Penipisan rambut menjadi salah satu gejala lupus pada wanita akibat peradangan di kulit kepala. Biasanya hal ini juga disebabkan oleh kadar tiroid yang terlalu rendah atau disebut juga hipotiroidisme.
Akibatnya, kerontokan mulai terjadi secara perlahan. Selain itu, rambut juga biasanya menjadi lebih rapuh dan mudah patah.
10. Ulkus di mulut
Ulkus mulut menjadi salah satu gejala lupus yang muncul di masa-masa awal. Biasanya, luka akan terlihat di langit-langit mulut, gusi, di pipi bagian dalam, dan juga bibir. Luka ini tak selalu mengakibatkan nyeri, tapi bisa juga ditandai dengan kondisi mulut yang kering.
Meski begitu, tidak semua orang akan mengalami kesepuluh gejala lupus di atas. Bisa jadi, beberapa orang hanya mengalami satu atau dua gejala. Itu sebabnya sulit menjadikan gejala-gejala ini sebagai acuan mutlak.
Hal yang terpenting adalah Anda harus peka terhadap tubuh Anda sendiri. Jangan ragu untuk periksa ke dokter jika Anda mengalami berbagai gejala yang tidak biasa dan muncul tanpa penyebab yang jelas.
Faktor risiko penyakit lupus

Berikut berbagai faktor yang membuat seseorang lebih rentan terkena lupus dibandingkan dengan yang lainnya.
- Jenis kelamin, dibandingkan dengan pria, penyakit peradangan kronis ini lebih sering menyerang wanita.
- Usia, meski kerap terjadi di semua usia rentang usia, tetapi kondisi ini paling sering menyerang di usia 15 sampai 45 tahun.
- Ras, lebih sering terjadi pada wanita Hispanik, Asia, dan Amerika asli.
- Riwayat keluarga, orang yang keluarganya memiliki lupus lebih berisiko terkena penyakit ini.
Komplikasi penyakit lupus

Peradangan yang disebabkan oleh lupus bisa memengaruhi berbagai bagian area tubuh seperti di bawah ini.
- Ginjal, menyebabkan kerusakan ginjal serius dan gagal ginjal.
- Otak dan sistem saraf pusat, menyebabkan masalah pada ingatan, linglung, sakit kepala, dan stroke.
- Darah dan pembuluh darah, menyebabkan peradangan pada pembuluh darah (vasculitis).
- Paru-paru, meningkatkan risiko radang selaput rongga dada, perdarahan paru, dan pneumonia.
- Jantung, menyebabkan radang otot jantung, arteri, dan membran jantung.
- Infeksi, orang dengan lupus lebih rentan terkena infeksi jenis apa pun.
- Kanker, meningkatkan risiko kanker meski kecil kemungkinannya.
- Kematian jaringan tulang, terjadi akibat suplai darah ke tulang berkurang.
- Komplikasi kehamilan, lupus meningkatkan risiko preeklampsia dan kelahiran prematur.
Pengobatan penyakit lupus

Perawatan dokter
Belum ada obat khusus untuk mengobati lupus. Akan tetapi, obat-obatan tertentu bisa membantu meredakan gejala yang dirasakan. Selain itu, beberapa obat juga dimaksudkan untuk mengurangi risiko kerusakan organ. Berikut obat-obatan yang biasanya diresepkan untuk pengidap lupus, yaitu:
Antiradang dan penghilang rasa sakit
Obat antiradang dan penghilang rasa sakit dapat digunakan untuk membantu meredakan gejala lupus, seperti demam, radang sendi, dan rasa sakit di bagian tubuh lainnya. Aspirin, acetaminophen, naproxen, dan ibuprofen menjadi obat-obatan yang sering diresepkan dokter.
Kortikoseroid
Obat yang satu ini dibuat untuk membantu mengurangi pembengkakan, peradangan, dan rasa sakit saat disentuh pada bagian tubuh yang meradang.
Prednison merupakan jenis obat kortikoseroid yang paling sering diresepkan untuk orang dengan penyakit yang disebut juga sebagai penyakit seribu wajah ini.
Metilprednisolon sebagai obat kortikosteroid dosis tinggi sering kali digunakan untuk mengendalikan masalah serius pada ginjal dan otak. Adapun efek samping yang sering muncul yaitu kenaikan berat badan, mudah memar, tulang rapuh, tekanan darah tinggi, dan meningkatnya risiko infeksi.
Antimalaria
Antimalaria merupakan obat resep yang berisi kombinasi steroid dengan obat lainnya. Biasanya obat yang satu ini paling sering diresepkan ketika pengidap lupus mengalami ruam kulit, sariawan, dan nyeri sendi.
Selain itu, obat ini juga cukup efektif untuk membantu mengatasi peradangan serta pembekuan darah ringan.
Obat antimalaria mengurangi produksi autoantibodi pada sistem kekebalan tubuh untuk melindungi efek kerusakan akibat lupus. Biasanya dua jenis antimalaria yang paling sering diresepkan yaitu hydroxychloroquine (Plaquenil®) dan chloroquine (Aralen®).
Akan tetapi, tak seperti kortikosteroid, obat antimalaria memiliki efek yang cenderung lebih lambat saat mengatasi gejala lupus. Efek samping yang dihasilkan obat ini cenderung ringan, seperti sakit perut dan perubahan warna kulit.
Imunosupresan
Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh biasanya digunakan untuk mengendalikan peradangan akibat sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif. Apalagi jika steroid tak lagi mampu mengendalikan gejala lupus.
Azathioprine (Imuran, Azasan), mycophenolate mofetil (CellCept) dan methotrexate (Trexall) merupakan jenis obat yang biasanya diresepkan dokter. Namun, obat yang satu ini juga memiliki efek samping yang tidak bisa disepelekan seperti peningkatan risiko infeksi, kerusakan hati, penurunan kesuburan, dan peningkatan risiko kanker.
Antikoagulan
Pembekuan darah menjadi salah satu gejala lupus yang bisa mengancam jiwa. Untuk itu, dokter biasanya akan meresepkan obat antikoagulan untuk membantu mengencerkan darah. Obat antikoagulan yang sering digunakan, yaitu aspirin dosis rendah, heparin (Calciparine®, Liquaemin®), dan warfarin (Coumadin®).
Perawatan rumahan
Selain obat-obatan, di bawah ini beberapa kebiasaan lain yang bisa membantu meringankan rasa sakit atau mengurangi kekambuhan gejala lupus.
- Melakukan olahraga ringan untuk membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
- Melindungi diri dari paparan sinar matahari dengan baju tertutup dan tabir surya.
- Menjauhi stres agar gejala tak semakin buruk.
- Berhenti merokok agar efek negatif lupus pada jantung terhindarkan.
- Makan makanan sehat dengan gizi seimbang.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar