Mungkin banyak dari Anda berpikir bahwa kanker payudara hanya terjadi pada wanita. Namun, nyatanya tidak demikian. Kanker payudara pada pria mungkin saja terjadi. Apa penyebabnya? Kemudian, bagaimana cara mengenali gejala-gejala dan pengobatan yang mungkin dilakukan?
Kanker payudara bisa terjadi pada pria
Sama seperti wanita, pria pun memiliki sel-sel dan jaringan payudara, yang memungkinkan sel kanker tumbuh dan berkembang pada area tersebut. Meskipun, payudara pada pria tetap rata dan kecil serta tidak memproduksi air susu.
Pria juga bisa memiliki benjolan di payudara. Umumnya, gambaran payudara yang membesar disebut ginekomastia. Kondisi tersebut dapat menandakan kemungkinan terjadinya kanker payudara.
Benjolan atau nodul yang timbul pada payudara pria perlu dicurigai sebagai suatu tumor payudara, layaknya pada wanita. Jika benjolan ini terus tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali, maka kondisi ini bisa berkembang menjadi kanker.
Bahkan, nantinya sel-sel kanker bisa saja menyerang kelenjar getah bening pada ketiak dan leher, lalu menyebar ke organ lainnya.
Kanker payudara pada pria adalah penyakit yang jarang terjadi. Dilansir dari Breastcancer.org, kanker payudara pria hanya memakan sekitar satu persen dari total kasus kanker payudara. Pada 2020, kasusnya diperkirakan mencapai 2.620, dan 520 di antaranya diperkirakan meninggal akibat penyakit ini.
Penyebab kanker payudara pada pria
Hingga kini, belum diketahui dengan jelas apa yang menjadi penyebab kanker payudara pada pria. Meski demikian, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang pria terkena penyakit ini. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Usia
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat seiring pertambahan usia. Kasus kanker payudara yang dialami pria pun sebagian besar ditemukan di usia 60-70 tahun.
2. Genetik dan riwayat keluarga
Gen abnormal (yang bermutasi) dapat diturunkan dari orangtua ke anak. Adapun salah satu gen yang bisa diturunkan, yang membuat seorang pria berisiko lebih besar terkena kanker payudara, adalah mutasi BRCA2.
Dengan kata lain, bila seorang laki-laki memiliki orangtua atau anggota keluarga, terutama yang sama-sama berjenis kelamin laki-laki, dengan riwayat kanker payudara, maka ia berisiko tinggi akan mengalami hal yang sama.
3. Estrogen & testosteron
Pria cenderung memiliki kadar hormon estrogen yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita., tetapi memiliki kadar testosteron yang tinggi. Namun, pada kondisi tertentu, kadar testosteron dapat berubah menjadi kadar estrogen, sehingga kadar estrogen pada pria bisa meningkat.
Adapun, sama seperti wanita, kadar estrogen yang tinggi bisa meningkatkan risiko kanker payudara pada pria. Beberapa kondisi yang bisa meningkatkan kadar estrogen pada pria meliputi terapi hormon, obesitas, gangguan pada organ testis, kecanduan alkohol dan gangguan atau penyakit hati.
Faktor risiko lainnya adalah sebuah kondisi medis langka yang memengaruhi genetik pria, yaitu sindrom Klinefelter. Sindrom Klinefelter adalah kondisi bawaan lahir, artinya pria dengan kondisi ini akan memproduksi hormon testosteron yang lebih sedikit dari batas normal.
4. Risiko pekerjaan
Pria yang bekerja di bawah terpaan suhu panas dalam jangka waktu lama memiliki risiko dua kali lipat terkena kanker payudara dibandingkan pria yang bekerja di tempat yang sejuk. Beberapa contoh pekerjaan tersebut seperti:
- tukang las,
- pandai besi,
- buruh pabrik baja, dan
- buruh pabrik otomotif.
Dugaan awal menjelaskan bahwa terpaan panas secara konsisten akan merusak testis, yang berakibat pada kenaikan kadar testosteron dan estrogen. Dugaan lainnya, lingkungan kerja dengan suhu panas biasanya melibatkan aktivitas senyawa kimia tertentu yang dapat meningkatkan risiko kanker jenis ini pada pria.
Meski demikian, penyebab pasti terjadinya hal ini masih belum jelas. Temuan ini pun masih harus diselidiki lebih lanjut.
5. Radiasi
Pria yang pernah menjalani prosedur radioterapi jangka panjang (menggunakan sinar x-ray dalam dosis tinggi) di bagian dada berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
Mengenali gejala kanker payudara pada pria
Gejala kanker payudara pada pria umumnya sama dengan wanita, yaitu adanya benjolan tanpa rasa nyeri pada salah satu payudara. Benjolan ini biasanya terletak di bawah puting dan aerola (lingkaran gelap di sekeliling puting). Benjolan tidak terasa sakit.
Selain itu, beberapa gejala lain juga mungkin dirasakan, seperti:
- inverted nipple atau puting masuk ke dalam,
- puting atau kulit di sekitarnya menjadi keras, merah, atau bengkak,
- luka atau ruam pada puting dan areola yang tak kunjung sembuh,
- keluar cairan dari puting, serta
- ada benjolan kecil di ketiak akibat pembesaran kelenjar getah bening di area tersebut.
Bila sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh lain seperti tulang, hati, atau paru-paru, Anda mungkin akan merasakan gejala lainnya, seperti nyeri tulang, sesak napas, merasa lelah sepanjang waktu, atau kulit yang gatal disertai dengan mata yang menguning.
Bila Anda menemui benjolan di payudara atau mengalami gejala lainnya seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya Anda segera mengunjungi dokter.
Memang, benjolan di payudara tidak selalu bersifat kanker. tetapi pemeriksaan dan pengobatan tetap diperlukan. Semakin dini sel kanker ditemukan, semakin besar kemungkinan Anda bisa sembuh.
Cara mendiagnosis kanker payudara pada pria
Dokter akan melakukan beberapa tes atau pemeriksaan kanker payudara untuk mengetahui mendiagnosis penyakit ini. Tes yang mungkin dijalani untuk mendeteksi kanker payudara meliputi:
- pemeriksaan payudara klinis,
- USG payudara,
- MRI payudara, dan
- biopsi, utamanya untuk mengetahui jenis dan stadium kanker payudara.
Tes lain mungkin juga dibutuhkan, terutama bila kanker payudara sudah menyebar ke organ tubuh lainnya, Beberapa tes tersebut, seperti rontgen dada, CT scan, atau scan tulang.
Pengobatan kanker payudara pada pria
Dokter biasanya akan merencanakan pengobatan kanker payudara berdasarkan jenis dan stadium kanker serta kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan. Berikut adalah pilihan pengobatannya:
- Operasi pengangkatan jaringan payudara (mastektomi), termasuk pengangkatan kelenjar getah bening di sekitar ketiak.
- Radioterapi atau terapi radiasi kanker payudara. Terapi ini dapat dilakukan setelah operasi untuk menghilangkan sel kanker yang tersisa di payudara, otot dada, atau ketiak.
- Kemoterapi kanker payudara. Prosedur ini biasanya dilakukan setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang mungkin menyebar ke luar payudara pria.
- Terapi hormon. Terapi hormon pada pria biasanya menggunakan obat tamoxifen. Adapun obat terapi hormon lainnya yang biasa digunakan untuk wanita belum terbukti efektif untuk pria.
- Terapi target. Obat yang sering digunakan pada prosedur pengobatan ini, yaitu trastuzumab.
Dengan berbagai pengobatan ini, kanker payudara masih mungkin disembuhkan, terutama bila ditemukan saat stadium awal. Namun, kemungkinan sembuh dari kanker payudara akan menurun bila sel kanker telah menyebar di luar jaringan payudara.
Pada kondisi ini, pengobatan biasanya diperlukan untuk memperlambat perkembangan sel kanker serta memperpanjang angka harapan hidup. Oleh karena itu, sebaiknya Anda segera berkonsultasi ke dokter bila menemukan gejala kanker payudara tertentu.
Selain itu, Anda pun harus menerapkan pola hidup sehat untuk menurunkan risiko serta mencegah kanker payudara, termasuk pada pria. Kurangilah konsumsi alkohol serta menjaga berat badan ideal, terutama bila Anda memiliki risiko tinggi kanker payudara dari faktor genetik atau penyakit bawaan.