Pencegahan difteri
Berikut upaya pencegahan yang bisa dilakukan orangtua untuk penyakit tersebut.
1. Melakukan vaksin
Sebelum antibiotik tercipta, difteri merupakan penyakit yang umum pada anak-anak. Namun kini, penyakit tersebut tak hanya bisa diobati, tapi juga dicegah dengan vaksin.
Menurut WHO, vaksinasi telah mengurangi angka kematian dan morbiditas akibat difteri secara dramatis.
Namun, penyakit itu masih menjadi masalah besar kesehatan anak di negara-negara dengan angka Environmental Performance Index (EPI) yang rendah.
Vaksin ini merupakan toksoid bakteri, yaitu toksin yang toksisitasnya telah dinonaktifkan. Biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lainnya, seperti untuk tetanus dan pertusis.
Maka dari itu, sebagai pencegahan difteri anak membutuhkan vaksin DPT (diphtheria, tetanus, dan pertussis).
Sementara itu, untuk orang dewasa, vaksin yang diberikan biasanya dicampur dengan toksoid tetanus dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Jadwal imunisasi untuk pencegahan difteri ini biasanya dilakukan secara bertahap, yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 sampai 18 bulan, dan 4 sampai 6 tahun.
Ada beberapa efek samping dari vaksinasi ini. Anak-anak mungkin akan merasakan demam ringan, rewel, kantuk, hingga kebas di lokasi suntikan. Tanyakan dokter Anda tentang cara menurunkan atau menghilangkan efek tersebut.
Pada kasus yang jarang terjadi, vaksin DPT menyebabkan komplikasi serius pada anak.
Sebagai contoh, reaksi alergi (gatal atau ruam yang timbul beberapa menit setelah injeksi), kejang, atau syok. Namun, kondisi ini bisa diobati.
Beberapa anak, khususnya yang mengalami epilepsi atau kondisi sistem saraf lainnya, mungkin tidak direkomendasikan mendapatkan vaksinasi DPT.
2. Imunisasi tambahan
Setelah rangkaian imunisasi saat masa anak-anak, pada kondisi tertentu diperlukan suntikan booster vaksin difteri untuk mempertahankan imunitas.
Hal itu karena kekebalan tubuh pada penyakit tersebut menghilang seiring dengan berjalannya waktu.
Anak-anak yang telah melewati rekomendasi vaksin sebelum usia 7 tahun harus mendapatkan suntikan booster pada usia 18 tahun.
Suntikan pendorong berupa vaksin Tdap selanjutnya direkomendasikan dilakukan pada 10 tahun berikutnya, dan diulang setiap 10 tahun sekali.
Tdap adalah gabungan antara vaksin tetanus, difteri, dan pertussis (batuk rejan).
Ini adalah vaksin alternatif satu kali untuk remaja usia 11—18 tahun dan orang dewasa yang sebelumnya tidak mendapatkan suntikan booster.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar