Pengobatan gangguan jiwa bisa menimbulkan efek samping seperti sindrom ekstrapiramidal. Kondisi ini membuat penderitanya kesulitan untuk mengendalikan gerak tubuh. Ketahui lebih jauh seputar penyebab, gejala, dan pengobatan kondisi ini dalam penjelasan berikut.
Apa itu sindrom ekstrapiramidal?
Sindrom ekstrapiramidal (extrapyramidal syndrome) disingkat EPS adalah kondisi yang membuat pengidapnya mengalami masalah motorik akibat efek samping konsumsi obat-obatan antipsikotik.
Kondisi ini membuat penderitanya melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkendali, seperti menggoyangkan kaki atau mengetukkan jari tanpa disengaja.
Pada kondisi yang parah, gejala EPS dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya.
Sindrom ekstrapiramidal umumnya dapat diatasi dengan perawatan oleh dokter, tetapi dalam beberapa kasus gejalanya bisa bersifat permanen.
Namun, semakin cepat Anda mendapatkan pengobatan, semakin cepat pula Anda bisa pulih dari kondisi ini.
Seberapa umum penyakit ini?
Sindrom ekstrapiramidal merupakan salah satu efek samping obat yang umum dialami oleh pasien skizofrenia yang mengonsumsi obat antipsikotik.
Mengutip studi dalam The American Journal of Managed Care, extrapyramidal syndrome memengaruhi sekitar 15% – 30% pasien skizofrenia yang menggunakan antipsikotik.
Tanda dan gejala sindrom ekstrapiramidal
Kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap orang.
Dalam beberapa kasus, gejalanya bisa muncul dalam beberapa jam setelah memulai penggunaan obat atau bisa beberapa minggu setelahnya.
Berikut ini beberapa gejala sindrom ekstrapiramidal.
1. Distonia
Distonia merupakan gejala yang paling sering dialami oleh penderita EPS. Mengutip NHS, kondisi ini biasanya muncul dalam waktu 48 jam atau 5 hari setelah paparan obat.
Distonia adalah gangguan yang menyebabkan otot berkontraksi tanpa sadar. Gejala kondisi ini meliputi:
- kram otot
- tremor,
- berkedip tidak terkendali,
- Bagian tubuh berputar ke posisi yang tidak biasa.
Kondisi ini juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman hingga nyeri yang terkadang disertai dengan sensasi seperti tersengat listrik.
2. Akathisia
Akathisia adalah kondisi yang ditandai dengan perasaan gelisah yang membuat Anda ingin selalu bergerak, seperti:
- menyilangkan atau membuka kaki secara berulang-ulang,
- mengayunkan kaki atau tangan,
- berpindah dari satu kaki ke kaki yang lain berulang kali,
- bergoyang-goyang sambil duduk, serta
- sering mondar-mandir atau berjalan di tempat.
Gejala kondisi ini dapat memburuk ketika Anda merasa lelah, stres, dan mengonsumsi minuman berkafein atau alkohol.
3. Parkinsonisme
Gejala lain dari extrapyramidal syndrome adalah parkinsonisme, yakni sekumpulan gejala mirip penyakit Parkinson yang muncul beberapa hari setelah mengonsumsi antipsikotik.
Tanda dan gejala kondisi ini antara lain:
- kekakuan pada otot,
- tremor,
- kesulitan berjalan, dan
- gangguan keseimbangan.
Pada kebanyakan orang, kondisi ini biasanya akan membaik dalam beberapa hari atau minggu setelah berhenti mengonsumsi obat antipsikotik.
4. Tardive dyskinesia
Tardive dyskinesia merupakan kondisi ketika tubuh bergerak tidak terkendali akibat konsumsi obat-obatan tertentu, termasuk obat antipsikotik.
Kondisi ini dapat membuat tubuh melakukan gerakan berulang secara bertahap, meliputi:
- mengedipkan mata dengan cepat,
- mengerutkan kening,
- mengembungkan pipi,
- bergoyang dari satu sisi ke sisi lain secara berulang,
- mengetuk-ngetukan kaki, dan
- menggerakan jari seolah bermain piano.
Gejala kondisi ini umumnya tidak menyakitkan, tetapi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
5. Neuroleptic malignant syndrome (NMS)
NMS merupakan gangguan saraf yang terjadi sebagai efek samping konsumsi obat antipsikotik.
Kondisi ini jarang terjadi, tetapi dapat mengancam jiwa. Gejala neuroleptic malignant syndrome antara lain:
Gejala dapat muncul langsung ketika mengonsumsi obat antipsikotik atau beberapa jam setelah mengonsumsinya.
Kapan harus pergi ke dokter?
Jika Anda mengalami gejala seperti di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, apalagi gejala mulai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dengan begitu, dokter bisa menemukan pengobatan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.
Penyebab sindrom ekstrapiramidal
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh efek samping konsumsi obat antipsikotik yang menyebabkan gangguan pada sistem ekstrapiramidal.
Sistem ekstrapiramidal adalah bagian otak yang mengatur gerakan tubuh dan koordinasi.
Struktur penting dari sistem ini adalah ganglia basalis yang membutuhkan dopamin untuk berfungsi dengan baik.
Obat antipsikotik yang digunakan untuk mengatasi gangguan mental bekerja dengan cara menempel pada reseptor dopamin di sistem saraf pusat dan menghalangi kerja dopamin.
Ketika dopamin terhalang karena penggunaan obat antipsikotik, ganglia basalis tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Akibatnya, muncul sindrom ekstrapiramidal.
Beberapa jenis obat antipsikotik yang dapat memicu gejala kondisi ini antara lain:
Selain obat antipsikotik, beberapa obat lain yang dapat memicu EPS antara lain:
- obat antiemetik seperti metoklopramid, droperidol, dan prochlorperazine,
- obat serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dan
- obat antidepresan trisiklik.
Faktor risiko sindrom ekstrapiramidal
Beberapa faktor berikut bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami extrapyramidal syndrome.
- Mengonsumsi obat-obatan yang menjadi penyebab EPS.
- Pernah mengalami sindrom ekstrapiramidal sebelumnya.
- Wanita berusia lanjut lebih rentan mengalami parkinsonisme akibat konsumsi obat-obatan.
Diagnosis sindrom ekstrapiramidal
Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter biasanya akan mengevaluasi gejala yang Anda alami dan meninjau riwayat penggunaan obat-obatan, terutama obat antipsikotik.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi gangguan motorik yang dialami, seperti tremor, kejang pada otot, atau kesulitan mengendalikan gerakan tubuh.
Selanjutnya, dokter mungkin melakukan pemeriksaan dengan alat drug-induced extrapyramidal symptoms scale (DIEPSS) atau extrapyramidal symptoms rating scale (ESRS).
Alat tersebut dapat membantu dokter untuk memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kondisi Anda dan menentukan langkah pengobatan yang tepat.
Pengobatan sindrom ekstrapiramidal
Berikut ini beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi extrapyramidal syndrome.
- Penyesuaian dosis obat. Apabila EPS terjadi karena konsumsi obat-obatan tertentu, dokter mungkin akan menyesuaikan dosis atau mengganti obat untuk mengurangi gejalanya.
- Obat antikolinergik. Beberapa obat antikolinergik seperti benztropine atau trihexyphenidyl dapat membantu meredakan gejala EPS.
- Teknik relaksasi. Melakukan teknik relaksasi atau meditasi dapat mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh extrapyramidal syndrome, terutama untuk mengatasi akathisia.
Pencegahan sindrom ekstrapiramidal
Extrapyramidal syndrome tidak bisa sepenuhnya dicegah, tetapi ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risikonya.
- Gunakan obat sesuai anjuran dokter. Patuhi dosis dan aturan penggunaan obat yang telah ditentukan oleh dokter. Hindari menghentikan atau mengubah dosis obat tanpa sepengetahuan dokter.
- Konsultasikan dengan dokter jika muncul gejala tertentu. Jika Anda mengalami gejala extrapyramidal syndrome, seperti kekakuan otot, tremor, atau kesulitan mengendalikan gerakan tertentu, segera konsultasikan dengan dokter.
Selain itu, lakukanlah kontrol rutin dengan dokter sehingga dokter dapat mengevaluasi dosis obat bila terjadi efek samping yang serius.
Kesimpulan
- Sindrom ekstrapiramidal (EPS) adalah kondisi gangguan motorik yang terjadi sebagai efek samping penggunaan obat antipsikotik.
- Gejala EPS dapat berupa kekakuan pada otot, tremor, dan kesulitan untuk mengendalikan gerak tubuh.
- Pengobatan EPS biasanya dilakukan dengan mengurangi atau mengganti obat-obatan, mengonsumsi obat antikolinergik, dan melakukan teknik relaksasi.
[embed-health-tool-bmi]