system/lymph-nodes-tuberculosis

Journal of the Association of Physicians of India – JAPI. (2023). Retrieved 2 August 2023, from https://www.japi.org/s294c464/tuberculous-lymphadenitis

Garca, M., Aslan, M., Demir, G., Bilgen, S., & Uysal, M. (2023). Evaluation of the patients with lymph node tuberculosis. Eastern Journal Of Medicine18(3), 118-122. Retrieved from https://eastjmed.org/jvi.aspx?pdir=ejm&plng=eng&un=EJM-73297

Mahashur, A., & Gandhare, A. (2017). Tuberculosis of the lymph nodes: Many facets, many hues. Astrocyte, 4(2), 80. https://doi.og/10.4103/astrocyte.astrocyte_65_17

Ganchua, S., White, A., Klein, E., & Flynn, J. (2020). Lymph nodes—The neglected battlefield in tuberculosis. PLOS Pathogens16(8), e1008632. https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1008632

Benjelloun, A., Darouassi, Y., Zakaria, Y., Bouchentouf, R., & Errami, N. (2015). Lymph nodes tuberculosis: a retrospective study on clinical and therapeutic features. Pan African Medical Journal20. https://doi.org/10.11604/pamj.2015.20.65.5782

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Prosedur Limfadenektomi untuk Mengangkat Kelenjar Getah Bening

TBC pada Anak


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan