backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Eksisi Rektum

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 06/09/2021

Eksisi Rektum

Definisi eksisi rektum

Eksisi rektum adalah prosedur bedah untuk memperbaiki kerusakan pada rektum akibat penyakit saluran pencernaan bawah, penyumbatan, cedera, atau iskemia usus. Rektum merupakan bagian akhir usus besar yang berbatasan dengan anus.

Penyakit peradangan usus besar (IBD) atau divertikulitis dapat menyebabkan perforasi (pembentukan lubang) pada rektum. Pembentukan jaringan parut dan tumor juga bisa terjadi di dalam rektum sehingga mengganggu proses pembuangan feses.

Pada kondisi seperti inilah pasien membutuhkan operasi. Operasi akan membersihkan bagian usus yang bermasalah atau berlubang. Prosedur ini dapat memperbaiki struktur rektum sehingga fungsinya pun kembali normal.

Seperti prosedur bedah umumnya, ada sejumlah persiapan yang perlu Anda lakukan sebelum menjalani eksisi rektum. Persiapan ini akan membantu mengoptimalkan hasil pembedahan dan mengurangi risiko efek samping.

Tujuan

Eksisi rektum bertujuan untuk memperbaiki kerusakan pada rektum serta memulihkan fungsinya seperti semula.

Melansir Mayo Clinic, prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan sebagai berikut.

  • Penyakit yang menyerang kantong-kantong kecil pada usus besar (divertikular), seperti divertikulitis.
  • Penyakit peradangan usus besar (inflammatory bowel disease/IBD), seperti penyakit Crohn dan kolitis ulseratif.
  • Polip usus besar.
  • Kanker kolorektal (usus besar dan rektum).
  • Gangguan pergerakan pada usus besar, termasuk sembelit.
  • Cedera, penyumbatan, dan iskemia usus terutama pada usus besar dan/atau rektum.
  • Masalah pada anus, seperti wasir, fistula ani (pembentukan saluran di sekitar anus), atau fisura ani (robekan pada anus).
  • Proses eksisi rektum

    Persiapan sebelum prosedur

    Dokter akan menentukan apakah Anda perlu menjalani pembedahan melalui beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan ini mungkin mencakup rontgen saluran pencernaan bawah, kolonoskopi, dan pemeriksaan MRI.

    Sebelum menjalani prosedur, Anda akan diminta mengikuti pola makan khusus selama beberapa hari agar organ usus besar bersih dari kotoran. Anda boleh minum cairan pada satu hari sebelum prosedur, lalu harus berpuasa penuh mulai tengah malam.

    Prosedur eksisi rektum

    Dokter mungkin melakukan prosedur tambahan untuk mengosongkan usus. Selain itu, dokter mungkin juga memberikan antibiotik untuk mengurangi populasi bakteri dalam usus dan mencegah infeksi setelah operasi.

    Begitu semua persiapan telah selesai, dokter anestesi akan membius Anda. Kemudian, dokter bedah membersihkan area sayatan dengan cairan antiseptik.

    Dokter bedah dapat melakukan eksisi rektum dengan dua cara, yakni melalui bedah terbuka pada perut (laparotomi) atau dengan laparoskopi. Pada laparoskopi, dokter menggunakan alat operasi khusus dan membuat sayatan yang lebih kecil.

    Sementara itu, bedah terbuka melibatkan sayatan yang lebih besar. Prosedur ini dipilih untuk pasien tumor rektum berukuran besar atau telah menyebar ke anus. Dokter kemungkinan juga mengangkat jaringan di sekitar tumor.

    Seusai prosedur

    Setelah prosedur eksisi rektum selesai, Anda akan menjalani masa pemantauan di rumah sakit. Perawat akan mengawasi tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan suhu tubuh Anda dalam jangka waktu tertentu.

    Perawat juga memantau asupan cairan dan perubahan warna pada luka bekas operasi untuk melihat apakah ada infeksi. Mereka juga akan mengajarkan Anda cara mengelola nyeri dengan teknik pernapasan dan konsumsi obat-obatan pereda nyeri.

    Anda akan mendapatkan asupan cairan dan elektrolit melalui infus sebelum bisa makan kembali, dimulai dari makanan cair dengan menambahkan makanan padat sedikit demi sedikit. Pasien bisanya diperbolehkan pulang setelah 2 – 4 hari.

    Eksisi rektum merupakan prosedur pembedahan untuk memperbaiki kerusakan dan mengembalikan fungsi rektum. Jika Anda akan menjalani prosedur ini, berkonsultasilah kepada dokter guna membantu pemulihan dan mengurangi risiko efek samping.

    Risiko efek samping

    Risiko efek samping dan komplikasi setelah operasi bergantung pada banyak faktor, di antaranya kesehatan pasien secara umum dan seberapa sulit operasi tersebut.

    Selama Anda dirawat, dokter dan perawat akan mengawasi efek samping seperti:

    • infeksi luka operasi,
    • perdarahan,
    • nyeri yang berlebihan,
    • pneumonia,
    • peradangan dan penggumpalan darah, serta
    • stres jantung akibat reaksi alergi terhadap obat bius.

    Ada pula beberapa komplikasi yang lebih parah, tapi risikonya sangat kecil. Anda pun bisa mencegahnya dengan persiapan yang matang sebelum operasi. Contoh komplikasi yang dimaksud antara lain:

    • perdarahan, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan yang semakin parah pada area operasi,
    • nyeri atau bengkak pada perut, sembelit, mual dan muntah,
    • feses berwarna hitam (melena), serta
    • gejala mirip flu seperti demam, pusing, nyeri otot, dan sakit kepala.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 06/09/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan