backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

9

Tanya Dokter
Simpan

Batuk pada Bayi, Ketahui Jenis dan Cara Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    Batuk pada Bayi, Ketahui Jenis dan Cara Mengatasinya

    Batuk adalah salah satu penyakit yang sering dialami banyak orang, termasuk bayi. Kondisi ini sering membuat orangtua bingung karena si kecil belum bisa mengatakan apa pun yang dirasakan. Apalagi, pemberian obat batuk pada bayi juga tak bisa sembarang.

    Nah, agar Anda tak keliru, berikut penjelasan seputar batuk pada bayi, mulai dari jenis sampai obat batuk yang tepat.

    Apakah batuk pada bayi berbahaya?

    Batuk merupakan respon alami tubuh untuk melindungi saluran udara agar tidak tersumbat.

    Gejala ini membantu membersihkan tenggorokan dan dada bayi Anda dari iritasi, seperti lendir, debu, atau asap.

    Artinya, batuk merupakan hal yang normal bila terjadi sesekali dan tidak membahayakan si kecil.

    Meski begitu, batuk juga bisa menjadi tanda dari kondisi medis yang serius bila terjadi terus menerus.

    Apalagi, jika batuk terjadi pada bayi baru lahir hingga yang berusia 4 bulan.

    Pasalnya, anak pada usia tersebut jarang mengalami batuk karena belum dapat mengoordinasikan pernapasan antara mulut dan hidungnya dengan baik.

    Dua jenis batuk yang umum menyerang bayi

    obat pilek anak dan bayi

    Secara umum, ada dua jenis batuk yang umum terjadi pada bayi. Berikut penjelasannya.

    1. Batuk Berdahak

    Batuk berdahak merupakan jenis batuk yang disertai oleh keluarnya dahak.

    Umumnya, ini terjadi karena kondisi medis tertentu yang menyebabkan keluarnya dahak atau lendir.

    Pada bayi, biasanya ini terjadi karena infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan.

    2. Batuk Kering

    Berbeda dengan batuk berdahak, batuk kering tidak disertai dengan keluarnya dahak atau lendir.

    Pada bayi, jenis batuk ini sering terjadi karena croup atau masalah kesehatan lainnya, seperti alergi.

    Apa penyebab dan gejala batuk pada bayi?

    Dua jenis batuk di atas bisa terjadi karena berbagai penyebab.

    Adapun setiap penyebab batuk umumnya menimbulkan berbagai gejala lainnya yang khas, serta membutuhkan penanganan yang berbeda.

    Berikut adalah beberapa penyebab dari batuk pada bayi beserta dengan gejala yang menyertainya.

    1. Pilek atau flu

    Ini merupakan penyebab batuk yang umum terjadi pada si kecil. Akibat flu atau pilek, bayi biasanya mengalami batuk berdahak, yang sering memburuk pada malam hari.

    Pasalnya, ketika si kecil berbaring, lendir menetes dari bagian belakang hidung dan mulutnya ke tenggorokan sehingga memicu batuk.

    Batuk jenis ini umumnya akan mereda dalam waktu tiga hingga enam minggu hingga gejala flu pada anak hilang.

    Selain itu, batuk juga sering disertai dengan bersin, hidung beringus, mata berair, demam pada bayi yang rendah, serta nafsu makan berkurang.

    2. Croup

    Croup adalah peradangan pada saluran napas bagian atas (laring dan trakea).

    Peradangan menyebabkan saluran napas membengkak, sehingga bayi sulit bernapas dan mengeluarkan batuk kering seperti gonggongan.

    Selain batuk, gejala croup sering disertai dengan demam, hidung tersumbar atau meler, suara serak, muncul suara melengking saat menghirup udara, dan sesak napas.

    Gejala biasanya semakin parah saat malam hari dan ketika bayi menangis.

    Sebagian besar kasus croup disebabkan oleh virus, seperti virus parainfluenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan adenovirus.

    Umumnya, kondisi ini bersifat ringan dan dapat diobati di rumah, meski bisa juga menjadi parah.

    3. Batuk rejan

    lipoma pada bayi

    Batuk rejan (pertusis) merupakan kondisi yang serius pada bayi dan bisa mematikan.

    Ini merupakan penyakit menular yang terjadi akibat infeksi bakteri Bordetella pertussis pada saluran pernapasan.

    Selain batuk berkepanjangan, kondisi ini juga ditandai dengan tarikan napas yang mengeluarkan suara bernada tinggi “whoop” atau mengi (berbunyi ngik ngik).

    Selain itu, gejala lain yang muncul bisa berupa demam dan hidung meler.

    Adapun bayi di bawah usia 6 bulan lebih mungkin mengalami komplikasi dari pertusis, seperti pneumonia dan ensefalopati.

    Pemberian vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus) dapat membantu mengurangi risiko penularannya pada bayi.

    4. Bronkiolitis

    Bronkiolitis adalah infeksi paru-paru yang umum terjadi pada anak-anak dan bayi di bawah usia 12 bulan.

    Umumnya, kondisi ini terjadi karena infeksi virus dan sering kali memuncak saat cuaca dingin.

    Gejala bronkiolitis mirip dengan flu biasa, seperti hidung meler dan demam ringan. Namun, lambat laun, bayi menjadi batuk, mengi, dan kesulitan bernapas.

    Adapun gejala ini sering terjadi selama beberapa hari atau bahkan minggu.

    Sebagian besar kasus bronkiolitis pada bayi pun umumnya bersifat ringan. Namun, jika infeksi semakin parah, bronkiolitis dapat mengancam keselamatan jiwa si kecil.

    5. Pneumonia

    Banyak infeksi pada paru-paru yang dimulai dengan gejala seperti flu. Selain bronkiolitis, pneumonia juga bisa menjadi penyebabnya.

    Pneumonia merupakan infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Kondisi ini menyebabkan paru-paru memproduksi dahak berlebih, sehingga memicu batuk pada si kecil.

    Selain itu, pneumonia pada anak bayi juga sering disertai dengan demam tinggi, meriang, sulit bernapas, nyeri dada (terutama saat batuk), dan kelelahan yang tak biasa.

    Untuk mengatasinya, dokter mungkin akan memberikan antibiotik untuk bayi Anda.

    6. Asma

    Bayi yang mengidap asma juga umumnya mengalami batuk saat gejalanya muncul.

    Selain batuk, gejala asma yang muncul pada bayi bisa berupa sesak napas, mengi, mudah lelah, bayi menjadi rewel, hingga muncul warna biru pada kulit dan kuku bayi.

    Batuk pada bayi ini dapat berlangsung di siang hari. Namun, biasanya gejala akan memburuk pada malam hari atau saat suhu di sekitar berubah dingin.

    Adapun asma itu sendiri terjadi ketika saluran udara menyempit akibat peradangan.

    Sementara itu, beberapa faktor dapat memicu kekambuhan gejala asma pada anak, seperti asap, bau yang menyengat, bulu, serbuk sari, atau tungau debu.

    Bagaimana cara mengatasi batuk pada bayi?

    Mengatasi batuk pada bayi tidak bisa dilakukan sembarangan.

    Melansir laman Baby Center, pemberian obat batuk over-the-counter (OTC) atau yang dibeli bebas di apotek tidak dianjurkan untuk bayi.

    Bahkan American Academy of Pediatrics menyebut, Anda bisa mengobati batuk pada si kecil secara alami dan tanpa obat-obatan.

    Bagaimana caranya? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu meredakan batuk pada bayi Anda.

    1. Meningkatkan cairan tubuh

    Cairan tambahan dapat membantu meringankan batuk pada si kecil. Anda bisa memberinya air putih atau jus.

    Namun, pada bayi di bawah usia 6 bulan, pemberian ASI ekstra sangat dianjurkan, karena ASI dipercaya dapat meningkatkan imunitas bayi.

    2. Berikan madu

    Bila si kecil sudah berusia 1 tahun, Anda bisa memberikannya satu sendok teh madu sebelum tidur.

    Madu dapat melapisi tenggorokan anak, sehingga rasa sakit akibat batuk bisa berkurang. Namun, jangan berikan madu untuk bayi karena bisa memicu botulisme yang mengancam jiwa.

    3. Menaikkan kepala bayi

    Untuk membantu meredakan batuk, naikkan sedikit kepala bayi Anda saat tertidur, seperti menggunakan bantal yang tidak terlalu tebal atau handuk yang sudah dilipat.

    Namun, sebaiknya lakukan cara ini jika bayi Anda sudah berusia lebih dari 1 tahun.

    4. Pilih makanan yang meringankan batuk

    Jika bayi Anda sudah berusia 6 bulan ke atas, Anda bisa memberinya makanan yang dapat membantu meringankan batuk.

    Misalnya, sup ayam hangat atau buah-buahan yang mengandung vitamin C untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

    5. Istirahat yang cukup

    Pastikan bayi Anda mendapat istirahat yang cukup. Coba menidurkan bayi Anda pada posisi yang ia suka.

    Bila ia mudah tertidur di gendongan Anda, sebaiknya Anda tidak membaringkannya hingga ia tertidur. Jika ia mudah tidur di ranjangnya, Anda bisa baringkan di ranjangnya.

    6. Menggunakan humidifier

    Anda juga bisa menggunakan humidifier untuk membantu melembapkan udara.

    Adapun hal ini bisa membantu mengurangi pembengkakan pada saluran napas bayi Anda.

    Selain humidifier, Anda juga bisa menggunakan uap dari air panas yang ditaruh di dalam baskom.

    Bila cara di atas tak cukup untuk meredakan batuk, Anda bisa memberikan paracetamol atau ibuprofen untuk anak Anda, terutama jika ia demam.

    Namun, pastikan bayi Anda sudah berusia di atas 6 bulan, atau sebaiknya konsultasikan pada dokter anak Anda.

    Haruskah saya membawanya ke dokter?

    lergi susu sapi pada bayi

    Anda sebaiknya pergi ke dokter jika bayi Anda berusia di bawah 4 bulan dan mengalami batuk.

    Selain itu, Anda juga harus mengunjungi dokter jika si kecil mengalami kondisi berikut saat batuk.

    • Batuk disertai demam yang tak kunjung reda setelah lima hari.
    • Batuk semakin memburuk, Anda bisa perhatikan dari suaranya.
    • Bayi demam hingga mencapai sekitar 40° Celsius.
    • Batuk terjadi terus menerus sepanjang hari dan malam.
    • Kesulitan bernapas.
    • Berkeringat pada malam hari.
    • Berat badan bayi menurun.
    • Dahak yang keluar berwarna kuning, hijau, atau mengandung darah.
    • Batuk sangat keras hingga bayi muntah.

    Jika ada gejala yang mengkhawatirkan terkait batuk pada bayi, segera konsultasikan lebih lanjut ke dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

    Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan